Mohon tunggu...
Dela Puspita Sari
Dela Puspita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka dance

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Opini: Jakarta Amsterdam

28 Januari 2023   13:05 Diperbarui: 28 Januari 2023   13:18 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amsterdam merupakan ibukota sekaligus kota terbesar di Belanda yang memiliki kurang lebih 905.000 jiwa /tahun 2022. Selain menjadi ibukota Belanda , ada hal yang membuat Amsterdam menarik untuk kita bahas. Rata-rata ketinggian dari dataran ibukota "Kincir angin" ini adalah 2 meter lebih rendah daripada permukaan laut(dimana secara teori, kota ini seharusnya sudah tenggelam sekarang). Mengingat, pada awalnya Amsterdam hanyalah desa nelayan kecil. Akan tetapi akibat perkembangan yang sangat menakjubkan akhirnya ia menjadi bangsa yang sangat maju dan membuatnya memiliki teknologi yang bisa menyelamatkannya dari banjir atau bahkan tenggelamnya daratan akibat lebih rendah daripada ketinggian laut.

Menilik ke belakang, bangsa Belanda dikenal sebagai negara dengan peradaban yang cukup maju. Pada abad ke-17 Belanda berada di masa keemasan yang membuatnya menjadi bangsa yang sangat disanjung di seluruh dunia terutaman dalam bidang perdagangan, ilmu pengetahuan, dan seni. Pada abad yang sama juga, negara yang terkenal dengan bunga Tulipnya ini mampu membuat kanal-kanal yang memiliki panjang lebih dari seratus kilometer dan berfungsi untuk memperpendek rute laut ke Amsterdam. 

Selain itu, kanal ini dibangun karena pelabuhan kota tidak dapat diakses akibat meningkatnya kandungan lumpur yang membuat air menjadi dangkal, dan bahkan membuatnya masuk ke dalam daftar warisan dunia UNESCO pada Juli 2010. Sedangkan untuk menanggulangi banjir akibat permukaan laut lebih tinggi dari daratan, negara ini mengandalkan tanggul(sebagai penahan air laut), pintu air(didesain agar menutup secara otomatis jika ketinggian air laut naik dari batas normal), dan pompa(berfungsi untuk memompa air ke daerah yang lebih tinggi dan pada akhirnya sampai ke laut).

Serupa tapi tak sama, Ibu kota Indonesia juga sedang dalam perjalanan hingga pada akhirnya akan senasib dengan Amsterdam (daratan lebih rendah daripada lautan). Penurunan tanah di Jakarta terjadi secara bervariasi. Beberapa wilayah mengalami penurunan 1-15 sentimeter per tahun dan beberapa lokasi lainnya dapat mengalami penurunan hingga 20-28 sentimeter per tahun. Eksploitasi tanah yang berlebih seperti pengeboran air tanah yang berlebih serta beban bangunan menjadi faktor utaman penyebab turunnya dataran di Jakarta secara bertahap dan pasti.

Jakarta juga memiliki penduduk yang sangat banyak yaitu 10,64 juta jiwa menurut Badan Pusat Statistik(BPS). Jumlah itu membuat Kota ini menjadi Kota terbesar nomor 2 se-Asia Tenggara setelah Kota Manila Ibu Kota Filipina(14.406.059 jiwa). Jumlah tersebut membuat Kota "metropolitan" ini 10 kali lipat lebih banyak dibanding dengan Amsterdam.

Tingginya jumlah penduduk di Kota dengan luas wilayah 661.5 km(menurut BPS DKI Jakarta) ini tidak serupa jika disamakan dengan Amsterdam dalam segi perkembangan Teknologi untuk menyikapi perihal pengairan. Dikarenakan Jakarta masih banyak menggunakan cara konvensional seperti mengeruk aliran sungai dari lumpur dan sampah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun