Namun kita juga tidak bisa memungkiri bahwa kemampuan orang dalam menerima bantuan itu berbeda-beda. Ada yang bijak dan ada juga yang kurang bijak. Yang bijak pastilah membuat bantuan itu berdaya kebaikan bagi dirinya, sementara yang kurang bijak akan membuat bantuan itu berdaya buruk bagi dirinya.
Oleh karena itu ada dua hal yang bisa saya pahami dari peristiwa pagi yang kami alami di ruang makan tersebut. Di satu sisi kita harus membantu karena dalam dirinya sendiri membantu itu adalah baik. Namun di sisi lain, bantuan yang baik itu haruslah juga mendatangkan kebaikan bagi sipenerimanya. Karena itu tidak cukup bagi kita hanya jatuh pada perbuatan memberi bantuan, tetapi juga memastikan bahwa bantuan itu berbuah kebaikan bagi sipenerima.
Hal lain yang juga penting dari situ ialah, sekalipun kita telah mengetahui kalau kebaikan yang kita berikan kepada sipenerima ternyata tidak dimanfaatkan dengan baik olehnya, namun niat untuk memberi harus selalu dijaga, bahkan harus disempurnakan. Bentuk penyempurnaannya ialah saat kita, tidak hanya memberi tetapi juga memastikan bahwa kebaikan yang kita beri itu mendatangkan kebaikan pula bagi sipenerima.
Hal yang bisa kita lakukan ialah demikian. Misalnya, saat kita memberi dia uang untuk biaya kuliahnya, maka kita pun harus meminta darinya bukti pembayarannya. Dengan demikian kita pun bisa memastikan bahwa dia jujur dalam menggunakan kebaikan yang kita berikan kepadanya.Â
Selain itu, dengan membantunya membiayai uang kuliahnya maka dengan sendirinya kita pun telah membantunya mempersiapkan suatu masa depan yang cerah baginya saat ia berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan baik.
Selamat memberi. Semoga bermanfaat.