Hari ini Warda menata lemarinya. Saat mengeluarkan baju-baju, tiba-tiba tangannya menemukan sesuatu. Sarung! Ada sarung dilemari bajunya.
Diamatinya sarung itu dalam-dalam, sepertinya bukan milik suaminya. Warnanya memang sudah pudar, tapi kainnya masih halus.
Dia ingat, itu sarung milik Abinya. Abi adalah panggilan untuk kakeknya. Dulu saat kecil, Wardah tinggal bersama kakek dan neneknya. Dia memanggil abi dan umi.
Ingatan Wardah kembali ke sepuluh tahun yang lalu. Sarung ini adalah sarung yang dia beli untuk Abinya. Kala itu dia baru saja menerima honor sebagai asisten peneliti.
Abinya suka memakai sarung. Maka saat Warda memberikan sarung itu, Abinya sangat senang. Sarung itu sering dipakai. Sarung ini yang selalu menemani Abi makukan kegiatannya.
Sayangnya, tiga bulan saja Abi bisa memakai sarung ini. Sarung ini menemani Abi saat harus berbaring di rumah sakit sampai ajal menjemput.
Wardah sengaja menyimpan sarung ini sepeninggalan Abinya. Sarung ini sebagai pengobat kerinduan pada Abinya.
Tak terasa, sepulu tahun berlalu. Tapi sarung ini masih tetap awet. Sarung ini masih bisa menjadi obat kerinduan pada Abinya.
"Bun, itu sarung siapa?" Tiba-tiba Zahra putri bungsunya sudah ada disampingnya. "Oh ini sarung kakeknya bunda sayang" jawab Wardah. Kemudian Wardah kembali melanjutkan aktivitasnya. Menata lemari.
Di peluknya sarung penuh kenangan itu. "Abi, aku kangen" ucapnya lirih.