Mohon tunggu...
Dedi Rusmana
Dedi Rusmana Mohon Tunggu... -

.....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ujian Cinta

15 Desember 2012   23:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:35 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada satu saat aku  harus pulang kantor hingga larut malam, pada waktu itu hujan sangat deras  , kilat dan halilintar pun menyambar seakan-akan berada di atas kepalaku , malam itu sangat dingin aku mengigil jaket tebalku seakan tidak berarti , sungguh malam itu sangat dingin, hujan yang disertai angin yang kencang membuat aku takut.

Aku ingin segera tiba dirumah, membayangkan aku  mandi dengan air hangat yang sudah di siapkan istri tercintaku, membanyangkan betapa nikmatnya secangkir kopi yg dihidangkan, membayangkan nikmatnya  singkong rebus yang ditaburi keju kesukaanku, dan yang tak kalah nikmatnya ketika istri dan anak-anak kecilku menyambutku dengan gembira rasa lelah satu hari aku mencari nafkah sirna dalam dekapan 1 detik cinta kasih keluarga kecilku.

Merekalah yang membuat aku selalu semangat , rasa bahagia yang ingin aku berikan sungguh mengalahkan segala beban yang ada , dan demi mereka pula sejuta mimpi ingin aku raih  aku ingin mereka hidup bahagia , aku ingin anak-anaku mempunyai masa depan yang sangat baik, aku ingin mereka jadi anak-anak yang sholeh yang selalu mendoakan ku setelah aku tiada.

Tiba-tiba halilntar pun terdengar menyambar sebuah pohon , suaranya yang memekakan telinga itu sungguh membuyarkan lamunanku.

Akhirnya kuhampiri motorku yang sudah sejak dari tadi terguyur hujan, motor yang selalu setia mengantarku kemana aku mau.  Aku mencoba menyalakan motorku ternyata ga bisa nyala, terus kucoba lagi, kucoba lagi  hingga beberapa kali tetap ga nyala.

“Aduuuhh......”, tak sadar akupun mengeluh, semua bayangan aku bisa  cepat pulang ternyata telah sirna , aku pulang pasti akan terlambat, hujan pun semakin deras angin malam semakin kencang tak peduli semua orang akan kedinginan , aku langsung pulang , motor yang mogok terpaksa aku tinggalkan di tempat parkir kantor, aku mulai berjalan sembari mencari angkot, bajuku  mulai basah kuyup, jalan sangat sepi kulihat air yang disertai sampah dari selokanpun masuk ke jalan raya, jalan pun jadi banjir  hingga mata kaki , angkot yang kucari belum juga tampak kemunculannya , emangsih kalau jam segini apalagi hujan seperti ini para supir pasti enggan untuk keluar mencari nafkah.

Aku mulai memaki , memggerutu , aku menyesal kenapa aku tadi tidak pulang saja bersama teman-teman yang lain pulang tepat jam 5 sore, toh mungkin kerjaan bisa dikerjakan besok , besok datang lebih awal saja kan bisa , asalkan pekerjaanku sudah beres sebelum Bos ku datang, aku merasa Allah tidak adil, kenapa dia memberi kesulitan ini?.

Aku lupa mungkin saat ini aku di uji oleh Allah , tentang kesabaranku, keikhlasanku.

“Astaghfirullahal’adzim…” , aku mulai tersadar bahwa ini adalah ujian

“Ya rabb ampunilah aku , aku sudah berburuk sangka kepadaMu”

Akhirnya hujan mulai reda dan angkot warna hijau yang aku tunggupun  sudah muncul dihadapan ku .

“Alhamdulillah....”

Selama didalam angkot itu aku terus memikirkan kejadian tadi sungguh aku telah berburuk sangka kepadaNya . kenapa aku harus berburuk sangka ,bisa saja ini adalah jalan Allah agar aku terhindar dari musibah, bisa saja kan. Kekesalan yang dari tadi menghinggapiku sirna pada saat itu juga, aku teringat sebuah hadist :

“Tidak ada mushibat yang menimpa seperti keletihan, kelesuan, sakit, duka, susah atau gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan oleh Allah sebagian dari dosanya”.(HR. Bukhori dan Muslim)

Menurut Hadits Qudsi :

Allah berfirman kepada Malaikat-Nya : “Pergilah kepada hamba-Ku, Lalu timpakanlah bermacam-macam ujian kepadanya karena Aku hendak mendengar suaranya.”

( HQR Thabarani yang bersumber dari Abu Umamah r.a. )

Ujian tidak hanya berupa kesusahan, kesulitan, dan kesakitan saja, akan tetapi dapat pula berbentuk kesenangan, seperti : kedudukan, harta, dsb.

Sebagaimana Firman Allah :

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. Surat Al Anbiyaa (21) : 35

Ujian dari Allah yang berupa nikmat harta dan berbagai kesenangan, pada hakekatnya lebih berat daripada ujian dalam wujud kesusahan dan bencana, Orang akan cenderung ingat …dan kembali kepada agamanya….beribadah kembali dengan giat….memohon kembali kepada Tuhannya sambil menangis tersedu-sedu….bila ia tertimpa kesusahan dan bencana. Kebanyakan orang tidaklah demikian bila ia sedang dalam kegembiraan dan kesenangan. Bukankah demikian?, Betapa tidak adilnya kita, betapa tidak malunya kita “Astaghfirullahal’adzim…”  , marilah kita perbanyak istighfar.

Akhirnya  aku bersyukur  kepada Allah dan semestinya kita semua harus bersyukur , Allah tidak menimpakan ujian yang berat kepada kita. Coba  bayangkan kalau kita di uji oleh Allah  seperti sunami yang telah meluluh lantakan semua  nyawa , harta dan benda atau gempa yang dahsyat yang dalam waktu 1 detik bisa menghancurkan  dan merobohkan gedung-gedung yang tinggi atau seperti Nabi Ibrohim a.s. yang di uji Allah , sebagai ujian cintanya kepada Allah, sungguh.... sangat berat kalau semua itu Allah ujikan kepada kita. Beliau di uji untuk menyembelih anak kandungya sendiri ( Nabi Isma’il a.s) anak yang sangat ia cintai ,anak yang sangat  beliau nantikan kehadirannya.

Berkat kepatuhan, ketaatan, dan keimanannya kepada Allah Ta’ala, beliau Nabi Ibrohim a.s. lulus dari ujian tersebut, sehingga nabi Isma’il selamat dari pisau ayahnya sendiri dan digantikan oleh Allah Ta’ala dengan biri-biri sebagai korban yang sebenar-benarnya.

Jadi Stoooop......!!!!! jangan mengeluh,..... karena Allah  ingin mendengar suara kita.


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun