Mohon tunggu...
Deden Sumirat Hidayat
Deden Sumirat Hidayat Mohon Tunggu... Peneliti Informatika BRIN

Saya, Dr. Deden Sumirat Hidayat, M.Kom., peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan fokus pada teknologi informasi, sistem informasi, ilmu komputer, knowledge management system, biodiversity informatics, dan AI-based system

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Kenali Kayu tanpa Ragu: Teknologi AI Bawa Xylarium ke Level Baru

6 Agustus 2025   20:50 Diperbarui: 6 Agustus 2025   22:26 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Ilustrasi Xylarium berbasis AI (AI-generated, dibuat oleh penulis menggunakan model AI DALL·E).

Authors: Deden Sumirat Hidayat, Dyah Ayu Agustiningrum, Yulia Aris Kartika, Andina Ramadhani Putri Pane, Evawaty Sri Ulina, Novi Harun

AI Hadir untuk Xylarium

Integrasi Artificial Intelligence (AI) dalam proses verifikasi koleksi kayu xylarium menandai sebuah langkah maju penting dalam pengelolaan spesimen botani (Gambar 1). Secara historis, xylarium yang merupakan koleksi khusus spesimen kayu terverifikasi telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti riset ilmiah, edukasi lingkungan, hingga bidang-bidang khusus seperti kehutanan dan botani. Selama ini, proses verifikasi dan pengatalogan koleksi xylarium dilakukan secara manual, yang memerlukan waktu lama dan berisiko tinggi terhadap kesalahan manusia. Seiring dengan berkembangnya teknologi AI, mulai terjadi pergeseran menuju otomatisasi dalam proses verifikasi spesimen xylarium. Transformasi ini mulai mendapat perhatian serius ketika AI mulai diadopsi di berbagai sektor, termasuk dalam konservasi satwa liar, di mana AI terbukti memiliki potensi besar dalam mengatasi berbagai tantangan penting, salah satunya adalah smart xylarium [1][2].

Dorongan untuk meningkatkan efisiensi operasional membuat penerapan AI dalam verifikasi spesimen menjadi solusi yang menjanjikan untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan dalam pengelolaan koleksi. Perkembangan alat-alat AI yang secara khusus dirancang untuk verifikasi data telah membawa peningkatan signifikan dalam proses verifikasi dan koreksi terhadap spesimen yang sebelumnya telah dianotasi secara otomatis. Para pengguna awal teknologi ini melaporkan bahwa proses verifikasi menjadi jauh lebih cepat, terutama ketika tingkat kesalahan pada data rendah, sehingga memungkinkan adanya perbaikan kualitas data secara bertahap [3] (Gambar 1). Tren ini juga sejalan dengan kesadaran yang semakin luas akan pentingnya praktik manajemen data yang lebih baik di dalam koleksi-koleksi biologis, mendorong pendekatan verifikasi spesimen yang lebih canggih dengan menggabungkan keahlian tradisional dan metodologi AI yang mutakhir. Seiring terus berkembangnya teknologi AI, perannya dalam verifikasi koleksi xylarium diperkirakan akan semakin besar, membuka jalan bagi pengelolaan spesimen botani yang lebih efisien serta berkontribusi terhadap upaya pelestarian keanekaragaman hayati [4][5].

Teknologi

Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini semakin banyak dimanfaatkan dalam proses verifikasi dan pengelolaan koleksi xylarium, yaitu perpustakaan khusus yang menyimpan berbagai contoh kayu. Beragam teknologi ini mencakup berbagai alat yang dirancang untuk membantu tugas-tugas seperti pengatalogan, analisis, hingga pelestarian spesimen kayu.

Machine Learning (ML) dan Deep Learning menjadi kunci utama dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan koleksi xylarium. Teknologi ini memungkinkan analisis terhadap dataset dalam jumlah besar, sehingga dapat menghasilkan wawasan yang seringkali tidak terdeteksi oleh metode statistik konvensional. Misalnya, ML dapat diterapkan untuk klasifikasi cacat (defect classification) dan deteksi objek pada sampel kayu, sehingga membantu identifikasi spesies dan karakteristik kayu secara akurat berdasarkan data visual [3][4]. Dalam konteks ini, algoritma deep learning seperti Convolutional Neural Networks (CNN) sangat efektif untuk klasifikasi gambar dan pengelompokan (clustering) spesimen kayu, karena mampu secara otomatis mempelajari dan mengekstraksi fitur-fitur hierarkis dari citra kayu [5][6].

Teknologi seperti Machine Learning (ML) dan Deep Learning kini menjadi kunci dalam meningkatkan efisiensi identifikasi jenis kayu. Bagi pelaku bisnis kayu, ini sangat bermanfaat karena mampu menganalisis ribuan data dan gambar kayu dengan kecepatan tinggi---sesuatu yang sulit dicapai dengan cara manual atau metode statistik lama. Misalnya, ML bisa digunakan untuk mendeteksi cacat kayu dan mengidentifikasi spesies kayu hanya dari tampilan visualnya [3][4]. Lebih canggih lagi, algoritma Deep Learning seperti Convolutional Neural Networks (CNN) memungkinkan komputer "belajar sendiri" dari gambar kayu, sehingga bisa mengenali pola dan ciri khas setiap jenis kayu secara otomatis dan presisi [5][6] (Gambar 2).

Gambar 1. Ilustrasi identifikasi kayu dengan deep learning (AI-generated, dibuat oleh penulis menggunakan model AI DALL·E).
Gambar 1. Ilustrasi identifikasi kayu dengan deep learning (AI-generated, dibuat oleh penulis menggunakan model AI DALL·E).

Tak hanya gambar, AI juga bisa membaca dan menganalisis dokumen lama yang berkaitan dengan kayu, seperti catatan manual atau deskripsi spesimen. AI bisa mengubah catatan tulisan tangan menjadi teks digital, menerjemahkan informasi ke berbagai bahasa, dan mempercepat akses data penting yang dulunya sulit diolah [7].Dengan mempercepat proses ini, para peneliti dapat lebih mudah mengakses catatan sejarah dan memperluas berbagi warisan budaya lintas bahasa [7]. Bagi dunia usaha, hal ini membuka peluang untuk mendapatkan informasi tentang kayu langka atau legalitas asal-usul kayu dengan lebih cepat dan akurat.

Integrasi AI dengan teknologi digital mampu membawa transformasi besar dalam keseluruhan model rantai nilai di organisasi pelestarian warisan budaya, termasuk koleksi xylarium. Kemajuan ini memungkinkan proses penangkapan dan digitalisasi warisan budaya, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik, sehingga mendukung pelestarian jangka panjang dan metode penelitian yang lebih inovatif [9][10]. Selain itu, saluran digital juga memungkinkan audiens global untuk berinteraksi dengan koleksi ini, memperkuat keterhubungan dengan koleksi lain yang telah dipublikasikan di web, serta mendorong terciptanya interpretasi dan narasi baru dalam bentuk artistik [7][5]. Kini, baik pelaku bisnis, pengrajin, maupun akademisi bisa mengakses koleksi digital dari berbagai belahan dunia, membuka jalan untuk kolaborasi, riset, dan bahkan inspirasi karya seni yang terhubung dengan warisan kayu [9][10][7][5].

Seiring terus berkembangnya teknologi AI, peningkatan signifikan dalam pengelolaan dan verifikasi koleksi xylarium sangat diharapkan. Kemajuan yang akan datang dalam kapabilitas machine learning dan deep learning diperkirakan akan semakin meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam proses identifikasi spesimen kayu maupun dokumentasi terkait, membuka jalan bagi pengembangan database xylarium yang lebih komprehensif dan mudah diakses [3][7][4]. Ini bukan hanya menghemat waktu dan biaya, tapi juga mendukung pengembangan database kayu digital yang bisa diakses lebih luas, mendukung legalitas perdagangan kayu, dan sekaligus ikut melestarikan keanekaragaman hayati [3][7][4].

Aplikasi

Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini membuka peluang besar untuk mempermudah proses verifikasi dan identifikasi jenis kayu dalam koleksi Smart Xylarium. Dengan bantuan machine learning dan deep learning, pekerjaan yang sebelumnya rumit dan memakan waktu kini bisa dilakukan lebih cepat, akurat, dan efisien—sebuah terobosan yang sangat berguna bagi pelaku bisnis di bidang kayu maupun profesi lain yang ingin mengetahui jenis kayu dengan tepat.

Identifikasi Jenis Kayu

Dulu, untuk mengetahui jenis kayu, Anda harus memotong sampel, mewarnai, lalu melihatnya di bawah mikroskop—proses yang memakan waktu dan butuh keahlian tinggi. Kini, dengan AI, cukup menggunakan analisis kemometrik (chemometric analysis), sistem bisa membaca data spektral kayu dan langsung menentukan jenisnya dengan akurasi tinggi, tanpa repot [2][8]. Hasilnya? Proses lebih cepat, biaya lebih hemat, dan risiko salah identifikasi berkurang drastis. Pendekatan ini secara signifikan mengurangi risiko kesalahan manusia dan mempercepat proses identifikasi, sehingga menjadi alternatif yang jauh lebih efisien dibandingkan teknik konvensional [2][8].

Klasifikasi Berbasis Gambar

Teknik deep learning juga telah diterapkan untuk klasifikasi berbasis gambar terhadap spesimen kayu. Proses ini melibatkan pelatihan model AI menggunakan dataset besar berisi citra digital dari berbagai sampel kayu. Hasil penelitian menunjukkan tingkat akurasi yang sangat tinggi, misalnya 97% untuk uji validasi silang lima kali lipat (five-fold cross-validation) dan 86,5% untuk klasifikasi top-1. Model-model ini menggunakan pendekatan representation learning untuk meningkatkan kemampuan dalam mengekstraksi fitur dari gambar, sehingga menghasilkan identifikasi yang lebih akurat [9]. Bagi bisnis yang berkaitan dengan banyak jenis kayu, AI berbasis gambar digital juga menjadi solusi cerdas. AI “belajar” dari gambar dan mampu mengenali pola serat, warna, dan tekstur yang sulit dilihat mata manusia. Teknologi ini sangat membantu dalam perdagangan kayu, desain mebel, atau industri berbasis kayu lainnya.

Integrasi dengan Alur Kerja Digital

Aplikasi seperti "VoucherVision" menjadi contoh bagaimana AI dapat diintegrasikan dalam alur kerja digital untuk lebih mengoptimalkan proses verifikasi koleksi xylarium. Dengan mengotomatisasi berbagai tugas, aplikasi ini memungkinkan peneliti untuk lebih fokus pada analisis tingkat lanjut dan proses pengambilan keputusan. Sinergi antara kecerdasan manusia dan kemampuan AI ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga membuka peluang eksplorasi lebih dalam terhadap data yang dihasilkan dari koleksi xylarium [10]. AI bisa menangani pekerjaan berulang seperti klasifikasi dan pencatatan, sehingga Anda bisa fokus pada keputusan strategis dan inovasi bisnis. 

Mendukung Upaya Konservasi

Dalam konteks konservasi, AI dapat membantu berbagai organisasi dengan memberikan wawasan dari data spesimen kayu, membantu dalam mengidentifikasi potensi ancaman dan menyusun strategi proaktif untuk pelestarian. Kolaborasi antara AI dan keahlian manusia memastikan bahwa meskipun AI menangani proses pengolahan dan analisis data, pemahaman manusia tetap menjadi kunci dalam pengambilan keputusan strategis untuk upaya konservasi [10][11]. Melalui beragam aplikasi ini, AI menunjukkan potensi transformatifnya dalam proses verifikasi koleksi xylarium, meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam identifikasi serta klasifikasi jenis kayu.

Bagi Anda yang peduli dengan keberlanjutan dan legalitas kayu, AI juga bisa membantu dalam upaya konservasi. Dengan menganalisis data kayu, AI bisa mendeteksi potensi ancaman seperti perdagangan kayu ilegal atau deforestasi, dan membantu merancang strategi perlindungan [10][11]. Meski AI memproses data, keputusan tetap ada di tangan manusia, sehingga teknologi ini menjadi alat bantu, bukan pengganti. Melalui berbagai aplikasi ini, AI bukan hanya mempermudah identifikasi kayu, tapi juga mendukung bisnis kayu yang lebih cepat, akurat, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi di pasar.

Manfaat

Kecerdasan buatan (AI) menawarkan berbagai keuntungan dalam proses verifikasi koleksi xylarium, serta memberikan kontribusi besar terhadap upaya konservasi satwa liar. Seiring dengan semakin banyaknya organisasi yang mengadopsi teknologi AI, kemampuan mereka untuk memperoleh wawasan yang akurat dan merespons tantangan lingkungan pun semakin meningkat.

Teknologi Artificial Intelligence (AI) membawa banyak manfaat nyata dalam proses verifikasi kayu di Smart Xylarium dan bisa menjadi game-changer bagi para pelaku bisnis kayu, pengrajin, eksportir, maupun profesi yang ingin memastikan jenis kayu secara cepat dan akurat. Selain membantu sektor bisnis, AI juga berkontribusi besar dalam upaya pelestarian alam.

Peningkatan Pemantauan dan Akurasi Data

AI membantu meningkatkan akurasi dan relevansi dalam memantau ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan memanfaatkan algoritma canggih, organisasi dapat mencapai tingkat presisi yang lebih tinggi dalam mengidentifikasi spesies di dalam koleksi xylarium—hal yang sangat penting untuk tujuan konservasi dan penelitian [10][1]. Salah satunya adalah dengan melalui proses augmentasi data (Gambar 2). Proses ini sangat penting untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan dari berbagai spesimen benar-benar andal dan komprehensif.

Bagi bisnis kayu, salah mengenali jenis kayu bisa berarti kerugian besar. Dengan AI, identifikasi spesies kayu menjadi jauh lebih akurat dan cepat. Algoritma canggih mampu membaca pola serat, warna, hingga data spektral untuk memastikan jenis kayu dengan presisi tinggi [10][1]. Hal ini sangat penting tidak hanya untuk kualitas produk, tetapi juga untuk memenuhi aturan legalitas dan keberlanjutan.

Deteksi Ancaman dan Mitigasi

AI juga berperan penting dalam mendeteksi berbagai ancaman nyata seperti perburuan liar dan polusi, yang dapat berdampak buruk terhadap keanekaragaman hayati. Dengan sistem berbasis AI, organisasi dapat mengidentifikasi ancaman ini dengan lebih cepat dan mengambil tindakan yang tepat waktu untuk menguranginya. Pendekatan proaktif ini sangat penting untuk melindungi spesies yang rentan dan habitatnya dari kerusakan lingkungan [12].

AI juga mampu mendeteksi potensi ancaman terhadap pasokan kayu, seperti deforestasi, kayu ilegal, atau perubahan lingkungan yang bisa mempengaruhi ketersediaan bahan baku. Dengan deteksi cepat berbasis AI, pelaku industri bisa mengambil langkah lebih dini untuk menghindari kerugian atau masalah hukum [12].

Efisiensi dalam Pengelolaan Sumber Daya

Integrasi AI memungkinkan para pelaku konservasi untuk mengotomatisasi berbagai tugas yang bersifat repetitif dan memakan waktu, seperti transkripsi data atau klasifikasi gambar spesimen kayu. Dengan membebaskan para profesional dari pekerjaan rutin ini, AI mendorong peningkatan produktivitas sehingga mereka dapat lebih fokus pada perencanaan strategis dan pengambilan keputusan di tingkat yang lebih tinggi. Efisiensi ini juga berdampak positif terhadap pengelolaan sumber daya, baik dalam pengelolaan koleksi xylarium maupun proyek konservasi secara umum [4].

Pekerjaan berulang seperti mencatat data, mengklasifikasikan gambar kayu, hingga mendokumentasikan spesimen bisa diotomatisasi dengan AI. Ini berarti pelaku bisnis atau tim konservasi bisa fokus pada hal-hal strategis seperti pengembangan produk, ekspansi pasar, atau penyusunan kebijakan bisnis yang berkelanjutan [4].

Peningkatan Jaminan Kualitas

Teknologi AI memiliki keunggulan dalam mengukur dan menghitung dampak dari upaya konservasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas organisasi secara keseluruhan. Penggunaan AI dalam proses jaminan kualitas dapat menghasilkan perbaikan signifikan, sehingga memudahkan organisasi dalam menunjukkan tingkat keberhasilan atau return on investment (ROI) dari berbagai inisiatif konservasi [1][12]. Aspek ini sangat penting untuk memperoleh dukungan dan pendanaan bagi program konservasi yang sedang berjalan maupun yang akan datang.

Aksesibilitas dan Demokratisasi Teknologi

Munculnya teknologi AI berbasis perangkat mobile dengan harga terjangkau semakin memperluas akses bagi berbagai pihak untuk menggunakannya di lapangan. Ketika para konservasionis mulai mengadopsi alat ini untuk identifikasi kayu secara otomatis dan aplikasi lainnya, proses validasi yang ketat menjadi penting untuk memastikan efektivitasnya. Aksesibilitas AI ini juga mendukung demokratisasi teknologi, memungkinkan organisasi kecil maupun komunitas lokal untuk mendapatkan manfaat dari metode konservasi berbasis teknologi canggih [4]. Berbagai aplikasi berbasis mobile dengan harga terjangkau membuat teknologi ini bisa dipakai oleh siapa saja, termasuk usaha kecil atau komunitas lokal [4]. Validasi tetap penting agar hasilnya akurat, namun AI telah membuka peluang luas bagi siapa saja yang ingin mengenali kayu dengan cepat, mendukung legalitas, dan menjalankan bisnis yang lebih hijau.

Tantangan

Integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam proses verifikasi koleksi xylarium menghadirkan sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar manfaatnya dapat dimaksimalkan. Salah satu hambatan terbesar adalah manajemen perubahan (change management), yaitu bagaimana meyakinkan para konservasionis dan peneliti untuk menerima teknologi baru dan mengintegrasikannya ke dalam alur kerja yang sudah ada. Resistensi terhadap perubahan ini seringkali muncul karena adanya ketidaknyamanan terhadap proses dan teknologi baru, di mana banyak individu merasa enggan untuk mengubah rutinitas yang sudah mapan [13]. Selain itu ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan agar penerapannya benar-benar efektif dan diterima luas, termasuk oleh stakeholder khususnya instansi riset dan pelaku bisnis kayu.

Bagi sebagian organisasi pengelola koleksi ilmiah dan pelaku bisnis, teknologi baru sering dianggap rumit, mahal, atau bahkan “tidak perlu” jika cara lama dianggap masih cukup. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk menunjukkan manfaat langsung AI terhadap produktivitas dan keuntungan bisnis—misalnya bagaimana AI bisa mempercepat identifikasi kayu, mengurangi kesalahan, dan mendukung legalitas produk [13].

Strategi yang bisa diterapkan adalah menjalankan Proof of Value (PoV), yaitu uji coba kecil yang fokus pada hasil nyata dan peningkatan Key Performance Indicators (KPI) bisnis. Ini berbeda dari sekadar membuktikan bahwa teknologi bisa berjalan (Proof of Concept); PoV menunjukkan dampak bisnisnya, termasuk return on investment (ROI) yang konkret, misalnya efisiensi waktu, pengurangan risiko salah identifikasi atau salah kirim jenis kayu, atau peningkatan kepuasan klien.

Selain tantangan terkait adopsi teknologi, kualitas dan kelengkapan dataset juga menjadi faktor krusial. Sistem AI sangat bergantung pada data yang akurat dan representatif dari keragaman koleksi xylarium. Data yang tidak konsisten atau tidak lengkap dapat menghasilkan keluaran AI yang tidak akurat, sehingga dapat menurunkan kepercayaan terhadap teknologi ini [12]. Kemampuan AI untuk melakukan "cross-referencing" dan memverifikasi informasi dari sumber terpercaya lainnya juga menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga akurasi dan konsistensi hasil verifikasi.

Seiring dengan terus berkembangnya bidang ini, riset dan pengembangan yang berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan meningkatkan efektivitas AI dalam proses verifikasi koleksi xylarium [3][2].

Tren Masa Depan

Integrasi Teknologi Digital

Integrasi teknologi digital dalam pengelolaan dan studi koleksi xylarium diperkirakan akan semakin memperkuat model rantai nilai di lembaga-lembaga warisan budaya (Cultural Heritage/CH). Inovasi ini mencakup kemajuan dalam proses penangkapan dan digitalisasi warisan budaya, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik, sehingga memungkinkan pelestarian jangka panjang dan pengembangan metode penelitian digital yang lebih inovatif. Dengan semakin berkembangnya saluran digital, para peneliti di seluruh dunia akan dapat berinteraksi dengan objek-objek digital, menghubungkan koleksi-koleksi yang tersedia secara online, serta mempercepat lahirnya karya-karya artistik baru.

Dunia bisnis kayu dan konservasi akan semakin terdorong ke arah digital. Teknologi digital kini mulai memainkan peran penting dalam pengelolaan dan studi koleksi xylarium sebagai perpustakaan spesimen kayu. Proses digitalisasi memungkinkan koleksi kayu yang dulunya hanya bisa diakses fisik, kini bisa diakses dan dipelajari dari mana saja. Hal ini membuka peluang besar bagi pelaku industri kayu, desainer, hingga pengrajin untuk terhubung dengan data kayu secara cepat dan akurat [3]. Ke depan, akses digital ini akan mempercepat kolaborasi, memperkaya kreativitas, serta mendukung inovasi di berbagai bidang.

Kemajuan dalam AI dan Machine Learning

Kecerdasan buatan (AI) diprediksi akan membawa revolusi dalam bidang identifikasi kayu dan upaya konservasi di dalam koleksi xylarium. Teknik-teknik seperti identifikasi berbasis computer vision telah menunjukkan efektivitasnya dalam mengenali spesies pohon melalui citra digital potongan kayu [2]. Potensi AI dalam mengotomatisasi dan mempercepat proses identifikasi kayu dapat menghasilkan hasil yang lebih cepat dan akurat—faktor penting dalam menghadapi tantangan seperti perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Selain untuk konservasi dan penelitian, inovasi ini juga sangat bermanfaat bagi bisnis yang butuh identifikasi instan, misalnya dalam perdagangan kayu, desain interior, atau manufaktur furnitur. Tapi seperti adopsi teknologi lainnya, penerimaan tim dan mitra bisnis tetap memerlukan pendekatan yang tepat agar semua pihak merasa nyaman dan yakin dengan manfaatnya [6]. Namun, keberhasilan integrasi AI ke dalam alur kerja yang sudah ada tetap memerlukan “manajemen perubahan” (change management) yang cermat untuk mendorong penerimaan dari tim dan para pemangku kepentingan [6].

Jaringan Kolaborasi dan Inisiatif Riset

Perkembangan jaringan kolaboratif yang terus berlangsung, seperti yang digagas melalui proyek ”PEER”, diharapkan akan mendorong kerja sama internasional dalam studi dan pengelolaan koleksi xylarium. Jaringan ini akan memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan berbagi sumber daya antar peneliti, pemerintah, dan lembaga-lembaga terkait, sehingga memperkuat dampak penelitian di bidang ini. Berbagai kemajuan yang dicapai melalui proyek seperti “WIDER” dan “4D Dynamic” juga menyoroti pentingnya aplikasi inovatif dalam pengukuran kapasitansi kayu di bidang kehutanan, yang dapat meningkatkan teknologi pengujian non-destruktif dan pemantauan pohon secara real-time [4].

Masa depan verifikasi kayu juga terletak pada kerja sama global. Proyek-proyek seperti PEER, WIDER, dan 4D Dynamic mendorong kolaborasi antar negara dan institusi untuk memperkaya pengetahuan serta memperkuat teknologi pemantauan dan identifikasi kayu di lapangan [4]. Bagi pelaku industri, ini artinya akses ke teknologi non-destruktif yang lebih canggih untuk memastikan kualitas dan legalitas kayu tanpa harus merusaknya.

Tantangan dan Pertimbangan

Meskipun prospek penerapan AI dan teknologi digital dalam pengelolaan koleksi xylarium sangat menjanjikan, sejumlah tantangan masih perlu diatasi. Hambatan utama meliputi resistensi terhadap perubahan di dalam organisasi serta kebutuhan akan pelatihan yang komprehensif bagi staf terkait teknologi baru. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa implementasi teknologi ini disertai dengan pemahaman yang jelas tentang manfaatnya, agar dapat membenarkan investasi dan memperoleh dukungan dari para pemangku kepentingan [6]. Seiring dengan terus berkembangnya bidang ini, riset dan pengembangan yang berkelanjutan akan menjadi kunci utama dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut dan memaksimalkan potensi AI dalam proses verifikasi dan pengelolaan koleksi xylarium.

Banyak pelaku bisnis masih ragu dengan adopsi teknologi baru, terutama jika mereka belum memahami manfaat langsungnya. Karena itu, edukasi dan pelatihan menjadi kunci agar semua pihak—mulai dari staf operasional hingga manajemen—dapat menerima perubahan [6]. Investasi di bidang ini harus dibarengi pemahaman yang kuat tentang keuntungan jangka panjang, seperti efisiensi, akurasi, dan daya saing bisnis. Riset yang berkelanjutan akan memastikan teknologi AI untuk xylarium terus berkembang dan memberi manfaat nyata.

Ringkasan

Kecerdasan buatan (AI) semakin memainkan peran penting dalam mentransformasi proses verifikasi koleksi xylarium—repositori khusus yang menyimpan spesimen kayu terverifikasi yang sangat penting untuk penelitian di bidang botani, kehutanan, dan edukasi lingkungan. Secara tradisional, pengelolaan koleksi xylarium dilakukan melalui metode verifikasi manual yang memakan banyak waktu dan rentan terhadap kesalahan, sehingga menimbulkan ketidakefisienan dalam akurasi data dan identifikasi spesimen. Penerapan teknologi AI, khususnya machine learning dan deep learning, kini hadir sebagai solusi revolusioner yang meningkatkan kecepatan dan ketepatan verifikasi spesimen serta memperbaiki praktik manajemen data dalam koleksi biologis [1][2].

Integrasi AI dalam proses verifikasi xylarium menjadi semakin menonjol karena dampak potensialnya terhadap upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan konservasi. Dengan mengotomatisasi proses seperti identifikasi jenis kayu, klasifikasi gambar, dan analisis dokumentasi, AI memungkinkan para peneliti untuk lebih fokus pada tugas-tugas strategis tingkat tinggi, sambil memastikan hasil yang lebih andal. Sebagai contoh, algoritma AI dapat menganalisis data spektral untuk mengidentifikasi jenis kayu dengan akurasi tinggi, tanpa perlu melakukan metode tradisional yang biasanya memerlukan perubahan fisik pada spesimen [3].

Bagi pelaku industri kayu, teknologi ini sangat membantu untuk mengotomatiskan proses seperti identifikasi jenis kayu, klasifikasi gambar, hingga analisis dokumentasi. Tak perlu lagi uji laboratorium rumit—cukup dengan citra atau data spektral, AI bisa mengenali jenis kayu dengan akurasi tinggi [3]. Ini tentu bisa mempercepat transaksi, mempermudah ekspor-impor, mendukung sertifikasi legalitas kayu, dan mengurangi risiko salah kirim produk.

Kemajuan ini tidak hanya menyederhanakan alur kerja, tetapi juga berkontribusi pada pemahaman yang lebih luas tentang keanekaragaman hayati melalui praktik pengumpulan dan pengelolaan data yang lebih baik. Meskipun demikian, integrasi AI dalam verifikasi xylarium tetap menghadapi sejumlah tantangan. Hambatan seperti resistensi terhadap perubahan di kalangan peneliti dan konservasionis, kekhawatiran terhadap kualitas data, serta kebutuhan akan pelatihan teknologi yang menyeluruh dapat menjadi penghalang adopsi yang lebih luas. Selain itu, ketergantungan AI pada dataset yang akurat untuk proses pelatihan menekankan pentingnya integritas data dalam mencapai hasil yang efektif [4][5].

Ke depan, potensi AI dalam verifikasi koleksi xylarium mengarah pada masa depan dengan efisiensi dan akurasi yang lebih tinggi, yang dapat mendorong peningkatan signifikan dalam upaya konservasi. Inisiatif kolaboratif dan riset yang berkelanjutan diharapkan dapat terus menyempurnakan aplikasi AI, memperkuat kerja sama internasional, dan mendorong inovasi dalam pengelolaan spesimen botani. Seiring dengan semakin banyaknya lembaga yang mengadopsi teknologi AI, lanskap verifikasi xylarium diprediksi akan mengalami transformasi besar, mendukung tujuan ganda: kemajuan ilmiah dan pelestarian keanekaragaman hayati [6][7].

Referensi

[1] R. De Blaere et al., “SmartWoodID—an image collection of large end-grain surfaces to support wood identification systems,” Database, vol. 2023, p. baad034, 2023.

[2] X. He et al., “Machine learning-based wood anatomy identification: towards anatomical feature recognition,” IAWA J., vol. 1, no. aop, pp. 1–19, 2024.

[3] S.-W. Hwang and J. Sugiyama, “Computer vision-based wood identification and its expansion and contribution potentials in wood science: A review,” Plant Methods, vol. 17, no. 1, p. 47, 2021.

[4] D. J. Verly Lopes, G. W. Burgreen, and E. D. Entsminger, “North American hardwoods identification using machine-learning,” Forests, vol. 11, no. 3, p. 298, 2020.

[5] P. Ravindran, A. C. Wade, F. C. Owens, R. Shmulsky, and A. C. Wiedenhoeft, “Towards sustainable North American wood product value chains, part 2: computer vision identification of ring-porous hardwoods,” Can. J. For. Res., vol. 52, no. 7, pp. 1014–1027, 2022.

[6] R. Arévalo et al., “Imaged based identification of colombian timbers using the xylotron: A proof of concept international partnership,” Colomb. For., vol. 24, no. 1, pp. 5–16, 2021.

[7] R. G. H. Rahmanto et al., “Anatomical comparison of branches and trunks of seven commercial wood species,” in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2021, vol. 914, no. 1, p. 12071.

[8] P. Ravindran et al., “Field-deployable computer vision wood identification of Peruvian timbers,” Front. Plant Sci., vol. 12, p. 647515, 2021.

[9] M. R. Arifin, B. Sugiarto, R. Wardoyo, Y. Rianto, and others, “Development of mobile-based application for practical wood identification,” in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2020, vol. 572, no. 1, p. 12040.

[10] S. Liu et al., “How to discriminate wood of CITES-listed tree species from their look-alikes: using an attention mechanism with the ResNet model on an enhanced macroscopic image dataset,” Front. Plant Sci., vol. 15, p. 1368885, 2024.

[11] A. N. Shugar, B. L. Drake, and G. Kelley, “Rapid identification of wood species using XRF and neural network machine learning,” Sci. Rep., vol. 11, no. 1, p. 17533, 2021.

[12] M. C. Low et al., “Tracing the world’s timber: the status of scientific verification technologies for species and origin identification,” Iawa J., vol. 44, no. 1, pp. 63–84, 2022.

[13] A. C. Wiedenhoeft, “The XyloPhone: toward democratizing access to high-quality macroscopic imaging for wood and other substrates,” Iawa J., vol. 41, no. 4, pp. 699–719, 2020.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun