Mohon tunggu...
Dee Ani
Dee Ani Mohon Tunggu... -

Berbicaralah pada angin atau ilalang, lalu kan kau temui keteduhan. Bicaralah pada hatimu, dan temuilah kedamaian di sana.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pernah Saya Berbau Amis

17 April 2012   10:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:30 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pernah suatu kala,
saya berdiri di tengah hutan
harusnya rindang, harusnya hijau
tapi nyatanya cuma gurun pasir
dengan angin yang membentuk badai
menebus setiap kering.

Pernah suatu kala,
saya berendam di sebuah danau
yang dingin, yang biru penanda kedalaman
tapi ternyata cuma comberan
berkumpul air cokelat yang susah hilang
bila terpercik ke kulit.

Pernah suatu kala,
saya melayang di udara
di mana sayap tak pernah patah
lagi-lagi nyata bahwa ini cuma ruang hampa
menyeruput segala logika
hingga jatuh terjerembab karenanya.

Pernah suatu kala,
saya ke tempat pejagalan sapi
yang darahnya mengalir di setiap inchi lantai
berlomba dengan guyuran air dari lubang selang kecil
menghilangkan bau-bau tak sedap yang tak mau bersembunyi
nyatanya saya tertipu, bukan tempat itu yang amis, tapi saya.
--Jogjakarta, 17 april 2012 17:40--
--bau amis ruangan hitam itu masih ada--

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun