Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyongsong Tahun Baru "Ala Covid-19"

31 Desember 2020   09:37 Diperbarui: 31 Desember 2020   09:44 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Malam Pergantian Tahun (pixabay.com) 

Menyongsong tahun baru "ala Covid-19". Itulah yang saat ini kita pikirkan sebagai suatu sikap yang baik dan benar dalam menyambut kedatangan tahun 2021. Dia atau penyambutannya tidak seperti pendahulunya yaitu tahun 2020 saat segala kemeriahan yang penuh gegap gempita dibuat sebagai wahananya.

Di sana-sini kita bisa berjabatan tangan, peluk-pelukan bahkan "cipika-cipiki" (cium pipi kiri-cium pipi kanan) terdorong oleh rasa yang lebih spesial. Kita juga bisa melihat senyum yang indah dari para saudara-i yang ada di sekitar kita. Kita juga bisa bercengkrama bersama, berdekat-dekatan dan bicara sepuas semaunya tanpa khawatir ada partikel berbahaya yang mengancam.

Namun kini itu semua tidak boleh dilakukan sekalipun kita bisa melakukannya. Kinilah saatnya kita diminta untuk saling bertoleransi dengan sesama di sekitar kita, tentang siapa yang kebal atau imunitas tubuhnya kuat dan siapa yang lemat. Kita juga harus waspada karena barangkali kita pun bisa saja terserang. Bukankah mencegah selalu jauh lebih baik dari pada mengobati?

Itulah yang kini menjadi wahana penyambutan tahun 2021. Memang terkesan sepi, sunyi bahkan boleh jadi cuek atau apatis. Namun ketika itu semua demi kebaikan bersama maka suka atau tidak suka, tega atau tidak tega, enak atau tidak enak, kita berkewajiban moral untuk melakukannya. Bahkan boleh jadi kita berdosa jika tidak melakukannya. Ini bukan soal menghakimi satu sama lain, tetapi saat sesama yang ada di sekitar kita terluka betapa bersalahnya kita jika itu terjadi karena kita.

Biarlah wahana penyambutan ini terasa sepi, sunyi bahkan boleh jadi cuek atau apatis karena sesungguhnya itu selalu merupakan aspek yang lahiriah dari suatu sikap manusia dalam menghadapi tahun yang baru. Yang fundamental dari itu semua ialah wahana batiniah, di mana kita semua, baik secara pribadi maupun bersama, melantunkan nyanyian syukur di dalam hati atas peyelenggaraan Tuhan dalam tahun 2020 dan berharap agar kiranya tetap disertai dalam tahun 2021.

Sambil melantunkan itu semua, kita juga harus berani melihat kembali lembaran hidup, yang telah menjadi buku, di tahun 2020 yang sebentar lagi akan menjadi tahun yang lalu. Mari melihat segala seluk-beluk, harmoni gerakan dan aliran sikap di setiap tarikan nafas yang pernah kita lakukan di tahun 2020. 

Pasti ada yang salah, baik ketika kita sedang khilaf atau pun ketika kita keliru menerjemahkan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Dan setelah itu semua kita lakukan, barulah kita mencoba membuka hati ke lembaran yang baru. Di sana kita berbicara tentang apa yang baik yang kita harapkan terjadi dalam hidup kita. Dan di atas segalanya itu, kita mengajak Tuhan untuk selalu beserta kita agar segala kekeliruan yang pernah terjadi di tahun yang akan berakhir ini bisa terhindarkan atau setidaknya terkurangi sedikit.

Kita tetap tidak bisa menjamin kalau kita akan mampu melakukan yang terbaik mengingat aspek kesadaran rohani kita yang selalu naik turun sesuai dengan sisi kehidupan yang kita alami. Namun sebagai sebuah doa dan harapan, kita selalu menantikan penyertaan Tuhan yang senantiasa dalam setiap aspek kehidupan yang akan kita jalani.

Itulah yang penting dan yang fundamental dalam menyambut tahun yang baru, 2021. Saya kira itulah yang juga merupakan wahana yang seharusnya kita hidupkan dan kita meriahkan dalam hati dan pikiran kita, baik secara pribadi pun secara bersama. Kita harus selalu melihatnya dari dua aspek itu, pribadi dan bersama, karena meskipun seharusnya keduanya saling mendukung namun nyatanya tidak jarang bertentangan. Lagi-lagi itu semua tergantung pada kesadaran rohani kita saat menghadapinya.

Selamat datang tahun 2021. Barangkali kamu bersedih dengan wahana penyambutan yang kami buat saat ini, dan karena itu kami minta maaf. Kami tidak bisa menyambutmu sebagaimana yang pernah kami lakukan kepada pendahulu mu, yaitu tahun 2020. Namun janganlah berkecil hati karena asa yang kami tunjukkan kepada pendahulu mu saat kami menyambutnya dengan wahana yang meriah, juga sama besarnya dengan asa yang kami tunjukkan kepada mu. Itu artinya bukan soal kemeriahannya yang kami jaga tetapi asa kami kepada setiap tahun yang akan kami sambut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun