Mohon tunggu...
Deffindra Ahmad
Deffindra Ahmad Mohon Tunggu... Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PETA DIGITAL POTENSI DESA BABADAN: Dari Lereng Gunung Kawi, Potensi Desa kini Terekspos ke Dunia

13 Agustus 2025   21:04 Diperbarui: 13 Agustus 2025   21:04 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan: Mahasiswa KKN Universitas Brawijaya menyerahkan peta potensi desa ukuran besar kepada perangkat Desa Babadan. (Dokumentasi Pribadi, 2025)

Di lereng Gunung Kawi, dengan udara sejuk 18°C dan hamparan perkebunan hijau, terletak Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang. Desa ini selama ini dikenal sebagai penghasil kopi, cengkeh, dan berbagai komoditas perkebunan lainnya. Namun, banyak yang belum tahu bahwa Babadan menyimpan potensi lain yang luar biasa—mulai dari wisata, ekonomi, pendidikan, hingga kesehatan. Kini, semua itu tergambar jelas berkat peta digital hasil karya mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Program bertajuk “Digitalisasi Pengembangan dan Potensi Desa Melalui Pemetaan Interaktif Berbasis Google Maps” ini tak sekadar memetakan lahan pertanian. Mahasiswa terjun langsung ke lapangan, mencatat titik koordinat GPS, memotret kondisi di lokasi, dan berdialog dengan warga. Hasilnya, lahirlah peta potensi desa ukuran A0 lengkap dengan foto dan legenda yang memudahkan siapa pun mengenali potensi Babadan. Sebuah poster A3 yang merangkum informasi juga dipasang di Balai Desa.

Sekretaris Desa Babadan, Bapak Sudarsono menyambut baik inovasi ini.

“Data ini jelas sekali, lengkap dengan fotonya. Kami bisa tahu titik potensi mana yang bisa dikembangkan. Ke depan, peta ini akan terus kami perbarui,” ujarnya.

  • Potensi Pertanian yang Mendominasi

Dari peta tersebut terlihat jelas bahwa pertanian menjadi nadi utama Babadan. Perkebunan kopi, cengkeh, dan tebu mendominasi, diselingi kebun durian, jagung, cabai, dan sayuran. Sebagian besar lahan dikelola secara turun-temurun, menjadi sumber penghidupan sekaligus identitas desa. “Wah, jadi kelihatan jelas ya, Mas. Lahan kopi saya sama pohon cengkeh juga masuk di peta. Enak kalau mau nunjukin ke orang luar,” kata Pak Handoko (61), seorang petani kopi di Dusun Kapurono.

(Foto: Dokumentasi Pribadi, 2025)
(Foto: Dokumentasi Pribadi, 2025)
  • Wisata, Ekonomi, dan Sektor Lain yang Terekspos

Potensi wisata Babadan juga menarik perhatian. Ada Embung Babadan yang meski tak lagi difungsikan, memiliki peluang besar untuk direvitalisasi. Basecamp pendakian Gunung Kawi via Maduarjo yang kerap disinggahi para pendaki.

“Dahulu disini rame mas, semua aktifitas masyarakat bergantung dengan embung ini, sering dibuat lomba mancing, bisa mengairi sawah, dan buat penampungan air hujan, tapi semenjank bocor dan nggak ada aliran air, embung ini jadi terbengkalai mas.” Ujar Sugeng (49) Juru kunci embung babadan.

 (Foto: Dokumentasi Pribadi, 2025)
 (Foto: Dokumentasi Pribadi, 2025)
Keterangan: Embung Babadan yang berpotensi direvitalisasi menjadi ruang terbuka hijau atau destinasi wisata air.  (Foto: Dokumentasi Pribadi, 2025)
Keterangan: Embung Babadan yang berpotensi direvitalisasi menjadi ruang terbuka hijau atau destinasi wisata air.  (Foto: Dokumentasi Pribadi, 2025)
Di sektor ekonomi, produk kopi lokal seperti Kopi Hanumbara dan Kopi Mbah Bongso menjadi ikon, didukung oleh toko kelontong, toko material, dan toko pertanian yang menghidupkan perputaran usaha warga.

Keterangan: Produk kopi khas Babadan yang telah dipasarkan ke berbagai daerah. (Foto: Dokumentasi Pribadi, 2025).
Keterangan: Produk kopi khas Babadan yang telah dipasarkan ke berbagai daerah. (Foto: Dokumentasi Pribadi, 2025).
Bidang pemerintahan juga terpetakan, mulai dari Kantor Kepala Desa hingga rumah-rumah Kepala Dusun di setiap wilayah. Pendidikan tak kalah lengkap, dengan lima Sekolah Dasar Negeri, SMP, dan SMK PGRI yang menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia. Sementara itu, potensi keagamaan terlihat dari masjid besar di setiap dusun, musholla di tiap RT, dan pura di Dusun Banaran yang menjadi simbol toleransi antarumat beragama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun