Mohon tunggu...
Delfi Yudha Frasetia
Delfi Yudha Frasetia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Editor in Chief di http://katabangdel.com/ Character Education Enthusiast | Business Analyst | Co-Founder MGI Foundation

Selanjutnya

Tutup

Money

Membongkar Dalang di Balik Krisis Ekonomi (Mata Uang) 2015 (AADC-A)

27 Agustus 2015   11:13 Diperbarui: 15 September 2015   11:07 26475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ada sebuah angin segar didapat Amerika, yaitu saat ditemukan sumber energy Shale Gas di Amerika. Sumber energy ini ¼ lebih murah dari gas bumi yang sekarang dikuasai Rusia. Dan jumlahnya adalah yang terbesar di dunia. Dengan biaya energi yang begitu murah patut-lah Amerika pede-nya bukan main. Peta kekuatan negara-negara pemilik energi di dunia pun berubah total.

Apa yang berubah dari peta energy ini? Amerika tidak lagi menganggap Arab Saudi sebagai sekutu yang layak disegani. Dahulu Amerika begitu hormat pada Arab Saudi (Selaku pemimpin OPEC/Negeri minyak paling berpengaruh). Sekarang setelah mendapat sumber energi baru, istilahnya nggak la yau. Bahkan 12 Tahun boikot Iran mereka hentikan, dan akhirnya Iran bebas merdeka kembali. Padahal Arab Saudi (wahabi) sangat anti dengan Iran (syiah). Bahkan Amerika tidak lagi dempetan dengan Israel dan lebih memilih mendekati Iran.(kapan-kapan saya bercerita perpolitikan negara-negara penghasil energi dunia)

Kebangkitan dan peten-tengan-nya Amerika saat ini membuat China berang. Bahkan ada dugaan Investor Amerika berhasil menggoreng bursa efek China dan melarikan Rp 35.000 triliun dalam beberapa hari lewan mekanisme Margin Trading. Untungnya China cukup kuat untuk menstimulasi kondisi yang goncang itu dengan pembelian saham oleh BUMN mereka. Sehingga indeks mereka kembali normal. Namun akhir-akhir China kembali rontok dan belum membuat kebijakan apa-apa. Pertumbuhan ekonomi China akhirnya terkoreksi TURUN.

Tidak terima “di-gini-in”, China bersiap-siap kembali membuat kejutan, pertama untuk menyelamatkan kemerosotan ekonomi mereka, yang kedua memberi pelajaran pada Amerika.

Kebijakan yang dibuat China adalah men-devaluasi mata uangnya. Dengan demikian produk-produk mereka kembali kompetitif. Sebelumnya mereka merasakan penguatan Yuan akibat peningkatan ekspor yang gila-gila-an. Sekarang saat pasar mulai kembali lesu dan membentuk keseimbangan baru atas pulihnya perekonomian Amerika, Yuan dinilai terlalu tinggi. Setelah di-devaluasi 2% beberapa hari yang lalu, China berharap mereka bisa menang head to head dengan Amerika dengan posisi Amerika tidak sakit lagi.

Saat China dan Amerika sedang perang seperti ini, sudah barang pastilah Negara-negara yang terkait dengan dua Negara ini “sempoyongan”. Alasannya simpel saja, untuk menang dipasar perdagangan rill menandingi China dengan Yuan yang terdevaluasi apa mungkin? Dus, berusaha menang di pasar investasi dan uang saat Amerika yang sedang mengurangi Quantitative Easing (Tapering Off)? apa juga mungkin? Pasti semua investasi pada balik ke Amerika, karena suku bunga mereka kembali meningkat. Pada akhirnya seluruh mata uang global akan terkoreksi jatuh.

"Tidak terima “di-gini-in”, China bersiap-siap kembali membuat kejutan, pertama untuk menyelamatkan kemerosotan ekonomi mereka, yang kedua memberi pelajaran pada Amerika."

Kalau setelah membaca ini masih ada yang bertanya salah siapa Rupiah anjlok? Jawabannya adalah salah pemimpin-nya. Pemimpin yang membiarkan Indonesia tumbuh lewat investasi jangka pendek (hot money). Pemimpin yang tidak pernah memikirkan infrastruktur penopang sektor usara (rill). Pemimpin yang hanya pencitraan angka-angka keuangan padahal hanya “buble” (mudah bocor/kabur) semua. Halah, sudahlah, tahu-nya kalian siapa dia.

Lalu bagaimana ini sekarang? Hemat saya, tidak ada gunanya mengikuti atau meladeni perang mata uang yang sedang berlangsung. Saya belum mengikutkan pengaruh Euro dan Rusia didalam perang diatas. Hal ini pasti membuat semua serba sulit. Semua negara punya hubungan ekonomi yang dapat saling mempengaruhi.

Saya berpandangan mendingan pemerintah berfokus memperkuat dunia usaha dalam negeri, baik industri besar, UKM-A maupun UKM-B. Bangun terus infrastruktur dan perbaiki kualitas anggaran pemerintah. Saya yakin dua tahun ini masyarakat akan merasakan pedih yang teramat dalam, biarlah ini menjadi penebus dosa kita karena membiarkan pemimpin yang haus pencitraan, dan terus membuat kebijakan yang jangka pendek (manis namun beracun). Sekarang peta kekuatan sumber daya energi sudah berubah, peta kekuatan global juga sudah berubah, tinggal Indonesia yang hendak memilih ingin berubah atau tidak.

Kalau anda generasi muda, stop mengeluh! Jangan Cengeng! Lets do anything for your nation even just a little thing!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun