Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Setiap Hari Selalu Ada Babak Baru

1 Oktober 2022   11:46 Diperbarui: 1 Oktober 2022   11:54 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Setiap dari kita memiliki mimpi dan tujuan hidup yang beragam.
Setiap dari kita memiliki keinginan dan harapan untuk masa depan.
Dan setiap dari kita, memiliki rintangan yang harus dihadapi.

Selalu ada babak-babak baru dalam rangkaian kehidupan ini, akan ada episode-episode berbeda yang harus kita perankan dan lalui. Bisa jadi saat ini teman-teman ada di episode bahagia, dilimpahkan rezeki dari Allah, mendapat promosi jabatan, atau sedang menanti lahirnya buah hati. Tetapi, ada juga, teman-teman dalam episode kesempitan, dikejar hutang cicilan, deadline payment yang makin mendekat, SPP anak belum terbayarkan, atau sedang mendapat musibah kesakitan.
Semua dari kita akan merasakan rangkaian episode-episode tersebut. Tidak terkecuali.

Selama kita masih ada di dunia, babak-babak kehidupan akan terus berubah, tidak akan pernah statis.
Mereka yang miskin akan merasakan episode kebahagiaan, akan ada jatah "kebahagiaan" yang sudah digariskan akan mereka rasakan. Begitupun dengan mereka yang kaya, mereka akan merasakan episode kesempitan, akan ada jatah yang mereka rasakan, entah berupa sakit, kehilangan orang terkasih, atau usaha yang gagal.

Apa yang terjadi itulah yang ditetapkan oleh sang pemilik kehidupan, kita tidak berhak menolak apalagi menghardik.
Jalani dan terima dengan lapang dada.

Ada sebuah kutipan dari seorang pemuka agama yang makjleb nancep, kutipan singkat yang beredar dichannel video berbagi.
Beliau mengatakan "Jangan pernah mengutuk episode kesulitan yang sedang engkau hadapi, bisa jadi itu adalah cara Allah agar hati kita hidup". 

Saya paham betul makna kutipan itu, bahwa kesusahan dan kesempitan yang kita alami adalah sarana untuk kita lebih mendekat ke pemilik kehidupan ini, yaitu Allah SWT. Namun sering sekali kita jadikan hanya sebagai pengetahuan, hati kita tetap mati rasa.
Kita lalai pada kewajiban kita sebagai ummat.

Sebagai muslim, ada kewajiban yang harus kita tunaikan, ada ibadah yang harus kita lakukan, apapun kondisi kita.
Lalu, ketika kita merasa ada himpitan yang begitu besar dan membuat kita merasa "kalah" oleh kehidupan, mengapa justru kita tidak mendekat pada NYA? Kita selalu berharap solusi itu ada pada manusia, kita berharap bos, pimpinan atau orang tua bisa menyelesaikan masalah kita. Kita selalu merasa bahwa kehimpitan ini hanya beberapa saat, yang kita tidak pernah sadari, Allah menunggu kita untuk kita mengeluh.. kehadiran kita ditunggu..  

Saya jadikan tulisan ini sebagai pengingat diri, saya jadikan apa yang saya dengar dari kutipan ustadz tersebut sebagai titik balik saya.
Tidak ada yang lebih berhak mengatur semua yang terjadi dalam kehidupan saya selain Ia pemilik hidup ini.

Esok akan ada episode baru, akan ada babak baru, akan ada cerita baru
Kita kita pasrahkan diri dan menerima apapun yang terjadi dalam hidup ini, kita akan lebih siap

Bismillah,

DW

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun