Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jempol Duo untuk Pak Joko Widodo

20 September 2021   22:52 Diperbarui: 20 September 2021   23:24 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasal 4 Perpres itu menyebutkan sumber dana antara lain berasal dari Masyarakat, pemerintah Pusat, Provinsi, kabupaten/Kota, dana abadi pesantren. Implementasinya tentu masih harus kita tunggu.

Tetapi sebagian dari hal hal yang diharapkan masyarakat pesantren rasanya sudah diambang pintu. Tinggal tunggu waktu.

Makanya sebuah hal yang niscaya para pimpinan pondok serta seluruh santri taqdim kepada Presiden Jokowi.

Ini sebuah sikap yang logis, apalagi para kiyai yang kualitas hidupnya adalah tahu berterima kasih. Makanya saya berani mewakili acung jempol duo untuk pak Joko Widodo.

Ada yang berpendapat, yang dilakukan negara adalah suatu hal wajar. Sebenarnya negara ini berhutang banyak kepada kiyai dan santri.

Sejak berjuang untuk mencapai kemerdekaan kiyai dan santri berperan aktif. Perang Surabaya melawan tentara sekutu melibatkan puluhan ribu santri. Mereka datang dari berbagai pondok di Jawa Timur. 

Bahkan ada 6 ribu santri dari Jawa Barat yang berangkat ke sana dipimpin Kiyai Amin Sepuh dari Buntet dan Kiyai Abas Jamil dari Babakan Ciwaringin.

Mungkin juga tidak banyak yang tahu bahwa yang menembak mati panglima tentara sekutu Brigjen Mallaby adalah seorang santri bernama Harun dari Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

Kita mencatat beberapa orang kiyai yang berperang melawan penjajah. Sebut saja selain kiyai harismatik Hasyim Asy'ari, ada KH Ruhiat dari Singaparna, KH Rafe'i dari Rembang, KH Dimyati dari Sukamiskin, KH Zaenal Mustofa dari Sukamanah dan lain-lain.

Ada pengamat Islam yang berani berspekulasi bahwa jika tidak ada keterlibatan kiyai dan santri maka sangat mungkin kemerdekaan kita bukan terjadi tanggal 17 Agustus 1945.

Wallahu alam bishawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun