Mohon tunggu...
Dede Ahmad Ramdhan
Dede Ahmad Ramdhan Mohon Tunggu... Freelancer - RA94

Punten Numpang Nulis

Selanjutnya

Tutup

Balap

Mick Schumacher, Pembalap Bertalenta atau Cuma Bawa Nama?

30 Juni 2022   11:21 Diperbarui: 30 Juni 2022   11:31 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menuju Gp ke 10 di silverstone minggu ini, Mick Schumacher masih belum bisa meraih point di musim keduanya Karir F1 nya. Mick yang merupakan anak dari Michael Schumacher 7 kali Juara Dunia F1 secara tidak langsung mendapat tekanan yang berlebih berkat nama Schumacher yang dibawanya. Sebagai Juara Formula 3 dan Formula 2, Mick memiliki banyak masalah di musim kedua karir F1nya. Baik itu tabrakan, kecelakaan besar maupun kerusakan mekanik yang selalu membuat Mick jadi pusat perhatian dengan alasan yang tidak diinginkan.

Guenther steiner sebagai kepala prinsipal tim Haas, sudah menegaskan harus adanya perubahan demi mengamankan karir Mick schumacher yang menarik banyak perhatian seiring poin yang tidak kunjung datang.Sementara itu Kevin Magnussen rekan satu tim Mick yang menggantikan Nikita Mazepin sudah dapat mengantongi 16 poin, dengan sekaligus menyamai rekord posisi terbaik Haas p5 di Bahrain GP. Tetunya hal ini sangat menghawatirkan melihat rival tim mereka Aston Martin dan Alfa Romeo yang semakin terlihat semakin cepat dari balapan ke balapan.

Namun yang paling mengkhawatirkan, Mick Schumacher sudah mengalami 2 kecelakaan besar di musim ini. Kebiasaan yang dibawanya dari musim kemarin, cepat tapi banyak melakukan kesalahan. Hal in membuat total kecelakaan beasr mick menjadi 6 dari 31 Gp yang diikuti. Yang berarti jika dirata-ratakan Mick Mengalami kecelakaan beasr sekali setiap 5 balapan, tentunya data ini sangat menghawatirkan. mengingat data ini tidak termasuk kecelakaan-kecelakaan kecil lainnya seperti di Miami dimana Mick menabrak teman sekaligus mentornya Sebastian Vettel di lap 54 membuat keduanya DNF dan kehilangan kesempatannya meraih poin. 

Dilema Haas

diedit dari f1.com
diedit dari f1.com

2 kecelakaan besar mick di Jeddah dan Monaco jelas menghambat Haas dalam mendevelop mobil mereka. Semakin banyak kecelakaan maka semakin banyak uang yang dikeluarkan. Setelah kecelakaan kedua di Monaco Gunter steiner harus adanya perubahan secepatnya. Pernyataan ini bisa interpretasikan menjadi beberapa makna; pertama yang simpel adalah mengarah ke solusi agar Mick tidak melakukan kesalahan yang mengakibatkan kecelakaan besar di Gp mendatang. Interpretasi lain bisa diartikan adanya ancaman besar bagi masa depan Mick di tim Haas. Gunter menegaskan solusinya adalah kombinasi dari dua interpretasi tersebut.

Dua kecelakaan ini sangat berdampak besar bagi kesehatan finansial dan produktivitas tim. Mengingat pergantian dan pembuatan sparepart dan komponen baru membutuhkan SDM dan finansial yang tidak sedikit. Terutama Haas yang berkemungkinan hanya akan melakukan satu upgrade besar musim ini, terpaksa meminta bantuan partner teknikal mereka De Lara dan komponen suplayer Ferrari dalam proses pengembangan dan konstruksi Mobil mereka. Dan jika Mick terus mengalami kecelakaan maka harus ada yang dikorbankan, mengingat dana yang terbatas.

Dikutip dari the-race.com "harus ada yang dikorbankan, kita tidak bisa mengeluarkan uang yang belum kita dapatkan. Setiap bidang mengorbankan (menghemat) sedikit demi sedikit, karena tidak ada satu bidang yang bisa dikorbankan seluruhnya. Kita masih di awal musim. Jadi kita masih bisa berhemat. Tapi kalau ini terus berlanjut, kita akan kehabisan waktu dan uang". Guenther Steiner, Haas. 

Guenther juga khawatir dari akibat memberi tekanan yang terlalu beasr kepada Mick. Pembalap yang tertekan sering melakukan hal-hal yang beresiko dan terlalu memaksa batas kemampuan mobilnya. Kesalahan di Miami salah satu contohnya. Mick terlalu memaksakan untuk menyalip vettel yang mengkibatkan kedua mobil mengalami DNF dan kehilangan poin yang hampir pasti didapatkan.

Haas tentunya berharap Mick bisa menghilangkan kebiasaan buruknya ini dan bisa memenuhi potensial yang ditunjukannnya di kategori Junior F3 & F2. Schumacher adalah pembalap cepat dan cerdas, populer di paddock, mempunyai etik kerja yang baik dan lebih dari yang media perlihatkan. terlihat dari hasil kualifikasi di kanada dimana Mick berhasil menempati posisi p6 dan mengendarai mobilnya tanpa kesalahan di cuaca yang kurang mendukung. Mick kini menempati posisi 6 dari rekor pembalap f1 dengan jumlah balapan terbanyak tanpa poin dengan 31 GP, dengan Luca Badoer masih jauh dengan 50 balapan tanpa poin. Tentunya Mick tidak mau namanya, selebih nama Schumacher berada dalam list tersebut, mengingat Haas musim ini terlihat cukup kompetitif dan terbukti mampu berjuang mendapatkan poin setip GP-nya. terbukti dengan rekan satu timnya Kevin Magnussen yabg sudah mengantongi 15 poin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun