Mohon tunggu...
Dedi  Djanuryadi
Dedi Djanuryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Man Born is free but everywhere in chains

Penggiat jurnalistik, public relations, fotografi, modelling, serta event organizer.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pengusaha Rusia Bangkrut Penyebab Ledakan di Beirut

8 Agustus 2020   17:34 Diperbarui: 14 Agustus 2020   16:38 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Igor Grechushkin dan Kapal Rhosus

Penyelidikan terbaru  pihak berwenang di Siprus menemukan fakta  bahwa ledakan dahsyat di Siprus, Beirut,  berasal dari bahan kimia peninggalan seorang pengusaha Russia yang bangkrut.

Tahun 2014, Igor Grechushkin, pemilik kapal kargo berbendera Russia, Rhosus, membawa  2.700 ton Amonium Nitrat dari Georgia ke Mozambik. Saat berlabuh di Siprus ia menyatakan kehabisan modal operasional. Tanpa dijadwalkan sebelumnya, ia meninggalkan  tumpukan bahan kimia berbahaya sebagai barang sitaan pemerintah Libanon.

Padahal bahan mematikan tersebut sewaktu-waktu bisa meledak yang daya ledaknya setara dengan gempa bumi berkekuatan 3,5 skala richter. Dan kini bencana itu terjadi. Akibatnya, sedikitnya 100 orang tewas,  4.000 luka-luka, serta 300.000 lebih penduduk Siprus kehilangan tempat tinggalnya.

Meskipun biasa digunakan sebagai pupuk industri, amonia nitrat juga merupakan komponen bahan peledak pertambangan. Mozambik memiliki industri pertambangan dan mineral yang signifikan.

Menurut salah seorang kru pelabuhan, Grechushkin menyatakan bangkrut dan terpaksa meninggalkan kapal di sana setelah pemerintah Libanon mencegahnya berlayar. Beberapa anak buahnya selama berbulan hidup terlunta-lunta  di negara itu.

"Karena resiko yang terkait dengan penyimpanan amonium nitrat di atas kapal, maka otoritas pelabuhan membuang kargo bahan kima tersebut ke gudang pelabuhan. Kapal dan kargo, sebelum peristiwa itu terjadi, masih berada di pelabuhan menunggu saat tepat pelelangan dan / atau pembuangan dilakukan."," demikian data laporan pengiriman tahun 2015 yang didapat The Telegraph dari otorita pelabuhan setempat.

Petugas bea cukai Lebanon berulang kali meminta masalah itu ditangani tetapi mengatakan mereka tidak menerima jawaban. The Telegraph berusaha menghubungi Grechushkin untuk dimintai komentarnya.

Sehari setelah ledakan terjadi, Manajer Umum Pelabuhan, Hassan Koraytem mengatakan kepada sebuah media televisi  bahwa material tersebut telah disimpan di gudang atas perintah pengadilan. "Mereka tahu material tersebut berbahaya, tetapi "tidak sampai sejauh ini', " ungkap Hassan.

"Ini adalah kelalaian," seorang sumber resmi yang mengetahui temuan penyelidikan awal mengatakan kepada Reuters. Ia menambahkan bahwa masalah penyimpanan barang supaya aman telah diajukan ke hadapan beberapa komite dan hakim. Tapi  "tidak ada yang dilakukan" untuk memerintahkan apakah barang tersebut  harus dikeluarkan atau dibuang.

Profesor Walker mengatakan kepada The Telegraph: "Ada sejumlah keadaan yang seharusnya tidak pernah dibiarkan terjadi. Ada barang berbahaya di suatu tempat yang berpenduduk sangat padat, seharusnya dismpan ditempat tersendiri. Meninggalkannya di sana begitu lama adalah praktik yang buruk. Itu seharusnya dihindari. "

Sebenarnya amonium nitrat merupakan bahan kimia biasa. Sering digunakan pertanian sebagai pupuk tanaman. Namun menjadi terkenal sebagai bahan peledak setelah kelompok pemberontak separatis  Irladia Utara, Irish Republican Army (IRA),  mengunakannya selama konflik dengan pemerintah Inggris.

Peristiwa rangkaian pemboman di kota London, seperti di lantai bursa saham Baltic Exchange, Bishopsgate (1992 dan 1993),serta pelabuhan Canary  (Februari 1996), semuanya memakai racikan bahan kimia tersebut yang diperkirakan takarannya hanya seperlima dari amonium nitrat yang meledak di Beirut.

Bahan itu  juga digunakan oleh Timothy McVeigh yang meledakan bom seberat dua ton di Oklahoma (1995) yang merenggut nyawa 168 orang. Juga merupakan pilihan favorit para pemberontak Taliban di Afghanistan.

Menurut para ahli kimia, sebenarnya amonium nitrat itu akan aman- aman saja, bila disimpan  dalam kondisi yang tepat. Selama ini sudah  ada protokol internasional yang mengaturnya. Tentang berapa banyak yang bisa diadakan, di mana, serta di bawah tindakan pencegahan keamanan apa. Yang terpenting,  penyimpanan bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar dan sumber panas.

Meninggalkan asam nitrat dalam jumlah banyak selama enam tahun, seolah sampah yang dibiarkan menumpuk di suatu tempat, cenderung akan selalu berakhir buruk, Hal itu dilontarkan Stewart Walker, Associate Professor dari Forensic, Environmental and Analytical Chemistry Flinders University, Australia Selatan.

Philip Ingram, seorang ahli bahan peledak dan mantan perwira intelijen militer, mengatakan: "Amonium nitrat dapat terdegradasi seiring waktu, terlebih jika disimpan dengan buruk. Jika mulai menyusut, ia mengeluarkan panas dan itu cenderung memuai sendiri. Lalu tekanannya meningkat. "

Menurut sebuah sumber berita, awal kejadiannya bermula ketika seorang tukang las sedang melakukan perbaikan keamanan gudang ditempat bahan kimia itu disimpan. Diduga percikan api  dari alat pengelas mengenai timbunan bahan kimia tersebut, maka terjadilah ledakan itu. 

Jeffrey Lewis, seorang ahli rudal dari Middlebury Institute of International Studies di Monterey California, mendukung dugaan  tersebut. "Beberapa video menunjukkan amunisi, yang saya sebut popcorning, meledak seperti 'pop, pop, pop '. Sangat umum melihat api meledakkan bahan peledak. Jika Anda memiliki api yang berkobar di samping sesuatu yang mudah meledak, dan Anda tidak memadamkannya, api itu pasti akan meledak. "

Hasil rekaman video yang menunjukkan api dengan asap putih mengepul  secara terus menerus, menurut Profesor Walker, sabagai tanda adanya pembakaran  amonium nitrat. Apalagi disusul terjadinya ledakan dahsyat berwarna oranye dan coklat, itu ciri adanya nitrous dioksida yang dilepaskan saat amonium nitrat meledak.

Dan ledakan itu biasanya diakhiri dengan munculnya  awan jamur putih besar, seperti yang pernah terjadi saat Hiroshima dibom nuklir oleh Ameri Serikat pada Perang Dunia II. Faktanya, menurut Ingram, itu adalah kondensasi air yang biasa terjadi dalam ledakan besar di iklim lembab sebagai akibat gelombang ledakan supersonik yang besar.

Gelombang ledakan seperti itulah yang terjadi kemarin  di  Beirut. Menyebabkan pemandangan penyebaran kerusakan hingga 10 km jauhnya. Menurut laporan, ledakan itu bisa terdengar sejauh 150 mil dari Siprus. Meluluh lantakan sebagian besar kota Siprus. 

Ingram menjelaskan bahwa dengan ledakan high-end, tekanan supersonik menjadi lebih besar, dan semakin besar ledakan, semakin besar pula pembesarannya. Ada dua efek yang ditimbulkannya yaitu meniup dan menghisap.

"Gelombang tekanan berlebih menghantam semuanya, dan kemudian ada penurunan besar dalam tekanan. Itu akan menyedot semuanya kembali. Semakin besar gelombang over-pressure, semakin besar pula gelombang under-pressure. Lantai bangunan akan naik saat gelombang tekanan berlebih, dan jatuh saat gelombang di bawah tekanan, dan ini menjelaskan mengapa bangunan bertingkat tinggi bisa runtuh, " demikian kata Ingram.

Apa efeknya pada orang yang dekat dengan ledakan?

Menurut Ingram,  itu sangat tergantung seberapa dekat dengan sumber ledakan. Ketika gelombang tekanan kuat datang, orang itu akan merasakan udara dari paru-parunya seperti dihisap. Dan jika sangat dekat, ada kemungkinan organ tubuhnya akan meledak. Efeknya mirip saat orang celaka akibat tubrukan hebat sebuah mobil.

"Tapi kemungkinan itu sangat kecil. Sebagian besar dari mereka yang meninggal, karena terkena hantaman  runtuhan puing-puing bangunan. Pecahan kaca dan pecahan proyektil peledak menyebabkan banyak orang terluka. Sehingga pihak rumah sakit akan mengalami kekurangan persediaan darah. " John Mullin dan Theo Merz (The Telegraph) -- 5 Agustus 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun