Presiden Prabowo mengungkapkan keprihatinanya  pada Pendidikan Indonesia,  ia disampaikan pada kunjungan ke SMA Sekolah Rakyat 10 Jakarta, tanggal 11/9/2025.  Presiden Prabowo Subianto menyampaikan : pertama  banyaknya kebocoran anggaran dan belum efesien anggaran di sektor pendidikan, kedua pemerintah sudah berinvestasi cukup pada Pendidikan, ketiga tertinggalnya mutu Pendidikan dari negara lain, keempat presiden ingin mengejar  ketertinggalannya.
Dari pernyataan diatas Presiden Prabowo telah membaca dan mengetahui bahwa pendidikan Indonesia prestasinya ketinggalan. Padahal negara telah menginvetasikan untuk Pendidikan cukup besar. Sehingga perlu melakukan evaluasi kepada kementerian yang mengelola Pendidikan baik Kementerian Pendidikan dasar dan menengah serta Kementerian Pendidikan tinggi.
Anggaran Pendidikan 20% Mutu Rendah
 Indonesia sejak tahun 2009 sudah merealisasikan anggaran Pendidikan 20%, sesuai amanah UUD 1945 pasal 31. Angggaran Pendidikan 20% hasil perjuangan para praktisi Pendidikan agar anggaran Pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBND dengan tujuan agar Pendidikan Indonesia bermutu.
Tahun 2009  anggaran untuk Pendidikan saat itu  sebesar Rp. 207,4 trilyun, kemudian tahun  2010 sebesar  Rp.225,2 trilyun, tahun 2011 Rp 266,9 triliun. Tahun  2012, anggaran pendidikan meningkat menjadi sekitar Rp 286,6 triliun, di tahun 2013 Rp.  331,8 trilyun.Â
Di tahun 2014 anggaran Pendidikan Rp.371,2 trilyun, tahun 2015 sebesar Rp.404 trilyun.  Sejarah anggaran Pendidikan terbesar ditahun  2023 mencapai Rp.612 trilyun dan tahun 2024 Rp.624 trilyun.  Indonesia tercatat sebagai negara dengan dengan jumlah belanja public terbesar di Asia.
Anggaran Pendidikan Indonesia nilainya cukup besar dari tahun ke tahun nilainya selalu meningkat. Ketika kepala negara mengeluhkan Pendidikan Indonesia tertinggal itu sama artinya mutu yang dihasilkan Pendidikan Indonesia sangat rendah.
Di Asia Tenggaranya Mutu Pendidikan Indonesia jauh sekali dibawah  Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan dibawah Vietnam negara yang tahun 1976 baru selesai perang melawan Perancis sementara Indoesia pada saat itu sudah memasuki Repelita II jaman Orde Baru serta Pendidikan Indonesia pun  dibawah Philipina.Â
Rendahnya mutu Pendidikan Indonesia dapat dilihat dari  Skor  PISA,  (Programme for International Student Assessment ) Indonesia sejak tahun 2001 belum mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan di tahun 2018, setelah hampir 1 dekade pemerintah mengalokasikan 20 persen anggaran Pendidikan sekitar 52 persen dari pelajar Indonesia yang menjadi sampel PISA berada dalam kategori low performer pada ketiga subjek tes (literasi, matematika dan sains), jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian negara-negara tetangga.
Untuk HCI (Human Capital Index) di tahun 2020 skor HCI Indonesia hanya mencapai 0,54, jauh lebih rendah dibandingkan skor HCI Singapura (0,88), Vietnam (0,69), dan Malaysia (0,61). Nilai Skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia masih jauh di bawah rata-rata negara ASEAN serta negara Organisasi Kerja Sama dan Pembangun Ekonomi (OECD). Kemampuan membaca siswa Indonesia hanya mencapai 371 berada di bawah skor rata-rata negara OECD sebesar 487. Capaian skor rendah juga bidang matematika (379) dan sains (396).
Anggaran untuk Pendidikan