Mohon tunggu...
Dede Suprayitno
Dede Suprayitno Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Mantan Jurnalis

Dosen ilmu komunikasi yang juga memiliki minat pada isu ekonomi. Saat ini mengajar di UPN Veteran Jakarta dan Unisma Bekasi. Sebelumnya pernah berkarir sebagai reporter di Jawa Pos dan Harian Kontan serta menjadi produser di CNBC Indonesia TV.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Inflasi Melambung, Aset Investasi Apa yang Paling Menguntungkan?

28 Juli 2022   07:20 Diperbarui: 28 Juli 2022   10:09 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memilih investasi yang paling menguntungkan ada beberapa aset yang bisa menjadi opsi. Tentunya ini harus disesuaikan dengan risiko masing-masing (Sumber: Pexels)

Topik mengenai inflasi masih belum reda. Kenyataan ini mungkin bisa berlangsung lama, seiring dengan tingginya ketidakpastian global saat ini. Untuk itulah, sesuai janji sebelumnya, saya ingin menguraikan pendapat mengenai aset class apa saja yang bisa menjadi opsi saat inflasi merangkak naik?

Sebelum membahas lebih jauh terkait topik inflasi, saya ingin disclaimer dulu ya, bahwa apa yang tertulis di sini murni pendapat pribadi. Setiap keputusan investasi menjadi tanggung jawab masing-masing. 

Oke baik! Jadi aset investasi apa yang cocok?

Menurut saya ada beberapa aset yang bisa menjadi opsi. Tentunya ini harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing. Bisa jadi ini cocok untuk sebagian orang, namun sebagian orang lainnya bisa saja tidak cocok. Banyak pertimbangannya, seperti jangka waktu, tingkat risiko, dan besaran dana. 

Saya tidak akan berbicara lebih jauh mengenai profil investasi. Namun langsung saja, beberapa aset investasi yang mungkin bisa menjadi pilihan, antara lain:

1. Reksa Dana Pasar Uang (RDPU)

Buat Anda yang memiliki profil risiko rendah, maka reksa dana pasar uang bisa menjadi salah satu opsi investasi. Meskipun kenaikannya mungkin kecil, namun setiap harinya aset investasi Anda akan bertumbuh. Apalagi seiring dengan arah kebijakan bank sentral global yang mulai hawkish. Hal ini seiring dengan tren kenaikan inflasi. Kenaikan suku bunga menjadi tren untuk mengimbangi laju inflasi.

Reksa dana pasar uang akan diuntungkan, bila Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan. Hal itu akan meningkatkan yield investasi produk RDPU. Semakin tinggi tingkat suku bunga acuan, maka peluang kenaikan keuntungan investasi RDPU pun semakin besar. Hanya saja, kenaikan aset investasi RDPU tidak cocok bagi investor agresif, yang umumnya menginginkan kenaikan investasi yang signifikan. Meskipun di sisi lain, juga mengandung risiko yang besar.

Anda bisa memilih produk RDPU yang kiranya bisa bertumbuh di atas laju inflasi. Hal ini akan menguntungkan atau setidaknya melindungi cash Anda dari penurunan nilai mata uang. Melindungi nilai uang dari penurunan menjadi salah satu tujuan dari investasi. Jangan sampai investasi di saat inflasi tinggi, justru semakin memperburuk investasi Anda. 

2. Obligasi Pemerintah (ORI)

Aset obligasi bisa jadi salah satu opsi yang dipilih untuk berinvestasi di kala inflasi meninggi. Di dalam negeri, dikenal dengan surat utang negara (SUN) atau obligasi pemerintah (ORI). Saat ini obligasi pemerintah bahkan bisa dijual kepada masyarakat (ritel) dengan harga yang terjangkau, Rp 1 juta. 

Nah kenapa ini dibilang investasi yang aman? Karena surat utang ini dijamin oleh negara. Selama sebuah negara penerbit obligasi itu eksis, maka investasi akan tetap aman. Bahkan keamanan investasi pada ORI dijamin langsung melalui Undang-Undang Nomer 24 tahun 2022, tentang Surat Utang Negara.

Kabar baiknya, sejak penerbitannya pada 2006, pemerintah belum pernah mengalami gagal bayar dalam hal pembayaran kupon dan nilai pokok investasi. 

Pada dasarnya, surat ORI menyatakan utang sejumlah tertentu yang akan dibayar lunas pada jangka waktu tertentu pula. Kita mengenalnya ada obligasi berjangka 5, 10 bahkan hingga 30 tahun.

Selain itu, pemegang obligasi juga berhak untuk mendapatkan tingkat bunga atau kupon yang dbayarkan secara rutin. Tingkat bunga ini bersifat tetap dan tidak terpengaruh fluktuasi kondisi pasar. 

Secara teori, investasi obligasi akan diuntungkan manakala terjadinya kenaikan suku bunga acuan. Sebab yield obligasi juga akan naik, sementara harga obligasi justru turun. Hanya saja belakangan ini, harga obligasi cukup stabil ditopang oleh investor domestik. Di tengah terjadinya investor asing yang banyak menarik dananya kembali. 

Pada tahun ini diprediksi, imbal hasil obligasi bisa mencapai 6% hingga 7%. Nah nilai tersebut sudah berada di atas prediksi inflasi, yang ditaksir Bank Indonesia mencapai 4,5%-4,6% pada tahun 2022. 

3. 10Y Treasury AS

Obligasi pemerintah Amerika Serikat dengan tenor 10 tahun bisa menjadi salah satu pilihan investasi yang menarik. Seperti halnya iklim investasi obligasi pemerintah (ORI), seiring dengan kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve, semakin membuat obligasi AS memiliki kupon yang tinggi. 

Kenaikan suku bunga acuan The Fed, akan menarik sejumlah dana asing yang selama ini parkir di negara lain. Mereka akan kembali masuk ke dalam negeri (Amerika Serikat), sehingga berpotensi mendorong kenaikan harga obligasi. 

Sifat yang dimiliki obligasi AS hampir sama dengan obligasi pemerintah pada umumnya. Kegagalan pembayaran suatu obligasi akan terjadi, bila negara yang menerbitkan obligasi mengalami default. Nah kira-kira AS akan jadi negara gagal (default) tidak dalam kurun 10-20 tahun? Nah!

4. Saham

Yang terakhir menurut saya tetap saham. Di saat inflasi tinggi, umumnya risiko investasi meningkat, perlambatan ekonomi menjadi kian nyata, dan pelemahan daya beli dapat merebak. Semua itu memicu gelombang pesimisme di pasar modal. Namun sebenarnya dalam jangka panjang, inflasi bisa memberikan efek positif kepada sejumlah aspek. 

Pertama, kenaikan inflasi akan membuat perusahaan memiliki momentum melakukan penyesuaian harga jual. Ini akan membantu perusahaan, mengurangi beban yang selama ini mungkin masih disubsidi guna mempertahankan pasar. Kenaikan harga juga akan mendorong kenaikan nilai penjualan, dan perbaikan laba bersih perusahaan. 

Kedua, inflasi akan menjadi momentum bagi perusahaan yang kuat, untuk semakin memperluas bisnisnya. Utamanya dalam menanti pesaing bisnis mereka tumbang, atau melakukan aksi akuisisi. Untuk itu perusahaan dengan uang cash yang banyak di saat inflasi bisa menjadi pilihan untuk jangka panjang. 

Ketiga, potensi kenaikan penjualan, laba bersih, dan bisnis perusahaan, akan meningkatkan harga saham. Seiring dengan berjalannya waktu, emiten dengan proses bisnis paling efisien akan menjadi pemenang di kala inflasi menggila.

Nah, agar Anda menemukan perusahaan yang tepat, maka perlu mengkaji laporan keuangan perusahaan tersebut dengan detail. Bagaimana mengkajinya? Silakan cek sendiri, ya.

Ingat pesan Benjamin Graham dalam bukunya The Intelligent Investor, "Buy when most people, including experts, are pessimistic, and sell when they are actively optimistic."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun