Mohon tunggu...
Deden Sumirat Hidayat
Deden Sumirat Hidayat Mohon Tunggu... Peneliti Informatika BRIN

Saya, Dr. Deden Sumirat Hidayat, M.Kom., peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan fokus pada teknologi informasi, sistem informasi, ilmu komputer, knowledge management system, biodiversity informatics, dan AI-based system

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Kenali Kayu tanpa Ragu: Teknologi AI Bawa Xylarium ke Level Baru

6 Agustus 2025   20:50 Diperbarui: 6 Agustus 2025   22:26 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Ilustrasi identifikasi kayu dengan deep learning (AI-generated, dibuat oleh penulis menggunakan model AI DALL·E).

AI juga berperan penting dalam mendeteksi berbagai ancaman nyata seperti perburuan liar dan polusi, yang dapat berdampak buruk terhadap keanekaragaman hayati. Dengan sistem berbasis AI, organisasi dapat mengidentifikasi ancaman ini dengan lebih cepat dan mengambil tindakan yang tepat waktu untuk menguranginya. Pendekatan proaktif ini sangat penting untuk melindungi spesies yang rentan dan habitatnya dari kerusakan lingkungan [12].

AI juga mampu mendeteksi potensi ancaman terhadap pasokan kayu, seperti deforestasi, kayu ilegal, atau perubahan lingkungan yang bisa mempengaruhi ketersediaan bahan baku. Dengan deteksi cepat berbasis AI, pelaku industri bisa mengambil langkah lebih dini untuk menghindari kerugian atau masalah hukum [12].

Efisiensi dalam Pengelolaan Sumber Daya

Integrasi AI memungkinkan para pelaku konservasi untuk mengotomatisasi berbagai tugas yang bersifat repetitif dan memakan waktu, seperti transkripsi data atau klasifikasi gambar spesimen kayu. Dengan membebaskan para profesional dari pekerjaan rutin ini, AI mendorong peningkatan produktivitas sehingga mereka dapat lebih fokus pada perencanaan strategis dan pengambilan keputusan di tingkat yang lebih tinggi. Efisiensi ini juga berdampak positif terhadap pengelolaan sumber daya, baik dalam pengelolaan koleksi xylarium maupun proyek konservasi secara umum [4].

Pekerjaan berulang seperti mencatat data, mengklasifikasikan gambar kayu, hingga mendokumentasikan spesimen bisa diotomatisasi dengan AI. Ini berarti pelaku bisnis atau tim konservasi bisa fokus pada hal-hal strategis seperti pengembangan produk, ekspansi pasar, atau penyusunan kebijakan bisnis yang berkelanjutan [4].

Peningkatan Jaminan Kualitas

Teknologi AI memiliki keunggulan dalam mengukur dan menghitung dampak dari upaya konservasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas organisasi secara keseluruhan. Penggunaan AI dalam proses jaminan kualitas dapat menghasilkan perbaikan signifikan, sehingga memudahkan organisasi dalam menunjukkan tingkat keberhasilan atau return on investment (ROI) dari berbagai inisiatif konservasi [1][12]. Aspek ini sangat penting untuk memperoleh dukungan dan pendanaan bagi program konservasi yang sedang berjalan maupun yang akan datang.

Aksesibilitas dan Demokratisasi Teknologi

Munculnya teknologi AI berbasis perangkat mobile dengan harga terjangkau semakin memperluas akses bagi berbagai pihak untuk menggunakannya di lapangan. Ketika para konservasionis mulai mengadopsi alat ini untuk identifikasi kayu secara otomatis dan aplikasi lainnya, proses validasi yang ketat menjadi penting untuk memastikan efektivitasnya. Aksesibilitas AI ini juga mendukung demokratisasi teknologi, memungkinkan organisasi kecil maupun komunitas lokal untuk mendapatkan manfaat dari metode konservasi berbasis teknologi canggih [4]. Berbagai aplikasi berbasis mobile dengan harga terjangkau membuat teknologi ini bisa dipakai oleh siapa saja, termasuk usaha kecil atau komunitas lokal [4]. Validasi tetap penting agar hasilnya akurat, namun AI telah membuka peluang luas bagi siapa saja yang ingin mengenali kayu dengan cepat, mendukung legalitas, dan menjalankan bisnis yang lebih hijau.

Tantangan

Integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam proses verifikasi koleksi xylarium menghadirkan sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar manfaatnya dapat dimaksimalkan. Salah satu hambatan terbesar adalah manajemen perubahan (change management), yaitu bagaimana meyakinkan para konservasionis dan peneliti untuk menerima teknologi baru dan mengintegrasikannya ke dalam alur kerja yang sudah ada. Resistensi terhadap perubahan ini seringkali muncul karena adanya ketidaknyamanan terhadap proses dan teknologi baru, di mana banyak individu merasa enggan untuk mengubah rutinitas yang sudah mapan [13]. Selain itu ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan agar penerapannya benar-benar efektif dan diterima luas, termasuk oleh stakeholder khususnya instansi riset dan pelaku bisnis kayu.

Bagi sebagian organisasi pengelola koleksi ilmiah dan pelaku bisnis, teknologi baru sering dianggap rumit, mahal, atau bahkan “tidak perlu” jika cara lama dianggap masih cukup. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk menunjukkan manfaat langsung AI terhadap produktivitas dan keuntungan bisnis—misalnya bagaimana AI bisa mempercepat identifikasi kayu, mengurangi kesalahan, dan mendukung legalitas produk [13].

Strategi yang bisa diterapkan adalah menjalankan Proof of Value (PoV), yaitu uji coba kecil yang fokus pada hasil nyata dan peningkatan Key Performance Indicators (KPI) bisnis. Ini berbeda dari sekadar membuktikan bahwa teknologi bisa berjalan (Proof of Concept); PoV menunjukkan dampak bisnisnya, termasuk return on investment (ROI) yang konkret, misalnya efisiensi waktu, pengurangan risiko salah identifikasi atau salah kirim jenis kayu, atau peningkatan kepuasan klien.

Selain tantangan terkait adopsi teknologi, kualitas dan kelengkapan dataset juga menjadi faktor krusial. Sistem AI sangat bergantung pada data yang akurat dan representatif dari keragaman koleksi xylarium. Data yang tidak konsisten atau tidak lengkap dapat menghasilkan keluaran AI yang tidak akurat, sehingga dapat menurunkan kepercayaan terhadap teknologi ini [12]. Kemampuan AI untuk melakukan "cross-referencing" dan memverifikasi informasi dari sumber terpercaya lainnya juga menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga akurasi dan konsistensi hasil verifikasi.

Seiring dengan terus berkembangnya bidang ini, riset dan pengembangan yang berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan meningkatkan efektivitas AI dalam proses verifikasi koleksi xylarium [3][2].

Tren Masa Depan

Integrasi Teknologi Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun