Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ibnu Sina dan Kearifan Timur

1 Juli 2020   11:22 Diperbarui: 1 Juli 2020   11:28 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: english.khamenei.ir

Untuk menelusuri penyebabnya, Ibnu Sina pun memegang nadinya sambil menyebutkan banyak hal. Ketika disebut nama sebuah kota, denyut nadi si pemuda bergerak lebih kencang. Ibnu Sina pun lalu menyuruh orang untuk mencari tahu ada nama jalan apa saja serta siapa saja yang ada di kota itu.

Ketika nama jalan dan nama-nama orang yang ada di kota tersebut sudah ada, upaya eksperimental Ibnu Sina dilanjutkan. Sambil menyebut nama-nama jalan, Ibnu Sina terus merasakan denyut nadi si pemuda. Ketika disebut sebuah nama Jalan, dan denyut si pemuda naik, maka Ibnu Sina menyebut nama orang-orang yang ada di Jalan tersebut. 

Sampai akhirnya denyut si pemuda tersebut naik mencapai puncaknya ketika disebut nama seorang perempuan. Karenanya menurut Ibnu Sina, obat bagi pemuda tersebut adalah menikah dengan perempuan yang dia sebut tadi.

Karena melihat manusia terdiri dari jiwa yang juga bisa sakit tapi bisa disembuhkan, Ibnu Sina juga mempunyai pandangan terhadap orang gila. Bahwa orang gila pada dasarnya bisa disembuhkan dan mesti dibuat Rumah Sakit khusus menanganinya, yaitu Rumah Sakit Jiwa. 

Pandangan Ibnu Sina ini berbeda dengan pandangan yang berlaku di masyarakat Eropa waktu itu. Kala itu Eropa menganggap bahwa orang gila adalah fenomena orang yang membawa sikap-sikap iblis. Karena itu solusi bagi orang gila itu dibakar, bukan disembuhkan.

Karena reputasi inilah kemudian Ibnu Sina dikenang sampai sekarang. Di Hamadan, pemerintah Iran membangun Mausoleum Ibnu Sina. 

Sebuah kompleks yang mencakup perpustakaan, museum kecil dan sebuah pasak untuk mengenang Ibnu Sina. Fakultas Kedokteran University of Paris Prancis, menempelkan poster Ibnu Sina di Great Hall nya. Unesco, mengadakan UNESCO Avicenna Prize for Ethics in Science. 

Sementara NASA, setelah di otorisasi IAU (International Astronomical Union), memberikan nama Avicenna terhadap salah satu kawah di Bulan.

Hanya saja kekeliruan banyak orang adalah ketika menganggap bahwa Ibnu Sina hanya pakar kedokteran saja. Cendikiawan muslim pada masa itu, dikenal mempunyai banyak kepakaran atau polymath. Ibnu Rushd misalnya. Selain dikenal sebagai filosof penafsir Aristoteles, juga dikenal sebagai seorang tabib dan fakih. Begitu juga dengan Ibnu Sina.

Selain kedokteran, Ibnu Sina juga dikenal sebagai filosof. Disebutkan bahwa Ibnu Sina membaca Metaphysic Aristoteles. Karena buku itu sangat rumit, Ibnu Sina membacanya sampai 40 kali tapi tidak kunjung faham. Sampai akhirnya menemukan buku tulisan Al-Farabi, baru kemudian faham. 

Sebagai tanda kesukuran karena bisa memahami Metaphysic Aristoteles, Ibnu Sina sujud dan merayakannya dengan berderma kepada fakir miskin. Al-Farabi sendiri kala itu disebut "Guru Kedua" karena "Guru Pertama" adalah Aristoteles.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun