Mohon tunggu...
Defi Dilalatul Haq
Defi Dilalatul Haq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030046

Saya Defi Dilalatul Haq, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030046. Akun kompasiana ini saya buat sebagai pendukung dalam perkuliahan mata kuliah jurnalistik, selain itu juga saya gunakan kompasiana ini sebagai sarana mengembangkan kreatifitas dan melatih skill menulis saya. Mohon bantuannya teman-teman✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Digital Minimalism: Seni Hidup Minimalis sebagai Milenial

17 Juni 2021   08:20 Diperbarui: 17 Juni 2021   08:43 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: istockphoto.com

Bahkan kamu tidak perlu sekolah untuk menjadi pintar dan punya banyak informasi. Kamu tinggal googling dan belajar otodidak dari berbagai platform yang ada, kamu bisa menjadi pintar. Akan tetapi ini menimbulkan masalah baru, yaitu karena informasi semakin mudah didapat dan diproduksi. Sehingga akhirnya banyak informasi yang tidak berkualitas, contohnya hoax. Dan bukan cuma itu saja, kita juga malah menjadi adiksi dengan platform-platform yang kita pakai sekarang. 

Masalahnya, banyak yang adiksinya mengarah ke konten negatif, contohnya pornografi, sampai ke konten yang sebenarnya mungkin tidak bermanfaat banget. Bill Maher, seorang komedian, melemparkan guyonan yang dirasa sesuai menggambarkan keadaan ini, "Rokok hanya menginginkan paru-paru kita. Tapi sosial media menginginkan jiwa kita".

Kesimpulannya, dulu masalah manusia adalah tentang kekurangan. Sementara sekarang, justru manusia malah menjadi bermasalah dengan semua hal yang malah menjadi kebanyakan. Ini menjadi suatu hal menarik, karena dari sini kita tahu bahwa sesuatu yang terlalu banyak akan berakibat buruk bagi kita. Karena masalah itu, akhirnya ada orang yang merespons masalah tersebut dengan gaya hidup minimalis.

Filosofi gaya hidup minimalis ini intinya merupakan gaya hidup di mana kamu mengurangi semua hal yang berlebihan dalam hidupmu. Serta benar-benar fokus ke sedikit hal yang memang penting untuk hidupmu.

Sekarang ini kita sedang dibombardir dengan konten yang bertebaran di berbagai platform media sosial. Meskipun memang ada dampak baiknya, banyak kasus juga di mana kita merasakan dampak buruknya. Entah karena ketagihan, atau informasi yang ada tidak bermanfaat bahkan toxic untuk kita.

Kita bisa pakai filosofi minimalism ini untuk diterapkan ke dunia digital. Kamu bisa meminimalkan hal yang dirasa tidak penting bagi hidupmu, dan memperbanyak hal-hal yang dikira bisa memberikan dampak baik bagi hidupmu. Sebelumnya ada beberapa pertanyaan nih...

Kamu menghabiskan berapa lama sih hari ini buat buka facebook? Atau story ig? Atau buat liatin thread dan drama di twitter? Atau bahkan scrolling online shop?

Coba jawab yaa...

Jika memang kamu orang yang suka bermain medsos, harusnya banyak waktu yang kamu habiskan untuk mantengin konten-kontennya. Pasti rasanya cemas banget, stres, atau bahkan sakau kalau sebentar saja tidak pegang HP. Nah kalau sudah begini, jangan-jangan yang menyebabkannya karena kamu tidak menerapkan gaya hidup minimalism. Dengan kata lain, kamu banyak mengkonsumsi hal-hal yang mungkin kurang esensial. Sampai akhirnya ketagihan, dan kamu merasa tidak mendapatkan apa-apa dari sana.

Terus gimana dong?

Solusinya ya dengan minimalism ini, digital minimalism bisa kita lakukan dengan langkah-langkah berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun