Mohon tunggu...
Dedi Supriadi
Dedi Supriadi Mohon Tunggu... pensiunan PNS

Olah raga, nonton Boal, Volly dan Bulutangkis, baca buku-buku dan tulian ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengurus Pendidikan Setengah Hati

16 Oktober 2025   14:45 Diperbarui: 16 Oktober 2025   14:45 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pakar Aeronautika yang juga presiden India Abdul Kalam pada tahun 1998 mengemukakan bahwa sangat mungkin India menjadi negara maju dalam 15 sampai 20 tahun ke depan. India, bisa mentransformasikan perekonomiannya menjadi satu dari lima terbesar di dunia. Pada saat itu India akan menjadi negara maju di mana masyarakatnya hidup jauh di atas garis kemiskinan, standar kesehatan dan pendidikannya tinggi, keamanan nasional terjamin, dan kompetensi di sejumlah bidang tercapai sehingga bisa menghasilkan produk berkualitas.

Kalam merupakan pemimpin inspiratif yang mencoba mentransformasikan India dari negara sedang berkembang menjadi negara maju pada tahun 2020. Dalam berbagai kesempatan Kalam memberi penekanan pada pengembangan teknologi dan perhatian yang lebih besar pada Pendidikan. Lebih dari 75 % waktunya dipergunakan untuk berbicara tentang pendidikan. Berbagai masalah seperti hubungan luar negeri, pertahanan, dan ekonomi, hanya disinggung di satu alinea dalam pidato kenegaraannya, tetapi pendidikan dibicarakan tidak kurang dari 17 alinea.

Kalam selalu mendorong peningkatan anggaran pendidikan di India dari empat persen produk domestik bruto menjadi tujuh sampai delapan persen untuk memberantas buta huruf, putus sekolah, dan pendidikan dasar bagi semua. Kalam dan para negarawan di India mempertajam arah ke mana India dibawa ke depan. Teknologi dan pendidikan menjadi kunci utama bagi transformasi negara itu dari negara sedang berkembang menjadi negara maju.

Hasil dari pemimpin India perhatian terhadap Pendidikan mengingat tiga dekade lalu ekonominya masih lebih kecil dari Australia, tapi kini dua kali lipat lebih besar dari Australia. India bahkan salip Inggris jadi kekuatan ekonomi terbesar kelima dunia. Pertumbuhan rata-rata 6,5 persen dari 2024 hingga 2028, India akan melampaui Jepang dan Jerman untuk menjadi kekuatan ekonomi terbesar ketiga dunia pada 2032. Bahkan, hari ini India adalah produsen susu terbesar di dunia dengan 24 persen dari produksi susu global. Produksi susu India telah meningkat lebih dari 61 persen dari 137,7 juta ton pada 2013-2014 menjadi 221,1 juta ton pada 2021-2022.

Komitmen pemimpinnya pada Pendidikan banyak anak-anak India mendapat beasiswa di Jerman, untuk studi PhD dalam bioteknologi. Sekolah Kedokteran merupakan salah satu sekolah yang bergengsi di India. India telah memiliki reputasi internasional. Sekitar 30 % tenaga  dokter di Amerika Serikat (AS) berasal dari India.

Indian Institute of Technology (IIT) Kanpur berkelas intenasional, banyak anak-anak India lulusan institute ini bekerja di sebuah perusahaan komputer di AS.      Banyak anak-anak India menguasai bidang teknologi informasi serta ahli teknik menguasai perusahaan-perusahaan penting di AS dan menduduki posisi bagus di organisasi internasional.

Kemajuan India dalam ilmu pengetahuan dan teknologi telah diakui dunia. Negara itu telah melahirkan sejumlah pemenang Nobel: Amartya Sen (ekonomi), Subrawanian Chandrashekar dan Chandrashekar Venkataraman (fisika), Hargobind Khorana (kedokteran). Dua warga India lainnya, Bunda Theresa memenangi Nobel Perdamaian dan Rabindranath Tagore di bidang sastra. Ranjitsinh Disale berhasil menyabet penghargaan sebagai guru terbaik dunia versi UNESCO, mendapat hadiah Rp 14 M.

India baru mampu menganggarkan untuk pendidikanya hanya 12 persen dari APBN nya, akan tetapi mampu membebaskan atau menggratiskan sekolah-sekolah dari Pendidikan dasar sampai menengah, memberikan buku-buku Pelajaran beserta tas sekolahnya. Pada pendidikan tinggi memberikan biaya kuliah cukup murah. Hanya membayar uang kuliah 10.000 rupee (sekitar Rp 2 juta) per tahun. Dikatakan "Pendidikan India mungkin paling murah di dunia. India punya otak yang terbaik."

Vietnam mutu pendidikannya diatas Indonesia, baru akan menggratiskan Pendidikan September tahun ini dari SD-SMA. Efesiensi yang dilakukan oleh Vietnama sebagai cita-cita pemerintah Vietnam agar bisa menggratis Pendidikan untuk rakyatnya. Pemangkasan Jumlah Kementerian yang berdampak pada  100.000 PNS terancam kena PHK. Kemudian pemerintah Vietnam mengurangi Jumlah Provinsi, kemudian  menggabungkan beberapa provinsi. Secara ekonomi pemangkasan Kementerian dan provinsi akan menghemat anggaran miliaran dollar AS. Langkah-langkah efisiensi anggaran di Vietnam telah berdampak pada berkurangnya jumlah kementerian dan lembaga pemerintah dari 30 menjadi 22

Kementerian kurangi 22.000 jabatan perampingan jumlah provinsi, kementerian, lembaga setingkat menteri, dan lembaga pemerintah bakal mengurangi 22.323 jabatan. Jumlah tersebut setara dengan 20 persen dari total jabatan yang ada.

Efesiensi yang dilakukan oleh pemerintah Vietnam sebuah Tindakan yang terprogram dengan berbagai kajian dalam waktu yang cukup lama. Hasilnya dari Efisiensi Anggaran, Vietnam menggratiskan  biaya Sekolah mulai September 2025.Hasil efesiensi 19,3 triltun.

Keputusan pemerintah Vietnam menggunakan hasil efisiensi anggaran untuk pendidikan gratis akan membantu 23,2 juta siswa prasekolah hingga SMA. Menurut data resmi, Vietnam memiliki 23,2 juta siswa di sekolah negera, termasuk 3,1 juta anak prasekolah di bawah lima tahun, 1,7 juta anak prasekolah usia lima tahun, 8,9 juta siswa SD, 6,5 juta siswa SMP, dan 3 juta siswa SMA.

Efesiensi anggaran demi peniddikan gratis di Vietnam hanya 19,3 trilyun semuanya untuk operasional sekolah. Karena gaji guru, tunjungan guru dan lainya sebagainya ada dalam dana alakasi umum (DAU).

Diskriminasi Pembiayaan

Walaupun  Indonesia sudah sejak tahun 2009 mengganggarkan untuk Pendidikan 20 persen. Tetapi sampai sekarang Pendidikan Indonesia mutunya rendah. Meskipun negara dengan belanja publik untuk pendidikan terbesar di Asia. Jika dilihat dari persentase GDP, belanja pendidikan Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Vietnam, Malaysia, bahkan Timor Leste.

Mutu Pendidikan Indonesia rendah dikawasan Asean bisa dilihat dari skor PISA sejak tahun 2001 sampai sekarang belum mengalami peningkatan yang signifikan. Sekitar 52 persen dari pelajar Indonesia yang menjadi sampel PISA berada dalam kategori low performer pada ketiga subjek tes (literasi, matematika dan sains), jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian negara-negara tetanggaUntuk HCI, di tahun 2020 skor HCI Indonesia hanya mencapai 0,54. Jauh lebih rendah dibandingkan skor HCI Singapura (0,88), Vietnam (0,69), dan Malaysia (0,61).    

Karena anggaran Pendidikan 20% dari apbn  tidak semua untuk Kementerian Pendidikan yang mengelola Pendidikan dasar dan menengah. Kementerian Pendidikan  hanya menerima 15% dari jumlah anggaran Pendidikan.

Tahun 2024 anggaran pendidikan 98,8 trilyun,  tahun 2025 pagu anggaran Rp 93,6 triliun dibagi untuk ketiga kementerian tersebut. Rincian anggaran Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mendapat anggaran sekitar Rp 33 triliun. Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) mendapat anggaran sekitar Rp 50 triliun, sementara Kementerian Kebudayaan mendapat anggaran sekitar Rp 2 triliun.

Bantuan operasionl sekolah (Bos) Berdasarkan permendikbud nomor 63 tahun 2023. Bos yang diterima SD sebesar 900 ribu, SMP 1,2 juta dan SMA/SMK 1,5 juta per siswa per tahun. Anggaran  ini jauh dari standar minimal pembiayaan Pendidikan. Apalagi partisipasi masyarakat dilarang seperti bayaran, iuran sumbangan awal tahun sejak alih kelola berlakunya UU no.23 tahun 2014.

Diskriminasi Pendidikan juga terjadi SMA Taruna Nusantara dengan anggaran operasional sekolah cukup tinggi angkanya mencapai 2 trilyun masih diboleh kan memungut bayaran Rp.5 juta sebulan, komiter 1 juta per bulan, 50 juta uang pangkal dan 125 juta sumbangan sukarela. SMA Garuda Nusantara 2,5 trilyun dengan jumlah siswa tidak mencapai 300  orang, SMA Rakyat 2,3 trilyun untuk 100 sekolah dengan anggaran operasinlanya 48 juta per siswa per tahun. Sangat berbeda jauh dengan SMA-SMA yang dibawah kemendikdasmen.

Pemerintah lebih mengutamakan  pemberian anggaran cukup besar untuk makan gratis dari pada peningkatan SDM bermutu. Terlihat dari anggaran Pendidikan dasmen  dipangkas dari pagu 33 trilyun menjadi 25 trilyun, demikian pula  Pendidikan tinggi dari pagu 50 trilyun menjadi 33 tilyun. Sementara menaikan anggaran makan gratis dari awal 77 trilyun menjadi 303 trilyun.Bahkan anggaran MBG tahun 2026 sudah disetujui 335 trilyun. Kelihatan sekali pemerintah setengah hati memajukan Pendidikan yang dibawah kemendikdasmen.(Cag).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun