Malam hari sudah tiba dan sedang tiba. Tanpa terasa, dia datang begitu saja. Entah karena lelah atau memang sering tanpa rasa sadar, waktu terasa berjalan begitu saja.
Seperti malam ini. Ia datang seperti yang tidak terduga sebelumnya. Mungkin bagi sebagian orang, dia adalah saat yang tepat untuk rehat. Namun bagi sebagian lagi, dia malah menjadi waktu kejut tentang betapa tanpa sadarnya ia telah melalui hidup selama satu hari.Â
Bagi orang yang demikian, malam jelas memberi rasa takut. Ia takut karena seharian ternyata berjalan tanpa adanya gerakan sadar untuk kebaikan. Sementara itu, malam membuatnya mengerti bahwa waktu satu harinya pun akan berlalu.Â
Ia takut, karena pagi sebelumnya ia telah berjanji untuk banyak berbuat baik atau setidaknya berlaku baik. Ia takut akan Tuhan yang menjadi tujuan dari pada janjinya setelah ia memohon bantuan-Nya untuk perjalanan satu harinya. Namun apa yang terjadi? Dia justru kaget, karena saat malam tiba, tak satu pun kebaikan yang terjadi karenanya.Â
Bukan hal yang mungkin lagi kalau waktu siangnya tidak bisa diputar kembali. Dia hanya bisa meratapi kegagalannya kalau satu harinya berlalu tanpa ada kebaikan yang ia buat.
Namun jika ia benar-benar menyesal dan bertobat, ia akan melihat hari esok sebagai sebuah kesempatan terakhir dari Tuhan untuk bisa berbuat baik. Inilah konsekuensi dari sebuah keyakinan bahwa hanya dengan berbuat baiklah ia telah jujur pada isi imannya.