Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibuku Pernah Hampir Gantung Diri

15 November 2020   22:45 Diperbarui: 15 November 2020   23:12 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ayah dan ibu ku (dok.pri) 

Ibuku pernah hampir gantung diri. Itu ceritanya ketika saya masih kelas Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 1 dan saat itu adek saya yang paling bungsu baru lahir. Dia menjadi satu-satunya anak bapak dan ibu yang perempuan. Saya menceritakan tentang saudari saya ini karena memang ada pengaruhnya juga dengan peristiwa ibu saya yang hampir gantung diri.

Sebenarnya saya merinding mengingat kembali peristiwa itu. Namun karena peristiwa itu juga hendak memperlihatkan betapa besar perjuangan dan derita yang dialami oleh ibu ku saat itu, maka mengenangnya kembali adalah wujud syukur yang paling besar kepada Tuhan karena telah menghadirkan seorang ibu yang luar biasa dalam kehidupan kami.

Kisahnya demikian.

Itu terjadi di pagi hari. Saat ibuku hendak membuatkan minuman susu kepada saudariku, tiba-tiba termos panasnya jatuh dan pecah. Memang tidak sampai melukai ibu saat itu. Namun entah kenapa, saat itu bapak langsung marah kepada ibu karena mengira ibu tidak hati-hati. Bapak juga marah karena takut jika air panas itu nantinya akan mengenai saudari kami yang masih bayi saat itu.

Lalu bapak pun segera membawa saudari kami itu jalan-jalan keluar sementara ibu langsung pergi ke belakang sambil menangis. Awalnya kami kira itu adalah peristiwa yang biasa, namun tiba-tiba timbul keaneahan dalam diri ibu kami waktu itu.

Di belakang beliau menangis sejadi-jadinya sambil berteriak dengan kerasnya. Beliau berteriak demikian dalam bahasa Batak Toba: "Alap hamu ma au ale begu" yang artinya: "Jemputlah aku wahai setan".

Walaupun sudah SMP, namun saat itu saya sangat ketakutan menghadapi ibu. Segera saya dan saudara-saudara ku yang lainnya keluar untuk mencari bapak. Namun di luar ibu telah mengambil tali jemuran sambil berkata kepada kami demikian: "Dang be adong inang muna da" yang artinya "Kalian tidak akan punya ibu lagi". Ekspresi ibu saat itu sangat menakutkan dan itu membuat kami semua menangis ketakutan.

Segera setelah melepas dan mengambil tali jemuran, ibu pergi ke kebun yang berada di samping rumah kami. Saat hal itu kami beritahukan kepada bapak, bapak meminta kami untuk memanggil opung yang jarak rumahnya sekitar 100 meter dari rumah kami.

Segera opung datang dan bapak langsung mengejar ibu. Ternyata ibu sudah memanjat ke pohon jengkol. Beruntung bapak segera manangkap dan menarik ibu ke bawah.

Di bawah, ibu hanya menangis dan memarahi bapak. Demikian kata ibu: "Pasombu au mate, pasombu au mate. Boru mi ma jaga-jaga i torus" yang artinya: "Biarkan aku mati. Hanya putrimu itulah yang kamu jaga".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun