Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Petik Laut Tanjung Papuma dalam Perspektif Pariwisata Ekokultural

2 Agustus 2022   13:27 Diperbarui: 9 Agustus 2022   14:11 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ritual Petik Laut Wajah Baru

Lazimnya ritual Petik Laut di banyak tempat, setelah upacara pembukaan dan pembacaan doa, warga masyarakat nelayan akan membawa aneka sesajen dan kepala sapi/kambing untuk di-larung ke tengah laut. Namun, Petik Laut Tanjung Papuma 2022 menghadirkan komposisi ritual yang belum pernah dilakukan di Jember. 

Pembawa gunungan dan sesajen. Dok. penulis
Pembawa gunungan dan sesajen. Dok. penulis
Kebaruan itu dihadirkan dalam bentuk prosesi ritual yang menggunakan adat Jawa Ngayogyakarta dengan pernik-pernik sesajen dan gunungan hasil bumi. 

Mengapa demikian? Kades Lojejer, Mohammad Sholeh, memiliki pertimbangan khusus, yakni untuk memberikan makna yang lebih sakral karena Petik Laut memang ditujukan sebagai doa dan harapan kepada Tuhan Yang Mahaesa agar warga nelayan dan semua warga yang bekerja di sektor kelautan mendapatkan yang terbaik dan terhindar dari musibah. 

Untuk sampai kepada tujuan tersebut, tentu rangkaian ritual harus digarap dengan serius, tidak asal arak-arakan. Untuk itulah, Pemdes Lojejer meminta bantuan desain acara proses ritual kepada DeKaJe, Puri Asih, dan Sanggar Seni Sotalisa. 

Tidak lupa, Kades Lojejer juga meminta masukan dari para akademisi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember terkait penguatan makna dan pengetahuan ritual Petik Laut. 

Warga Puri Asih menyiapkan sesajen ritual. Dok. penulis
Warga Puri Asih menyiapkan sesajen ritual. Dok. penulis

Tata aturan ritual ala Ngayogyakarta dipilih karena para warga Puri Asih selama ini sudah terbiasa melakukan ritual yang berkaitan dengan larung sesaji dengan adat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Sebagai warga Jawa yang tinggal di wilayah multikultural bernama Jember, mereka yang bergabung di Pura Asih memang masih terus berusaha melestarikan adat-istiadat leluhur dari Yogyakarta. 

Maka, proses ritual Petik Laut Tanjung Papuma dimulai dengan iring-iringan warga Puri Asih dari Siti Hinggil. Dengan pakaian adat Jawa Ngayogyakarta lengkap, puluhan warga berjalan menuruni tangga demi tangga secara khusuk. 

Diarahkan oleh seorang cucuk lampah (pembuka dan pengarah jalan), mereka menuju rombongan perangka dan warga desa Lojejer bersama para mahasiswa KKN yang sudah siap dengan gunungan hasil bumi dan aneka sesajen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun