Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Petik Laut Tanjung Papuma dalam Perspektif Pariwisata Ekokultural

2 Agustus 2022   13:27 Diperbarui: 9 Agustus 2022   14:11 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran barisan perempuan berpakaian adat Jawa pembawa kendi (tempat air dari bahan tanah) yang mengikuti iring-iringan membawa makna luhur tentang ajakan kepada manusia untuk terus memelihara sumber kehidupan, air. 

Kendi yang terbuat dari tanah liat mengingatkan kita agar terus mencintai tanah sebagai asal kehidupan dan tempat kita hidup di muka bumi.

Bagaimanapun juga, saat ini, dunia terancam oleh krisis air akibat bermacam kerusakan ekologis. Meskipun di Jember air relatif masih mudah didapatkan, kita tidak boleh lengah karena bermacam masalah lingkungan tengah berlangsung di Jember akibat pembangunan dan alih fungsi lahan serta berkurangnya lahan serapan.

Pemaknaan tersebut sekaligus meng-counter pendapat sebagian orang yang salah kaprah atau tidak paham makna secara kultural dari keberadaan sesajen dan gunungan. 

Akibatnya, mereka seringkali mengidentikkan sesajen dan gunungan sebagai bentuk penyekutuan terhadap Tuhan. Padahal tidak demikian maksudnya.

Para hapsari. Dok. Tim Video
Para hapsari. Dok. Tim Video

Kehadiran puluhan hapsari, peri samudra/lautan, yang diperankan para perempuan muda menjadi sajian pembeda, karena dalam banyak acara petik laut di Jember, mereka tidak ada. Istilah hapsari berasal dari bahasa Sanskerta "apsara" yang bermakna peri samudra/lautan. 

Para hapsari melambangkan energi kebaikan samudra raya yang memberikan banyak kepada manusia. Selagi manusia mau terus merawat laut dengan tindakan-tindakan bijak, tentu para hapsari akan terus berdoa kepada Tuhan untuk mensejahterakan dan melindungi manusia. 

Mungkin selama ini orang berpikir sosok Nyi Roro Kidul atau Ratu Laut Selatan sebagai sosok yang dihormati dalam tradisi pesisir selatan di Jawa. Sejatinya, baik para hapsari ataupun Nyi Roro Kidul, tidak harus ditafsir sebagai sesuatu yang berkaitan dengan magis atau dilekatkan dengan makna syirik. 

Hapsari menari menyambut Kepala Desa Lojejer dan rombongan. Dok. Tim Video
Hapsari menari menyambut Kepala Desa Lojejer dan rombongan. Dok. Tim Video

Kita bisa memahami cerita ataupun sosok mereka sebagai kekuatan yang ikut menjaga keberadaan samudra raya. Ketika masyarakat nelayan menyajikan sesajen ataupun gunungan itu sebagai bentuk terima kasih kepada Tuhan dan semua makhluknya yang ikut menjaga samudra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun