Mohon tunggu...
DEDE SOLEHUDIN
DEDE SOLEHUDIN Mohon Tunggu... Auditor - secangkir kopi yang diseduh hangatnya logika

Pernah jadi lulusan SMA, tapi itu ga lama. Kemudian nyoba kuliah menjadi MAHAsiswa dan akhirnya lulus juga dengan setengah mati. Sekarang sudah jadi sarjana plus lagi kuli. Asli Ciamis, dan lahir tahun 1984!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Politisi Organik

12 April 2011   00:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:54 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 

Politisi Organik

Tulisan ini sekedar ingin mencoba menyederhanakan tulisan dari Anas Urbaningrum yang bertemakan demokrasi. Bahasa yang sangat kental dengan istilah dan diksi yang begitu mengagumkan telah sukses didengungkan oleh Bung Anas, mengingatkan saya kepada beberapa kawan dan sahabat saya sewaktu kuliah 5 tahun yang telah lalu. Mereka juga memiliki latar belakang yang sama seprti Bung Anas, yaitu sebagai bagian dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Mereka kerap memunculkan berbagai istilah yang sering saya katakan “bertabrakan” dengan topik yang tengah didiskusikan. Namun demikian, kemampuan berbahasa mereka itu memberikan banyak sekali pengaruh positif bagi daya nalar dan cara pandang saya secara pribadi.

Terlecut dari ktertarikan saya dengan istilah politisi organik, sehingga saya bertanya apa dan yang seperti apakah yang dinamakan dengan politisi organik?. Sedikit meraba remangnya akan pemahaman pilosofi saya tentang politik maka dengan sedikit bermain analogi dan logika yang begitu sederhana dan dangkal saya katakan bahwa politisi organik merupakan politisi yang memiliki dan mengalami setumpuk tahapan yang telah dilalui dalam mendapatkan status sebagai seorang politisi. Sepakat dengan Bung Anas, bahwa kecenderungan politisi organik ini memiliki pengikut yang sangat militan karena ketokohannya sangat mengakar pada level akar rumput (grass root) atau lingkup yang sangat terbuka sekalipun. Secara sederhana, bahwa politisi organik yang demikian adalah politisi yang sangat mengakar dan terlembagakan secara alami dalam jangka waktu yang sudah cukup lama.

Politisi organik vs Politisi an-organik

Sesederhana menggambarkan sebuah kontes musik atau talent contest lainnya, politisi juga dapat di analogikan demikian. Politisi karbitan atau dapat juga diistilahkan sebagai politisi anorganik, biasanya berasal dari keterlibatan tokoh lainnya baik secara direct maupun indirect. Dapat juga politisi anorganik ini berasal dari area yang tidak berkorelasi langsung dengan politik, entah sebagai seniman, atlit, akademisi atau area lainnya yang memang bukan area yang bersentuhan langsung dengan politik. Akan tetapi rasio akseptabilitas figur anorganik tersebut patut diperhitungkan. Namun demikian bukan berarti politisi anorganik ini tidak memiliki gagasan yang bagus diarea politik. Bahkan sebaliknya, mereka mampu melihat permasalahan bangsa dengan artificial yang berbeda. Begitupula pola dan metode dalam hal memutuskan juga cukup berbeda dengan politisi organik. Secara kualitas, kedua jenis politisi ini dapat bersaing baik dalam mendapatkan input maupun memproses input tersebut menjadi output yang lebih aplikatif. Memang harus disadari bahwa politisi anorganik ini bukan tipe memberikan pendidikan atau pemahaman kepada masyarakat dalam hal politik seperti dikemukakan oleh politisi organik, namun mereka lebih kepada aplikasinya. Missal seorang politisi yang berasal dari seniman, akan sangat mudah dalam mengkomunikasikan gagasanya kepada anak muda dan pencinta seni. Kondisi demikian tentu akan berkorelasi pada tingkat akseptabilitasnya dalam mendapatkan feed back dari konstituennya. Begitu pula politisi organik akan lebih mudah mengkomunikasikan gagasan yang dimiliknya kepada kaum idealis juga pemikir serta masyarakat yang bergerak dibidang lembaga swadaya. Sehingga dengan demikian kelebihan dan kekurungan dari kedua jenis politisi ini akan sangat lengkap jika dipadukan dan dirangkum dalam kerangka system politik yang demokratis dan terbuka.

Parpol dengan dua jenis politisi diatas akan sangat mendominasi perolehan dukungan, baik secara langsung dalam pemilu maupun dukungan spirit lainnya dari masyarakat. Akan sangat beruntung sekali jika sebuah system kepartaian memiliki dua jenis politisi demikian. Saling mengisi dan mampu mendapatkan kepercayaan dari kalangan yang berbeda. Tapi kecenderungan demikian bukan berarti tanpa dibarengi oleh sebuah permasalahan. Masalah yang mungkin timbul adalah paradigma politisi organik yang berkiblat pada akidah politik secara teoritik yang akan bertabarakan dengan pola politisi anorganik yang notabene adalah politisi karbitan pragmatis. Partai yang memilki dua jenis politisi demikian diharuskan memiliki pengelola atau pemimpin central yang cukup luwes sekaligus tegas. Kekayaan ide yang dimiliki oleh keduanya harus diharmonikan secara hati-hati dan komprehensif agar menimbulkan sebuah keputusan partai yang moderat.

Pada hakikatnya kedua jenis politisi tersebut dapat mewakili lingkup konstituennya masing-masing. Paradigm yang berbeda dan pola pengambilan yang berlainan dari kedua jenis politisi ini akan sangat membantu bagi partai politik dalam menyerap sekaligus mengaplikasikan kebijakannya pada tataran bangsa dan Negara. Pemimpin partai yang memiliki kedua jenis politisi ini akan mendapatkan input yang berbeda sehingga diharapkan akan melahirkan output yang selaras dengan input yang diperoleh. Output yang selaras harus ditekankan pada arti politik secara tegas yaitu sebuah cara untuk menghadirkan kesejahteraan masyarakat dengan peran serta masyarakat itu sendiri didalamnya.

 

 

Semarang, Medio Maret 2011.

 

Dede Solehudin

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun