Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Tinggi dalam Kuasa Neoliberal: Pemikiran Giroux

23 Maret 2023   08:06 Diperbarui: 23 Maret 2023   08:31 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketidakadilan ekonomi dalam neoliberalisme. Sumber: www.citywatchla.com

Konsekuensi dari transformasi dramatis pendidikan tinggi tersebut adalah hampir matinya universitas sebagai ruang publik yang demokratis. Banyak fakultas sekarang mengalami demoralisasi karena mereka semakin kehilangan hak dan kekuasaan. Selain itu, fakultas yang lemah diterjemahkan menjadi fakultas yang diatur oleh rasa takut alih-alih tanggung jawab bersama. 

Demoralisasi seringkali tidak diterjemahkan menjadi kemarahan moral, alih-alih menjadi sinisme, akomodasi, dan kemunduran akadeis menuju profesionalisme yang steril/netral. Banyak fakultas sekarang menemukan diri mereka seperti menatap ke dalam jurang, karena tidak mau mengatasi serangan neoliberal terhadap universitas.

Banyak akademisi dan penentu kebijakan di tingkat fakultas bingung dalam menghadapi tuntutan wacana spesialisasi dan profesionalisasi yang menghubungkan kurikulum dan pembelajaran dengan dunia pekerjaan, sehingga memutus keterhubungan dan keterlibatan mereka dengan masalah rakyat serta memotong keterkaitan mereka dengan politik demokrasi yang lebih luas.

Imbas luar biasa dari kecenderungan tersebut adalah para akademisi dan pengelola fakultas cenderung kurang berkomunnikasi atau kurang peduli terhadap publik yang lebih besar, kurang menjunjung tinggi nilai-nilai publik, atau kurang memberikan beasiswa yang dapat diakses oleh khalayak yang lebih luas. 

Meningkatnya tuntutan agar fakultas melayani kepentingan perusahaan dan pengembangan karir terlalu banyak akademisi yang merasa terlalu nyaman dengan korporatisasi universitas dan rezim baru pemerintahan neoliberal. 

Ketika banyak akademisi terbiasa mengejar hibah, promosi, dan penelitian konvensional, mereka menarik diri dari debat publik yang lebih besar dan menolak untuk mengatasi masalah sosial yang mendesak. Dengan asumsi netralitas keilmuan, banyak akademisi membuat tulisan, memformulasi teori atau menemukan hak cipta tertentu untuk memenuhi kepentingan individualnya dan industri. 

Tidak heran kalau saat ini kita menyaksikan lahirnya banyak “pengusaha akademis.” Kehadiran mereka sejatinya hanya memperkuat persepsi publik bahwa banyak akademisi yang keberadaan mereka tidak relevan lagi dengan permasalahan dalam masyarakat. 

Karikatur privatisasi pendidikan di AS. Sumber: http://neolib.uga.edu
Karikatur privatisasi pendidikan di AS. Sumber: http://neolib.uga.edu

Semakin sedikit akademisi yang mau membela dan memperjuangkan universitas sebagai situs penting untuk belajar bagaimana berpikir kritis dan bertindak dengan keberanian sipil. Banyak akademisi menjadi aparat disiplin yang memandang universitas bukan sebagai tempat untuk berpikir tetapi sebagai tempat untuk mempersiapkan mahasiswa agar menjadi kompetitif di pasar global.

Universitas menghadapi serangkaian tantangan yang semakin meningkat yang timbul dari pemotongan anggaran, menurunnya kualitas pengajaran, perampingan fakultas, pendisiplinan penelitian untuk isu-isu tertentu yang disukai korporasi, dan pembenahan kurikulum agar sesuai dengan kepentingan pasar. 

Semua itu tidak hanya bertentangan dengan budaya dan nilai demokrasi pendidikan tinggi, tetapi juga mencemooh makna dan misi perguruan tinggi itu sendiri, yakni universitas sebagai tempat berpikir dan menyediakan budaya formatif dan agen yang memungkinkan tumbuhnya demokrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun