Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Ekolinguistik, Mengungkap Masalah Lingkungan dalam Ragam Bahasa

9 Mei 2023   11:17 Diperbarui: 18 Mei 2023   21:11 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sinilah, kita bisa melihat bahwa dalam ekolinguistik, sepertihalnya pendekatan kritis lain dalam linguistik, peneliti harus memiliki komitmen keterlibatan dalam masalah lingkungan, apakah dengan cara membongkar konstruksi kepentingan yang ada dalam cerita-cerita dalam teks kebahasaan ataupun memformulasi alternatif cerita-cerita baru yang bisa menjadi model mental bagi bagi banyak orang dalam masyarakat.

Itulah yang disebut kerangka etis/filosofis peneliti yang akan digunakan dalam mengevaluasi bahasa yang dianalisis, meskipun tidak harus dinyatakan secara eksplisit. Sebagai perbandingan, peneliti bahasa yang mengandung rasisme akan menggunakan kerangka etis yang menempatkan rasisme sebagai sesuatu yang negatif dan perlu dilawan, alih-alih sekedar sebagai konstruksi teknis kebahasaan. 

Kerangka etis demikian merupakan acuan filosofis yang mendasari jalannya penelitian kebahasaan untuk mengungkapkan dan menilai cerita yang memuat permasalahan lingkungan. Dengan kerangka yang dibangun dari wacana filosofis, peneliti bisa menelaah cerita-cerita yang ada dalam teks kebahasaan yang bertentangan atau merusak nilai-nilai filosofis yang ditetapkan.

Seorang ekolinguis,  Jrgen Bang, dalam komunikasi personal dengan Stibbe menjelaskan kerangka etis/filosofis ekolinguistik yang semestinya berkontribusi terhadap budaya lokal dan global di mana (i) kerjasama, (ii) berbagi, (iii) dialog demokratis, (iv) perdamaian dan non-kekerasan, (v) kesetaraan dalam setiap ruang kehidupan sehari-hari, dan (vi) keberlanjutan ekologis merupakan fitur dan nilai fundamental. 

Ketika kerangka etis/filosofis tersebut digunakan, maka cerita akan dinilai berdasarkan sejauh mana cerita tersebut mendorong kerja sama atau persaingan, berbagi atau keserakahan, perdamaian atau kekerasan, dan kelestarian atau kehancuran ekologis.

Apa yang perlu dicatat adalah bahwa kerangka filosofis dalam penelitian ekolinguistik tidak bisa diseragamkan. Nanun, ekolinguis tentu memiliki kesamaan dalam hal hubungan manusia dengan makhluk hidup lain dan lingkungan fisik. 


Larson (dikutip dalam Stibbe, 2015) dalam penelitian ekolinguistiknya terkait metafora, memilih menggunakan "keberlanjutan sosioekologis" sebagai kerangka filosofis dan mempertimbangkan "apakah metafora yang telah kita pilih akan membantu kita di jalur keberlanjutan atau membawa kita semakin tersesat." 

Baginya, manusia tidak hanya mencari dan memperjuangkan keberlanjutan ekologis, tetapi juga keberlanjutan sosioekologis yang lebih menyeluruh. 

Kita menginginkan hubungan yang berkelanjutan antara manusia dan alam alih-alih sistem ekologi berkelanjutan tanpa manusia yang akan menjadi tanda kegagalan. Sebisa mungkin metafora yang kita gunakan dalam bercerita bisa mendukung keberlanjutan sosioekologis.

Dalam perkembangannya, peneliti lain menggunakan istilah ecological philosopy atau "ekosofi" untuk rangkaian prinsip filosofis yang memasukkan pertimbangan ekologis. Naess (dikutip dalam Stibbe, 2015) menjelaskan ekosofi sebagai filsafat harmoni ekologis, secara terbuka bersifat normatif berisi norma, aturan, postulat, nilai prioritas, dan hipotesis tentang keadaan tertentu. 

Aspek detil ekosofi akan menunjukkan banyak variasi karena perbedaan yang signifikan tidak hanya mengenai  polusi, sumber daya, populasi, dll, tetapi juga nilai prioritas. Karena ekosofi mencakup "norma" dan " nilai prioritas," tidak ada satu pun ekosofi yang paling benar sebagai dasar ekolinguistik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun