Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Perempuan dalam Narasi Film: Representasi, Ideologi, dan Hegemoni

1 Februari 2023   14:54 Diperbarui: 5 Februari 2023   16:20 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monica Bellucci dalam shooting film James Bond, Spectre. Sumber: Columbia Picture/Etonline

Perempuan memang menempati posisi dominan dalam representasi kepentingan ideologis negara melalui film, namun hal itu tidak membebaskannya dari kepentingan patriarki yang melihat mereka sebagai makhluk yang sudah sepatutnya berperan dalam ‘fungsi kehidupan’: melahirkan, menjaga, mempersatukan, serta menjaga keutuhan dengan mengorbankan impian ideal mereka sendiri. 

Artinya, dalam kondisi kritis apapun, perempuan harus menyediakan dirinya guna melayani kepentingan ideologis yang lebih luas, patriarki dan negara. 

Perempuan sebagai Objek Pandangan Seksual

Selain domestikisasi perempuan, representasi perempuan dalam film juga bisa dilihat dari sudut pandang erotisisme. Perempuan seringkali menempati posisi objek yang layak dipandang dan ditampilkan secara sensual sehingga mampu memenuhi hasrat seksual para penonton laki-laki. 

‘Pandangan politis’ tersebut, sekali lagi, berkorelasi dengan hegemoni patriarki yang memposisikan laki-laki sebagai kelas pemimpin dan berhak memperlakukan dan mempersepsikan tubuh perempuan sebagai objek pemuasan hasrat, meskipun hanya melalui citra visual.

Salah satu adegan dalam James Bond, No Time To Die. Sumber: MGM/Courtesy Everett Collection 
Salah satu adegan dalam James Bond, No Time To Die. Sumber: MGM/Courtesy Everett Collection 

Industri film Hollywood, misalnya, memperlihatkan adanya kecenderungan untuk merepresentasikan perempuan sebagai pelengkap pandangan libidinal laki-laki. Perempuan dalam film-film Hollywood adalah makhluk yang sensual, bahkan cenderung erotis, yang kemunculannya mampu mambangkitkan dan memuaskan hasrat laki-laki untuk memandang dan ‘menikmati’ fantasi tubuh. 

Mengenai persoalan tersebut, Mulvey (1989: 15-18) menjelaskan:

Daya magis Hollywood adalah gaya dalam bentuk terbaiknya (sehingga semua sinema berada dalam ruang pengaruhnya) yang muncul, tidak secara esklusif, namun dalam satu aspek penting, dari manipulasi yang cerdas dan memuaskan terhadap kenikmatan visual. 

Tak terbantahkan lagi, film arus utama mengkodekan erotika ke dalam bahasa aturan patriarkal yang dominan. Dalam sinema Hollywood yang pesat perkembangannya, hanya melalui kode-kode tersebut subjek yang teralienasi semakin dekat untuk menemukan sekilas kepuasan melalui keindahan formal dan permainan pada obsesi formatifnya sendiri…

Sinema menawarkan beberapa kemungkinan kenikmatan. Salah satunya adalah skopopilia (kenikmatan dalam memandang)…menjadikan orang lain sebagai objek, mensubjekkan mereka bagi pandangan yang dikendalikan dan bertanya-tanya…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun