Bila terhadap Ilmu kita minta ditambah, maka terhadap Pemahaman kita minta diberi rizki. Kita meminta Ilmu ditambah dan diberi rizki akan pemahaman. Jadi kalau Ilmu berkaitan dengan penambahan dan pengurangan, maka Pemahaman itu kaitannya dengan rizki. Bukan penambahan pengurangan.
Bila Rizki kita posisikan sebagai hak perogratif Tuhan yang diberikan kepada makhluknya secara berbeda-beda, mungkin dari sini juga kita bisa memahami posisi Pemahaman. Faham adalah rizki dari Tuhan yang diberikan kepada manusia. Karena itu adalah rizki, kadang pemahaman datang bukan hasil eksplorasi manusia. Tapi kerap datang tiba-tiba entah darimana.
Bahwa pemahaman itu adalah sebuah rizki, mungkin bisa kita lihat pada proses Archimedes menemukan hubungan antara berat benda dan air yang melimpah karena berat benda tersebut.Â
Menurut Hukum Archimedes, sebuah benda yang dimasukan seluruhnya atau sebagian kedalam air, maka dia akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. Karena temuan Archimedes inilah orang bisa mengkalkulasi secara detail cara membuat kapal laut, membuat jembatan ponton atau membuat balon udara.
Archimedes sendiri memang mencari hukum diatas karena permintaan Raja nya. Sang Raja baru saja mendapat hadiah yang menurut pemberinya terbuat emas.Â
Karena ragu, sang Raja meminta Archimedes untuk membuktikan apakah betul hadiah itu terbuat dari Emas. Sebagaimana yang sudah menjadi cerita legendaris, Archimedes menemukan jawaban atas pertanyaan Raja bukan karena berkutat di Laboratorium atau di Perpustakaan.Â
Tetapi ketika Archimedes sedang mandi. Melihat air yang melimpah keluar bak setelah dia memasukan badannya, tiba-tiba datang pemahaman bagaimana cara mendeteksi hadiah buat sang Raja apakah terbuat dari Emas atau bukan.
Kita juga mungkin bisa memahami bahwa Pemahaman adalah sebuah Rizki bila kita menonton Biografi Abdus Salam dalam dokumenter berjudul "Salam, the First Muslim Nobel Laureata".
Dalam dokumenter yang menceritakan Abdus Salam berjudul "Salam, The First Muslim Nobel Laureata". Abdus Salam sendiri adalah orang Pakistan yang dikenal sebagai jenius Matematikawan dan juga Fisikawan. Dalam film dokumenter yang dirilis netflix tersebut, kata  "Muslim" mencoba disamarkan.Â
Namun tetap terbaca karena disamarkan dengan tinta putih. Hal ini dilakukan bukan hanya karena kata "Muslim" di nisan kuburan Abdus Salam juga dicoret, juga karena banyak orang Islam yang tidak mengakui Abdus Salam sebagai Muslim. Karena Salam dikenal sebagai pengikut Ahmadiyyah., Â
Namun diluar kontroversi diatas, hal yang menarik adalah ketika netflix menceritakan proses Salam dalam merumuskan berbagai pemikiran-pemikirannya. Disebutkan bahwa dalam banyak kesempatan, Abdus Salam kerap tiba-tiba saja mengeluarkan pensil dan kertas nya untuk menuliskan apa yang ada di benaknya.Â