Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebaikan yang Kita Beri Haruslah Mendatangkan Kebaikan bagi si Penerima

12 Januari 2021   10:29 Diperbarui: 12 Januari 2021   10:46 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memberi (dok.pri) 

Setiap dari kita pasti pernah membantu, khususnya bantuan secara materil. Kita membantu karena sipenerima jelas-jelas membutuhkannya. Kita mengetahui keadaan dari sipenerima dan karena itu kita ingin agar ia mampu memenuhi kebutuhannya saat kita memberikan bantuan kepadanya.

Namun adakalanya bantuan yang kita berikan itu justru dimanfaatkan untuk hal-hal lain yang berbeda dari maksud kita untuk membantunya. Dengan demikian, secara tidak langsung, ia telah menjadi berdosa dengan bantuan yang kita berikan kepadanya karena telah menipu kita. Lalu apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita berhenti membantu dirinya?

Suatu pagi di ruang makan, seorang saudara bercerita bahwa ia baru saja menerima pesan WhatsApp (WA) dari seorang mahasiswa. Isi pesannya ialah mahasiswa itu telah menunggak uang kuliah selama satu semester beserta biaya-biaya administrasi lainnya.

Mendengar cerita dari saudara itu, beberapa dari saudara yang lain segera memberi komentar. Kebetulan kami semua mengenal mahasiswa tersebut dan sering membantunya untuk biaya kuliahnya di kampus.

Ada yang berkomentar dengan mengatakan bahwa selama ini ia telah membantu dengan memberikan sejumlah uang kepadanya dan uang yang diberikannya itu tidak sedikit, bahkan bisa memenuhi biaya perkuliahan selama satu semester. Karena itu ia kaget mengapa mahasiswa itu masih menunggak.

Ada juga yang berkomentar dengan mengatakan bahwa itu terjadi karena kita hanya membantu tanpa mengawasi atau mendidik, sehingga bantuan yang kita berikan itu tidak dimanfaatkan dengan baik oleh sipenerima. 

Hal itu justru akan mendatangkan dosa bagi sipenerima karena dengan demikian ia telah menipu atau mencoba "menunggangi" kebaikan kita dengan beranggapan bahwa kita akan selalu membantu dia setiap kali ia membutuhkannya. Seharusnya ia bisa mengumpulkan setiap uang yang diberikan kepadanya untuk membiayai kuliahnya. Namun dengan tunggakan yang ada, itu menunjukkan bahwa ia tidak melakukannya.

Lalu kami sepakat untuk memanggil mahasiswa tersebut untuk dimintai keterangan.

Dari pengalaman pagi itu saya mengerti bahwa kebaikan itu ternyata bisa "mendatangkan" dosa bagi sipenerima saat ia tidak memanfaatkannya dengan baik. Jika demikian adanya, turutkah kita berdosa saat bantuan yang kita berikan itu ternyata mendatangkan dosa bagi si penerima?

Menurut saya, berdasarkan daya refleksi saya yang terbatas ini, kita tidak mungkin berdosa karena saat itu posisi kita ialah sedang membantu. Harapan kita juga ialah baik yaitu agar bantuan itu bisa dimanfaatkan dengan baik oleh sipenerima.

Namun kita juga tidak bisa memungkiri bahwa kemampuan orang dalam menerima bantuan itu berbeda-beda. Ada yang bijak dan ada juga yang kurang bijak. Yang bijak pastilah membuat bantuan itu berdaya kebaikan bagi dirinya, sementara yang kurang bijak akan membuat bantuan itu berdaya buruk bagi dirinya.

Oleh karena itu ada dua hal yang bisa saya pahami dari peristiwa pagi yang kami alami di ruang makan tersebut. Di satu sisi kita harus membantu karena dalam dirinya sendiri membantu itu adalah baik. Namun di sisi lain, bantuan yang baik itu haruslah juga mendatangkan kebaikan bagi sipenerimanya. Karena itu tidak cukup bagi kita hanya jatuh pada perbuatan memberi bantuan, tetapi juga memastikan bahwa bantuan itu berbuah kebaikan bagi sipenerima.

Hal lain yang juga penting dari situ ialah, sekalipun kita telah mengetahui kalau kebaikan yang kita berikan kepada sipenerima ternyata tidak dimanfaatkan dengan baik olehnya, namun niat untuk memberi harus selalu dijaga, bahkan harus disempurnakan. Bentuk penyempurnaannya ialah saat kita, tidak hanya memberi tetapi juga memastikan bahwa kebaikan yang kita beri itu mendatangkan kebaikan pula bagi sipenerima.

Hal yang bisa kita lakukan ialah demikian. Misalnya, saat kita memberi dia uang untuk biaya kuliahnya, maka kita pun harus meminta darinya bukti pembayarannya. Dengan demikian kita pun bisa memastikan bahwa dia jujur dalam menggunakan kebaikan yang kita berikan kepadanya. 

Selain itu, dengan membantunya membiayai uang kuliahnya maka dengan sendirinya kita pun telah membantunya mempersiapkan suatu masa depan yang cerah baginya saat ia berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan baik.

Selamat memberi. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun