Coretan-coretan tiba-tiba nya itulah yang kemudian dirumuskan lebih lanjut sehingga menjadikan Salam sebagai salah satu Fisikawan terkemuka yang diakui dunia. Ketika Abdus Salam ditanya darimana dia tahu pengetahuan yang dia tuliskan tiba-tiba itu, Salam hanya menunjukan jari nya ke atas. Dari Tuhan. Begitu mungkin kata Salam.
Dalam riwayat saintis Muslim sendiri, melihat Pemahaman sebagai sebuah Rizki mungkin bisa dilihat dari riwayat hidup Ibnu Sina yang sedang berkutat mempelajari pemikirannya Aristoteles.
Sebagaimana diketahui, selain dikenal sebagai Dokter, Ibnu Sina juga dikenal sebagai seorang filosof. Diantara filsafat yang menjadi perhatiannya adalah pemikirannya Aristoteles.
Namun pada masanyaa, mencerna pemikiran Aristoteles bukanlah sebuah hal yang mudah. Meski oleh orang sejenius Ibnu Sina. Selain karena masih sedikit orang yang mengurainya, Aristoteles menguraikan pemikirannya dalam bentuk-bentuk kategorikal yang sulit difahami. Berbeda dengan Plato yang tulisannya lebih naratif sehingga lebih mudah dimengerti.
Meski sulit, Ibnu Sina sendiri disebutkan tanpa lelah terus mempelajari pemikiran Aristoteles. Konon Ibnu Sina butuh puluhan kali membaca buku Aristoteles untuk bisa memahaminya.
Namun yang menarik itu bukan puluhan kali membaca bukunya, tapi ritual yang dilakukan Ibnu Sina setelah mengerti pemikiran Aristoteles. Disebutkan bahwa setelah memahami pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina lalu memberikan infak dan shadaqah terhadap fakir miskin sebagai bentuk ungkapan syukur karena sudah memahami filsafatnya Aristoteles.
Dalam pemahaman saya, Ibnu Sina tidak akan pernah melakukan tindakan ini bila dia memahami bahwa keberhasilannya memahami pemikiran Aristoteles semata hasil kerja kerasnya saja. Bukan merupakan rizki dari Tuhan.
Mungkin hal menarik lain dari Do'a Belajar adalah ketika di akhir kita juga disuruh meminta untuk menjadi golongan orang-orang baik (shalihin). Seperti yang diungkapkan sebelumnya, Do'a ini seolah mengingatkan kita bahwa orang berilmu, tidak otomatis akan menjadi orang baik. Karena itu kita bisa memahami temuan KPK beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa orang yang korupsi adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi.
Bila logika diatas dibalik, maka orang Berilmu bukan hanya tidak otomatis adalah orang Baik, tapi orang Baik juga bukan berarti orang yang mempunyai Ilmu.
"Waallahu'alam bishawab"