Mohon tunggu...
Dedi  Djanuryadi
Dedi Djanuryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Man Born is free but everywhere in chains

Penggiat jurnalistik, public relations, fotografi, modelling, serta event organizer.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Ruang Hati

26 September 2020   14:48 Diperbarui: 26 September 2020   15:42 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menelisik guratan awan pagi biru berona merah
saat telapak kaki meraba pasir pantai merekah hangat
seorang bocah mematut diri di riaknya gelombang
nelayan beriring menarik jala yang ditabur semalam
tak mampu mengusir kegetiran rasa
tetap saja sunggingan senyummu mengusik mata hatiku

Ingin aku mengejar sampai ditepi impianmu
merengkuh tangan yang terlepas haru
memeluk sampai nafas kita menyatu penuh
namun hanya bayangan mewujud semu

Bibir pucat membiru ini mengharap tak lebih
apalagi ingin memiliki tanpa peduli
hanya mau menyapa walau dengan suara tipis bergetar
masih tersisakah sebuah ruang untuk mengingatku ?
 
Pangandaran, di suatu saat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun