Mohon tunggu...
Defrida
Defrida Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Pelajar, Belajar dan Mengajar. Duduk, Lihat, Dengar, Berpikir, Analisis dan Bicara. #Nulisaja

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

De Oost: Kemerdekaan dari Perspektif Penjajah

6 April 2024   22:42 Diperbarui: 6 April 2024   22:43 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

De Oost, sebuah judul film yang masuk dalam hasil pencarian mesin perambah internet, ketika saya mengetikan contoh film bertema Bela Negara. 

Awalnya saya tertarik karena hanya membaca nama sutradaranya yang dalam pikiran saya, si sutradara pasti merupakan orang Indonesia. Sebelum saya membahas film ini lebih lanjut, mungkin akan lebih baik jika para pembaca mengetahui sinopsis singkat film De Oost yang dirilis pada tahun 2020. 

Film De Oost mengisahkan tentang seorang tentara Belanda bernama Johan de Vries yang dikirim untuk bertempur melawan gerilyawan Indonesia selama Perang Kemerdekaan Indonesia. 

Di tengah-tengah pertempuran dan konflik moral, Johan harus menghadapi dilema pribadi tentang kebenaran dan kesetiaan. Johan de Vries, dikirim ke Semarang di mana tentara Belanda bertugas untuk membebaskan rakyat Indonesia dari pemerintahan Sukarno (menurut pandangan Belanda). 


Martijn Lakemeier sebagai Johan de Vries(sumber : iMDb)
Martijn Lakemeier sebagai Johan de Vries(sumber : iMDb)

Johan awalnya mempercayai janji untuk membantu penduduk, tetapi  segera menyadari bahwa kenyataannya jauh berbeda,  dia melihat bahwa penduduk lokal bermusuhan terhadap tentara Belanda, sementara rekan-rekannya tidak bertindak saat kejahatan perang terjadi. Sebagai contoh, ketika kepala desa terdekat ditemukan tewas, tentara Belanda tidak melakukan tindakan apa pun. 

Rekan-rekan Johan lebih memilih untuk mengunjungi rumah bordil setempat dan merendahkan penduduk setempat dengan sebutan yang merendahkan, yakni monyet.

Setelah tiga bulan bertugas, ketika berpatroli, unit mereka diserang secara tiba-tiba oleh gerilyawan Indonesia, yang menyebabkan kematian prajurit Werner. Kapten Angkatan Darat Raymond Westerling, yang memimpin tindakan kontra-gerilya dan operasi pembersihan terhadap pemberontak Indonesia, memulai penyelidikan untuk menemukan pria yang bertanggung jawab atas pembunuhan Werner.

Marwan Kenzari sebagai Raymond Westerling (Sumber : kompas.com)
Marwan Kenzari sebagai Raymond Westerling (Sumber : kompas.com)

 Johan terlibat dalam proses penyiksaan terhadap tersangka tersebut atas perintah Westerling. Kemudian, Johan ikut dalam perjalanan berbahaya bersama Westerling ke wilayah musuh untuk melawan gerilyawan, mengambil korban musuh pertamanya dalam proses tersebut.

Kembali ke opini saya, Film De Oost sempat menuai kontroversi karena merepresentasikan para gerilyawan sebagai teroris dan melihat aksi perlawanan para pejuang Indonesia sebagai gerakan separatis terhadap pemerintahan Hindia Belanda.

 Akan tetapi jika disimak secara baik, film ini ternyata menghadirkan sebuah pandangan yang tidak begitu mengglorifikasikan para tentara Belanda, di mana hanya karakter Johan yang terlihat lebih menghargai penduduk pribumi layaknya seorang manusia sedangkan teman-teman sesama tentaranya memiliki pendapat yang sering merendahkan harga diri para penduduk. 

Meski terkesan sangat protagonis, alur cerita ini juga mengemas karakter Johan sebagai seorang tentara pada umumnya, yang merasakan dendam apabila ada sesama tentara yang dibunuh oleh orang-orang yang mereka anggap sebagai kelompok separatis. Karakter Raymond Westerling yang mana dalam sejarah Indonesia dikenal sebagai penjahat perang karena telah membantai banyak penduduk sipil pun, juga dihadirkan dalam film ini. 

Berulang kali dalam dialognya bersama Johan, Westerling selalu menegaskan bahwa gerakan kemerdekaan yang dilakukan oleh tentara Indonesia merupakan salah satu bentuk gerakan separatis yang hanya bisa ditumpas dengan cara yang kejam. 

Tak jarang untuk meredam pergerakan kemerdekaan Indonesia, Westerling menggunakan kekerasan bahwa membantai setiap orang yang dianggap berkomplot dengan tentara Indonesia. 

Para korban Westerling, dibunuh tanpa adanya penyelidikan yang sesuai hukum. Raymond Westerling sendiri tidak memiliki bukti yang kuat selain nama-nama orang yang dia dapatkan dari informan setempat. Sadar akan ketidakadilan tersebut, Johan sebagai bawahan mempertanyakan metode Westerling dalam menginterogasi. 

Bagi Johan ada yang janggal dari nama-nama yang diberikan, tetapi Westerling selalu menegaskan bahwa selama dia menjadi perwira KNIL, dia tidak pernah melakukan kesalahan, jika itu salah maka akan dia anggap sebagai sebuah kebenaran karena demi Hindia Belanda. 

Hingga suatu waktu, ketika mereka sedang melakukan interogasi, salah seorang warga yang namanya ada dalam daftar Westerling memberanikan diri memprotes hal tersebut. Dia bahkan menuduh salah seorang kerabatnya telah melakukan fitnahan dan memberikan laporan palsu pada Westerling. Meski ketakutan terhadap ancaman hukuman mati dari Westerling, warga tersebut berteriak bahwa dia telah difitnah oleh kerabatnya sendiri demi harta warisan. 

Teriakan ini kemudian menyadarkan Johan bahwa memang ada yang janggal dengan nama-nama yang telah diberikan pada Westerling, pasalnya sebagian desa yang penduduknya dibantai oleh Westerling justru tidak pernah dilalui oleh tentara Indonesia bahkan bukan merupakan tempat yang strategis. 

Meski Westerling sadar akan kesalahannya, dia tetap ingin melakukan pembantaian karena malu bahwa seorang perwira KNIL bisa ditipu oleh penduduk yang mereka anggap bodoh. Johan segera menghalangi Westerling untuk membunuh warga desa tersebut karena menurutnya bagaimana pun orang yang tak terbukti bersalah secara hukum, tak boleh dihukum mati. Tindakan Johan justru mendapatkan perlawanan dari sesama teman tentaranya, dia dihajar habis-habisan hingga tak sadarkan diri.

Dari film ini, saya diberikan sebuah kepastian bahwa pada dasarnya sejarah berisi kebenaran yang diterjemahkan melalui perspektif yang berbeda. Benar Westerling membantai kurang lebih 40.000 jiwa, tetapi bagi pihak Westerling itu merupakan aksi heroik untuk meredam aksi yang dianggapnya sebagai gerakan separatis. 

Hal ini senada dengan Jepang, yang melihat bahwa pendudukan militernya di wilayah Indonesia bukanlah bentuk penjajahan tetapi pembebasan dari jajahan Belanda. 

Karakter Johan merupakan karakter yang pasti akan anda temui dalam sebuah pasukan militer yang sedang menjalani operasi militer, demikian pula juga teman-teman seperjuangannya, hal ini juga bisa menjelaskan bahwa terkadang perang memberikan tekanan psikologis bagi anggota militer, apalagi jika diwajibkan melakukan tindakan yang menyentuh nilai moral dan kemanusiaan seorang anggota. 

Bahkan cerita tentang salah seorang penduduk yang difitnah pun pasti akan anda temui ketika terjadi sebuah konflik. Di mana tanpa pengadilan yang sah secara hukum, fitnah bisa menjadi pendorong meningkatnya jumlah korban jiwa di dalam sebuah perang. 

Pada akhirnya kita tidak hanya dihabisi oleh musuh kita, tetapi juga orang-orang terdekat sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun