Oleh : Defri Noksi Sae
Segenggam debu digendong dan dileburkan nafas
Dirangkum oleh nadi dalam pundi-pundi suci yang diiringi gambus
Debu ini menari menyambut anggur dari cawan-cawan kecapi nan tenang berhembus
Bak lembu jantan menjamah hulu hingga hilir sungai tanpa puas
Kunamainya kehidupan, merangkai riwayat yang tak aku tahu seberapa kusam
Kunaikan laku di tangkai-tangkai kaki cakrawala nan dipandang lazim
Dimateraikan oleh unik setiap helaian unit-unit alam
Sepanjang mata menjamah mawar di bumi, kuberhak pilih dalam altar ingin peluh senyum
Kunikmati madu-madu itu dalam suka yang terselip cantik bak rasa nan lentik di sanubari
Terpikat kini debu nan bernafas dalam godaan rampai-rampai beracun dalam nadi nan tengah bersafari
Terikat dalam kemolekan dan diolok hina sepanjang melek menari-nari
Semuanya gugur dalam kegelapan, memberi umpan pada debu ini agar seperjalanan pergi
Sesungguhnya aku ini hina diantara cemerlangan bintang-bintang di bumi dan langit
Sempurna itu tak mampu kujamah dalam dekapan, apalah arti kusamku jika dipandang langit?
Tertatih riwayat dalam masa-masa titipan hingga mungkin pemilik debu menengok lentik
Sekali lagi, aku ini hina diantara mawar dan melati yang bergantungan di semesta dengan cantik
Kamar Refleksi, 08 Agustus 2020