Mohon tunggu...
Dedi Hamid
Dedi Hamid Mohon Tunggu... Driver -

berjuang hidup demi masa depan keluarga yang bahagia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menikah Itu Nikmat, Tapi Harus Tanggung Jawab

23 Agustus 2013   15:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:55 2241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13772464311327789685

[caption id="attachment_282896" align="alignleft" width="180" caption="ILUSTRASI FHOTO"][/caption]

Pernahkah terbesit dalam benak kita tentang indahnya pernikahan? Terbayang-bayang akan nikmatnya menikah dan keberadaan sang suami di sisi. Angan-angan melambung tinggi, hati tentram ada pendampingnya. Bersua dalam suka maupun duka. Namun di sisi yang lain, tatkala kita memikirkan bekal-bekal pernikahan sunnah, Subhanallah…betapa beratnya tanggung jawab seseorang yang berpredikat zaujah (istri), apalagi bergelar ummahat (Ibu). Dia harus berbakti kepada suaminya selama tidak melanggar syar’i, lisannya harus pandai merangkai kata, menyimpan rahasia keluarga, mengatasi masalah tanpa masalah, dan masih banyak lagi segudang kewajiban yang harus dilaksanakan. Betapa banyak wanita yang tergelincir ke naar (neraka) gara-gara tidak taat pada suaminya, melakukan kedurhakaan dan hal-hal yang menyimpang dalam rumah tangga.

ternyata bukan sekedar mereguk nikmat, tapi juga meretas jalan panjang penuh tanggung jawab. Bukan hal yang mudah memang. Untuk itu diperlukan strategi-strategi jitu dalam menghadapinya. Di sinilah kesiapan bekal ilmu, mental, skill, sosial, dan ekonomi. Menikah adalah medan untuk menunjukkan kemampuan diri dan merealisasikan ilmu yang dimiliki.

Indahnya Menikah, Nikmatnya Tiada Tara Pernikahan memang identik dengan bayangan kenikmatan dan keindahan yang mungkin menjadi suatu hal yang untouchable bagi orang yang belum menikah. Dan pada kenyataannya, menikah memang demikian kurang lebihnya. Bisa dipastikan, hampir tiap pengantin baru akan merasakan hal tersebut dan mengakui bahwa menikah memang indah. Menikah adalah suatu kenikmatan tersendiri bagi mereka. Bahkan ada yang memberikan perumpamaan, menikah itu nggak enaknya 1%, tapi enaknya 99%. Fantastis memang. Dan hal ini, hanya akan dirasakan oleh yang sudah menikah. Tidak bagi mereka yang belum alias married only.

Begitupula jika kita membaca banyak buku dan literatur yang membahas dan menggambarkan tentang indahnya menikah. Disana akan kita temui sebuah deskripsi yang begitu mempesona dan menggiurkan, hingga membuat hati para lajang tak sabar untuk segera merasakan. Dan yang jelas, pembahasan dan penggambaran tersebut bukanlah propaganda menipu seperti halnya pariwara di layar kaca. Tapi memang sebuah realitas yang dituangkan dalam tulisan untuk memberikan pengetahuan bagi kita, terutama bagi yang belum menikah. Sebagaimana juga yang ditulis oleh Syaikh Mahmud Mahdi Al-Istambuly dalam kitab Tuhfatul ‘Arus-nya. Beliau menuliskan bahwa pernikahan merupakan nikmat Allah atas hamba-Nya. Dimana kehidupan di dunia ini akan menjadi gersang tanpa adanya kesenangan yang menunjang.

Oleh karena itu, di awal pembahasannya beliau membicarakan mengenai kebijaksanaan Allah yang memberikan kepada manusia kecenderungan atau naluri (ghorizah) terhadap kesenangan, dimana Allah telah memberikan jalan (cara) yang telah Dia tetapkan sebagai penyaluran ghorizah tersebut. Diantaranya adalah pernikahan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Juga dijadikannya diantaramu mawaddah wa rahmah (rasa kasih dan sayang). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (QS. Ar-Ruum:21). Dan pada ayat yang lain, “Dialah yang menciptakan engkau dari diri yang satu, dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya.” (QS. Al-A’raaf:189).

Kebahagiaan hidup yang bersifat ruhaniah dari seorang suami merupakan kebutuhan yang tidak di dapat kecuali pada diri sang isteri sebagai pendamping hidupnya. Isteri akan menjadi penyejuk mata dan hati bagi suami, pelepas dahaga dan gejolak hasratnya, tempat untuk melabuhkan kasih sayang dan cinta, mengungkap rindu, merajut kemesraan dan meluapkan perasaan yang terdalam. Dan demikian pula sebaliknya seorang istri terhadap suaminya. Ada canda yang menyegarkan, ada kehangatan yang menyejukkan, ada perhatian, ketulusan, ketenangan dan kedamaian. Dan ada rasa yang sungguh tak terlukiskan. Ibarat pepatah, ‘More than words can say’ . Karena memang tak cukup kata-kata untuk mengungkapkan atau mengekspresikannya. Ah, indah nian menikah!

Beratnya Tanggung Jawab Tatkala seorang wanita memutuskan untuk menikah, maka melekatlah pada dirinya jabatan-jabatan yang secara otomatis akan disandangnya. Jabatan-jabatan itu antara lain sebagai istri, manager rumah tangga, cleaner service, koki, bendaharawan, asisten direktur (baca:suami) dan guru bagi anak-anaknya. Dia harus senantiasa melayani ‘sang pemimpin’ selama kurang lebih 24 jam non stop. Di sisi yang lain dia juga menjadi koordinator pelaksana proyek kerja dalam rumah tangganya dan melaksanakan job description-nya dengan baik, serta dituntut untuk dapat mengaktualisasikan skill dan ability-nya dengan sebaik mungkin. Yang jelas, konsekuensi yang akan diterima oleh seorang wanita yang telah menikah bukanlah hal yang main-main.

Karena itulah, menikah bukan sekedar membuai diri dengan kenikmatan dan keindahan serta terus menerus terlena oleh kesenangan-kesenangan yang ditawarkan. Ada nilai yang jauh lebih besar dari sekedar mereguk nikmat dalam menikah yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab dan amanah yang diemban merupakan suatu pekerjaan yang besar dan berat. Pentingnya sebuah tanggung jawab dikuatkan pula oleh sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, “Ketahuilah bahwa setiap diri kalian adalah pemimpin, dan kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya dan akan dimintai pertanggungjawabannya,, seorang suami bertanggung jawab atas anggota keluarga yang dipimpinnya dan akan dimintai pertanggungjawabannya, seorang istri bertanggung jawab atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan dimintai pertanggungjawabannya.” (HR. Bukhori dari Abdullah bin Umar).

Sebagaimana disebutkan oleh Dr. Muhammad bin Muhammad Aba Bathin dalam Al-Mar’ah Al-Muslimah fi Manzilihaa, yang membahas tentang tugas wanita muslimah di dalam rumah, bentuk-bentuk tugas dan tanggung jawab seorang istri dan ibu diantaranya adalah melayani suami dan selalu mencari keridhoan suami selama tidak bermaksiat kepada Allah dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk rumah tangga dan keluarganya, mengurus, mengatur, menata dan membersihkan rumah, menyiapkan makanan yang terjaga kehalalan dan ke-thoyyib-annya dan menyiapkan keperluan anggota keluarga seperti menyiapkan pakaian yang syar’i dan perlengkapan lainnya. Ketika ia dikaruniai Allah seorang anak dia juga perlu tahu bagaimana cara mengurus anak, mendidiknya baik dari aspek ruhani/keimanan, akhlak, sosial, jasmani dan seksual, merawatnya serta memilihkan tempat pendidikan yang baik untuknya dan lain-lain.

Dalam perjalanan menempuh kehidupan rumah tangga dan pelaksanaan tanggung jawab di dalamnya dibutuhkan kedewasaan sikap, kematangan ilmu dan pola berpikir. Hal ini akan menjadi modal awal yang baik untuk memahami dan kemudian melaksanakan tanggung jawab ini. Sehingga kita merasa mudah untuk melintasinya tanpa beban. Dan untuk menuju kesana diperlukan sebuah proses, bukan instan. Untuk bisa memilikinya, tak semudah membalikkan telapak tangan.

Karena itu bersabarlah dalam berproses mewujudkannya, karena tak jarang segala sesuatu pasti membutuhkan poses dan bertahap. Butuh waktu untuk bisa merealisasikannya. Satu hal yang harus pula kita yakini bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada kemudahan kecuali yang Ia mudahkan. Dan hanya dengan ijin-Nya segala sesuatu dapat kita wujudkan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun