Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Sejumput Kisah Bu(di)daya Tanaman di Pekarangan Sempit

3 April 2022   05:05 Diperbarui: 3 April 2022   10:00 2151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyiram dan merawat tanaman dalam ritme pagi-sore bisa mengisi pikiran dan batin yang sehari-hari dipenuhi kalkulasi ekonomis, industrial, politis, ataupun akademis. Setidaknya terdapat ruang dan waktu untuk mengambil jeda dari rutinitas yang diatur dalam jadwal ketat. 

Merawat tanaman merupakan jeda penting yang bisa digunakan untuk mendapatkan energi positif sebanyak-banyaknya yang diharapkan bisa mengimbangi pikiran dan tindakan rutin di tempat kerja. 

Prinsip keseimbangan ini penting karena memungkinkan kita mengusahakan kesehatan untuk kehidupan kita dengan cara sederhana. 

Ketika pikiran dan batin kita mendapatkan 'suntikan' keindahan dan kebahagiaan, di situlah kesehatan akan menemani hari-hari kita. 

Serangga di daun telang | Dokumentasi pribadi
Serangga di daun telang | Dokumentasi pribadi
Dari manfaat positif tersebut, kita bisa mengembangkan imajinasi dalam pikiran untuk menghasilkan karya-karya kreatif dalam bidang pekerjaan. Tentu saja, itu semua adalah dampak positif yang tidak hanya berupa kesehatan, tetapi juga budaya. Mengapa demikian? 

Karena, dengan kesehatan pikiran dan batin, didukung keindahan visual dari pekarangan, saya, misalnya, bisa mengembangkan imajinasi terkait usaha untuk menggelar pertunjukan kesenian bersama para seniman. 

Di kampus, saya juga tidak mudah merasa lelah dan capek berlebihan, meskipun volume pekerjaan cukup banyak. Keseimbangan pikiran dan batin bisa jadi menjadi salah satu faktornya. 

Jahe dari pekarangan | Dokumentasi pribadi
Jahe dari pekarangan | Dokumentasi pribadi

Sering ketika tubuh saya mulai terasa lelah, sembari istirahat sejenak, saya membayangkan aktivitas merawat tanaman sembari memotret mereka sesampai di rumah. Sesudahnya, saya seperti mendapatkan tambahan energi untuk kembali berkativitas. 

Tentu saja, saya tidak mengatakan bahwa pengalaman itu berlaku bagi semua orang. Namun, saya meyakini, masing-masing orang sejatinya punya mekanisme untuk mendapatkan keseimbangan dalam hidup, sehingga tidak larut dalam alienasi.

Tidak salah kiranya kalau di judul saya menulis "bu(di)daya". Artinya, sesederhana apapun budidaya yang kita lakukan di pekarangan sempit, akan menghasilkan kehidupan sesama makhluk yang begitu indah dan menyiapkan pikiran dan batin kita untuk berkarya dan bekerja dengan gembira. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun