Di samping aktivitas internal kelompok, ada juga pertemuan dalam bentuk jambore yang mempertemukan klub-klub motor merk sejenis. Adapun aktivitas- aktivitas dalam jambore antara lain: unjuk kebolehan dalam hal modifikasi motor dan atraksi-atraksi kreatif freestyle (akan dibahas selanjutnya). Dalam jambore para anggota klub dari setiap kota bisa saling bertukar informasi tentang persoalan motor mereka dan juga persoalan-persoalan lainnya. Untuk memeriahkan jambore, biasanya diadakan pentas musik yang diisi musik pop, rock, hingga maupun dangdut.Â
Namun, ajang jambore bisa juga digunakan kekuatan pemodal untuk memperkuat dan mempromosikan citra motor merk tertentu kepada para konsumen. Tidak mengherankan kalau dalam ajang jambore klub bisa ditemukan puluhan umbul-umbul sponsor dari perusahaan motor yang bersangkutan. Ini menunjukkan kemampuan pemodal dalam melakukan penetrasi secara lentur ke dalam subkultur. Di sisi lain, klub juga mendapatkan biaya dari sponsor untuk mendukung kegiatan mereka.
Terlepas dari realitas tersebut, jambore tetap saja menjadi situs penting bagi perayaan rasa guyub antarklub motor merk sejenis. Di samping kegiatan jambore, satu klub di satu kota seringkali mengadakan kungjungan muhibah ke klub di kota lain. Selain sebagai aktivitas touring, juga sebagai medium pertukaran informasi dan kerukunan.Â
Untuk tetap menjaga roda organisasi klub dan mengembangkan ide-ide pengembangan, masing-masing klub motor juga mempunyai agenda kegiatan berupa rapat yang melibatkan anggota. Seperti organisasi-organisasi lainnya, rapat anggota diselenggarakan untuk (1) melakukan evaluasi kepengurusan periode sebelumnya; (2) memilih pengurus baru; (3) menetapkan program kerja ke depan; dan, (4) menampung ide-ide kreatif dari para anggota.Â
Dana rapat diperoleh dari iuran wajib anggota yang dibayar tiap bulan dan sumbangan sukarela anggota, serta sumbangan-sumbangan dari pihak lain (seperti sponsor) yang bersifat tidak mengikat. Lokasi penyelenggaraan rapat anggota biasanya dipilih tempat yang menghadirkan suasana rileks, seperti di kafe-kafe yang berada luar kota sehingga mereka bisa bertukar pikiran dalam suasana yang akrab dan santai.Â
Klub motor yang sudah mapan dan struktur organisasinya sudah tertata hingga tingkat nasional, seperti SOG, secara berkala melakukan Musyawarah Nasional (Munas) yang diselenggarakan di hote.l Hal serupa juga dilakukan oleh Klub Harley Davidson Indonesia yang rata-rata pemiliknya adalah orang-orang kaya (the have).
Untuk menampung aspirasi dan melangsungkan komunikasi intensif antarklub dalam satu wilayah kota, dibentuk juga forum silaturahmi sebagai ajang bertemunya klub-klub motor. Selain untuk ajang silaturahmi, kehadiran forum antarklub juga bisa menjadi 'senjata politis' untuk memperjuangkan kepentingan dan aspirasi klub-klub motor. Di Jakarta, misalnya, dibentuk Forum Komunikasi Antar Club Community Jakarta.Â
Terkait permasalahan tertentu, forum biasanya akan menjalankan agenda politis, seperti memperjuangkan pembatalan pemberlakukan larangan bagi pengendara motor untuk melintas di jalan-jalan protokol kota. Sebagai wujud penyampaian aspirasi, forum merekomendasikan untuk memilih calon gubernur yang mau memperjuangkan pembatalan peraturan tersebut karena peraturan tersebut hanya akan merugikan kelas menengah ke bawah yang rata-rata menggunakan motor sebagai alat transportasi menuju tempat kerja.Â
Di satu sisi, gerakan politis tersebut bisa dibaca sebagai bentuk resistensi kritis para anggota klub terhadap pemerintah demi berpihak pada kepentingan para pengendara motor di ibu kota. Di sisi lain, gerakan itu, apabila tidak dikonsep dengan baik, bisa menjadi pintu masuk bagi para brokers politik untuk mempengaruhi pilihan politis para pengendara dan mengarahkannya kepada salah satu calon sehingga bisa merugikan independensi dan semangat resistensi mereka sendiri.Â
Di samping aktivitas-aktivitas di atas, beberapa klub motor di Indonesia juga mempunyai kegiatan yang bisa disebut "keterlibatan sosial" yang beruwujud bhakti sosial kepada para korban bencana atau orang-orang yang membutuhkan bantuan. Bhakti sosial menjadi bukti betapa klub motor tidak hanya berkutat dengan persoalan teknik mesin maupun touring tetapi juga masih memperhatikan penderitaan sesama.Â
Bantuan biasanya dikumpulkan dari para anggota, baik berupa uang maupun sembako, tergantung keperluan yang dibutuhkan oleh korban. Ketika bantuan sudah terkumpul, para anggota klub bersama-sama mendatangi lokasi. Seperti yang dilakukan Depok Tiger Club (Detic). Ketika terjadi bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Klaten (2006), klub ini menggalang sumbangan dari para anggota dan juga para dermawan di Depok dan sekitarnya untuk kemudian dibawa dan dibagikan kepada korban di Klaten, tentu setelah terlebih dahulu berkoordinasi dengan klub motor Tiger yang ada di sana. Ini menunjukkan betapa nilai-nilai sosial berupa rasa guyub dalam klub motor mampu mendorong lahirnya kepekaan sosial yang diaplikasikan kepada masyarakat luas.