Mohon tunggu...
Dedy Prasnowo
Dedy Prasnowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang yang sederhana sekaligus nggak penting #sexconsultant #seksolog #psychomaniac Follow me on twitter : @dedyprasnowo Just mention and I will following back.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Puasa Mata, Itu yang Paling Sulit

10 Agustus 2010   03:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kayak nya sih besok sudah berpuasa,kalau tidak salah.Tentu saja seluruh umat muslim di segala penjuru dunia merasa bersuka cita menyambut datang nya bulan suci Ramadhan.Tidak ketinggalan pula dengan diriku.Karena jujur saja,sebagian kecil tujuan dari aku melakukan puasa adalah demi mengurangi tumpukan lemak yang telah berlipat ganda,terutama di area perut. [caption id="" align="alignnone" width="300" caption="unduh dari blog pnyet"][/caption] Siapa bilang perut buncit tanda orang makmur dan sukses ? Itu penyakit tahu,hehe.Tidak usah lah panjang lebar membahas selulit yang membuat pede menciut. Lewat tulisan kali ini,aku ingin menceritakan sebuah kisah nyata betapa sulit nya pekerja cafe macam diriku melaksanakan ibadah puasa.Yang pasti bukan masalah menahan lapar dan haus.Karena terus terang saja,rasa itu telah hilang dengan sendiri nya saat kita menyajikan makanan dan minuman ke meja tamu.Bau dari masakan telah membungkam dengan halus nafsu makan kami. Yang sulit,sesuai dengan judul di atas adalah memaksa mata kami untuk berpuasa. Karena seperti kawan semua ketahui,dan aku yakin anda pasti lebih paham mengenai hakekat puasa yang sesungguhnya.Bukan sekedar menahan lapar dan dahaga saja,akan tetapi juga menahan seluruh panca indera kita dari segala sesuatu yang bisa mendatangkan maksiat.Contoh nya,adalah mata.Se bisa mungkin kita wajib menjaga sekaligus menundukkan pandangan dari sesuatu yang dapat mengundang birahi atau syahwat. Maka nya aku bilang sulit sekali memaksa mata ku ini untuk ikut berpuasa.Karena rata-rata tamu di cafe adalah wanita-wanita muda yang cantik dan berbusana seksi.Tidak semua nya memang,namun sekali lagi aku tegaskan,mayoritas demikian.So pretty and hot. Apalagi ketika kaset kisah hidup aku putar mundur kebelakang.Saat aku masih belia menjadi tukang racik minuman di sebuah bar.Belahan dada terkadang tanpa permisi mewarnai pandangan mata ku langsung dari jarak kurang dari 50 sentimeter.Gelak tawa akibat canda dari sang bartender membuat wanita pengunjung di counter bar seakan betah berlama-lama.Mana tahan coba. Percuma saja kan mulut ini berulang kali mengucap istighfar tetapi kalau bola mata tujuan nya tidak jauh dari hal-hal yang sukses buat otak ngeres. Aku pernah berkonsultasi masalah kekurangan ku tersebut pada seorang alim ulama yang kebetulan masih tetangga sendiri.Beliau bilang,hal semacam itulah yang bisa mengurangi kadar pahala ibadah kita.Semakin sering kita lakukan,maka bisa-bisa pahala nya menjadi minus. Ada-ada saja pahala minus,berarti dosa dong.Sudah puasa nya hanya mendapatkan lapar dan haus saja,berdosa lagi.Hiiii,takut. Maka dari itu,sekarang ini menjelang bulan suci Ramadhan,aku tidak hanya menyiapkan fisik yang prima untuk menjalani ibadah puasa.Akan tetapi juga melatih bola mataku agar tidak memandang pada sesuatu yang kira nya dapat memancing syahwat.Istilah keren nya,berusaha untuk menundukkan pandangan,dalam arti yang sebenar nya,kalau perlu. Tapi tetap saja,masih sering tanpa sengaja mata ini mendapat pemandangan yang syur.Maka aku pun menerapkan rumus,kalau untuk yang pertama dan tanpa sengaja,itu nama nya rezeki.Entah benar atau tidak menurut pandangan Islam.Asal jangan mentang-mentang menganggap yang pertama rezeki,akhir nya mata ini melotot tidak mau beranjak dari penampakan yang menggiurkan. Kan yang pertama rezeki kata nya....Ngawur kalau itu nama nya. Semoga saja kawan kompasianer sesama muslim bisa menjaga pandangan nya pada bulan Ramadhan,dan selama nya kalau bisa.Amien. Salam Tunduk Mata.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun