Mohon tunggu...
dedut ok
dedut ok Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

simple

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menggunakan Hak Pada Pemilu 2014 Merupakan Tindakan Kebaikan

9 April 2014   07:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:53 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan umum (pemilu) yang berlangsung di negara kita Republik tercinta ini setiap lima tahun sekali, tampaknya mendapat legalitas dari ajaran Islam. Pemilu adalah satu proses demokrasi yang harus dilaksanakan untuk memilih para pemimpin, baik sebagai wakil rakyat di lembaga legislatif (ahl al-halli wa al-‘aqdi) maupun kepala negara presiden dan wakilnya yang disebut dengan khalifah. Dalam Islam, banyak sekali riwayat bagaimana Rasullulah SAW seorang diri menyelesaikan berbagai konflik di antara masyarakat jahliyah pada masa itu. Tidak saja berbekal keteguhan hati dan kecerdasannya tetapi dengan lemah lembut dan sopan santun berhasil memikat ribuan masyarakat baik dari kaum muslimin maupun non muslimin. Misalnya dalam peristiwa Hajar Aswad oleh beberapa suku Quraish, konflik kaum Muhajirun dan Anshar, Piagam Madinah dengan kaum Yahudi dan Perjanjian Hudaibiyah yang terkenal. Betapa perilaku Rasullullah pada waktu itu telah mencerminkan makna Q.S. al-Anbiyâ’:107 yang berbunyi “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”

Dalam kehidupan post modern saat ini pun seorang cendekiawan Muslim Turki yang kini tinggal di Amerika Serikat, M. Fethullah Gulen menyatakan bahwa menempatkan ”Cinta, Kasih Sayang, Toleransi dan Pemaafan” sebagai pilar utama dalam menengahi sengketa dalam masyarakat. Dalam hal Pemilihan Umum, meskipun secara substansial eksistensi demokrasi masih menimbulkan perselisihan di kalangan ulama, namun secara essensial seharusnya persoalan konflik politik akibat perebutan kekuasaan bisa di reduksi dengan meneladani sikap dan perilaku Rasulullah SAW dengan prinsip-prinsip kasih sayang dan saling menghargai untuk menghindari segala bentuk pertentangan dan kekerasan.

Menurut Syeikh Abdul Aziz yang juga merupakan salah satu ulama besar yang tidak mempersoalkan hal ikhwal Pemilihan Umum dalam sebuah tanya jawab menyatakan fatwanya bahwa mengikuti Pemilu merupakan tindakan memberikan pilihan untuk sebuah kebaikan, jadi yang penting bukanlah memperbaiki segala sesuatu, tetapi bagaimana kita memberikan sumbangsih dalam kebaikan. Maka, apabila ada banyak usaha (perbaikan) dari sana sini, tentu Allah akan mendatangkan banyak manfaat dengannya. Menurut beliau orang-orang yang baik dan saleh, yang memiliki niat tulus dan pikiran yang baik itu sebaiknya mengikuti Pemilu untuk memberikan suaranya secara tulus dengan niatan untuk memperjuangkan sebuah kebaikan daripada tidak berpartisipasi sehingga tidak mampu memberikan sumbangsih apa-apa.

Dengan demikian mereka tidak membuka kesempatan bagi yang lain, tapi bila mereka meninggalkan kesempatan tersebut dan memberikan kesempatan bagi yang lain, mereka tidak akan mampu mempengaruhi keadaan, sebaliknya mereka akan hilang dan disingkirkan, dan tidak akan ada ‘suara yang didengar’ sedikit pun dari mereka. Masalahnya kembali kepada niat yang baik, jika tujuannya memperbaiki (keadaan) dan Allah mengetahui hal itu padanya, bahwa ia tidak masuk kecuali untuk memperbaiki dan meluruskan keadaan, maka taufiq Allah akan menyertainya. Tidak perlu pesimis, kita hendaknya ikut serta dan memberikan sumbangsih dalam kebaikan, serta berusaha mewujudkan pemilu yang bersih. Demikian ditegaskan oleh Syeh Abdul Aziz.

Hal tersebut merupakan cara-cara untuk menghormati aspirasi rakyat dan kedaulatannya, yaitu memilih wakil-wakilnya sesuai dengan harapan dan keinginan mereka, tanpa ada intimidasi dan penekanan dari pihak manapun juga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun