Mohon tunggu...
Dedi Hamid
Dedi Hamid Mohon Tunggu... Driver -

berjuang hidup demi masa depan keluarga yang bahagia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mulutmu Harimaumu

30 Juli 2013   20:45 Diperbarui: 4 April 2017   17:18 6208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang bijak mengatakan, “Mulutmu, harimaumu”. Artinya, waspada terhadap mulut sendiri. Bila tak hati-hati, salah-salah yang keluar dari mulut justru akan mencelakai si empunya. Bak harimau yang tiba-tiba berbalik menerkam pawangnya.

Kita mengenal istilah lisan. Dan istilah ini kemudian berkembanglah arti yang bermacam - macam, Lisan dapat berarti bahasa, surat, risalah, perkataan. Bisa pula mendatangkan arti mulut, lidah dan kafasihan. Tetapi ia juga bisa bermakna berdusta, memfitnah, mengumpat, atau menyengat. Wajarlah jika lbnu Katsir mendefinisikan lisan sebagai “sesuatu yang digunakan manusia untuk mengungkapkan apa yang tersimpan dalam batinnya”.

Sejalan dengan Ibnu Katsir, Yahya bin Muadz memberikan ungkapan yang lebih jelas dan menarik tentang lisan . Katanya, “Hati itu laksana periuk, dan lisan adalah alat ciduknya. Maka lihatlah seseorang jika sedang berbicara. Pada saat itu lisannya seperti sedang menciduki apa-apa yang terdapat di dalam ha-tinya. Dia bisa manis atau kecut, bisa tawar atau asin. Dan bisa menjelaskan kepadamu tentang keadaan hati orang itu adalah hasil cidukannya (atau ung-kapan Iisannya)”.

Dari artinya yang beragam dan perannya yang seperti “ cidukan ” itu, maka tak mengherankan jika Allah memerintahkan kita untuk selalu mensyukuri nikmat-Nya yang berupa lisan.

Bukankah Kami telah memberikan kepada manusia dua.mata, satu lidah dan sepasang bibir ? (QS al-Balad 8-9)

Dengan lisan setiap orang dapat mengucapkan syahadat, sesuatu yang paling disukai Allah. Dengan lisan pula kita bershalawat, sesuatu yang juga disukai Allah. Dan jika kita mau dan mampu, dengan lisan pula kita bisa melaksanakan al-amr bil ma‘ruf wan-nahy anil munkar serta berko-munikasi dengan orang lain, sesuatu pekerjaan yang teramat susah bila dilakukan oleh mereka yang mengalami ketunaan.

Itu pula sebabnya Nabi Musa, lantaran lidahnya yang cacat, selalu memohon kepada Allah dengan doanya yang amat populer di kalangan masyarakat Islam sampai kini:

Lepaskan kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku (QS Thaha 27-28)

Beliau pun lalu memohon kepada Allah:

Saudaraku Hat-un lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslalz dia bersamaku sebagaipembantuku untuk membenarkan (perkataanku) (QS al-Qashshash 34)

Di sisi lam Allah dan Rasul-Nya pun memperingatkan kita agar waspada dan sangat berhati-hati terhadap lisan. Dad surat al Hujurat kita memperoleh peringatan yang berharga, bahwa lisanlah yang menjadi sumber, pangkal dan alat dad segala penyakit seperti ghibah (memperbin-cangkan keburukan orang), tanabuz (menjuluki orang dengan gelar yang buruk), tafakhur (saling membanggakan din), syukhriyyah (mengolok-olok), tajassus (mendanl-can kesalahan orang lain), dan syuudhdhan (berburuk sangka).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun