Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wartawan Hebat, WR Supratman, Nyaris Mati di Penjara

8 Februari 2021   13:15 Diperbarui: 8 Februari 2021   13:25 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
merdeka.com/wage-rudolph-soepratman

Rasanya tak banyak orang mengenal dan mengenang sosok satu ini sebagai seorang wartawan. Ia lebih dihapal orang sebagai pemusik dan pencipta lagu.

WR Supratman lahir di desa Somongari kabupaten Purworejo tanggal 9 Maret 1903. Ayahnya sersan KNIL bernama  Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan ibunya Siti Senen. Anak ke 5 dari 7 bersaudara.

Wage yang ikut ayahnya ke Jakarta menamatkan sekolah rendahnya di Jatinegara.  Pada tahun 1914, dia ikut kakak tertuanya Rukiyem ke Makasar.

Di sanalah ia mulai belajar musik dari kakak iparnya Willem Van Eldik. Ternyata talenta musiknya membanggakan kakak ipar. Biola yang dikemudian hari digunakan mengiringi lagu Indonesia Raya adalah biola hadiah ulang tahun dari sang kakak ipar. Di sana dia juga kursus bahasa Belanda serta meneruskan sekolah di Normalshool. Pendidikan ini memungkinkan dia sempat menjadi guru sekolah angka 2 di Makasar.

Selain itu berkat  kepiawaianya bermain musik ia sempat mendirikan perkumpulan musik, juga bersama sang kakak.

Tahun 1922, ia kembali ke Pulau Jawa dan langsung ke Bandung untuk menjadi wartawan koran  Kaoem Moeda  dan Kaoem Kita. Ketika jadi wartawa itulah dia sempat ketemu Bung Karno yang sedang menjalani persidangan di pengadilan kolonial di kota Bandung.  

Konon kepada sang wartawan muda itu, Bung Karno berpesan agar ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Pesan itu diingatnya betul-betul. Setelah pindah ke Jakarta dan terus jadi wartawan, ia banyak  berkenalan dengan  tokoh-tokoh perjuangan. Salah satunya dr. Soetomo.

Sebagai wartawan, ia banyak menulis tentang perlakuan tidak adil pemerintah kolonial. Dari hasil liputannya masuk keluar kampong, ia menuliskannya  dalam sebuah buku berjudul PERAWAN DESA. Buku itu kemudian disita dan dilarang beredar. Wage pun sering diperiksa Polisi berkait dengan buku yang mengungkap kejahatan dan ketidak adilan pemerintah kolonial.

Suatu hari Wage membaca sebuah iklan di majalah yang terbit di kota Malang. Iklan itu seolah menantangnya untuk mencipta lagu yang bisa membangkitkan semangat kebangsaan.

Merasa tertantang, iapun segera ambil biola hadiah kakak iparnya  dan mencipta lagu INDONESIA RAYA. Untuk pertama kali lagu itu dikumandangkan pada penutupan kongres pemuda ke 2 tahun 1928.

Ternyata lagu itu disenangi dan selalu dinyanyikan dalam acara acara yang menyangkut pertemuan kebangsaan. Akibatnya WR Supratman dikejar kejar polisi. Ia lari dan  bersembunyi di beberapa kota. Akhirnya ia lari ke Surabaya. Tapi pada pertengahan 1938, ia tertangkap ketika sedang menyanyikan lagu terakhirnya MATAHARI TERBIT di sebuah stasiun Radio di kota Malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun