Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Besarkah Peluang Timnas Indonesia Menjuarai Piala AFF 2020?

26 November 2021   14:41 Diperbarui: 28 November 2021   10:44 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia melakukan pemusatan latihan di Turki menjelang Piala AFF 2020. Sumber: Dokumentasi PSSI/via Kompas.com

Keberhasilan Indonesia mencetak empat gol, terutama pada tiga gol di babak pertama, sebagian besar dikarenakan lini pertahanan Myanmar masih karut-marut dalam mengantisipasi bola transisi. Mereka juga masih belum sepenuhnya waspada dengan pergerakan Irfan Jaya dan Witan Sulaeman.

Mereka cenderung mewaspadai Ezra Walian yang malah sering bergerak melebar dan membukakan ruang bagi Ricky Kambuaya, Irfan, dan Witan. Tiga nama ini yang kemudian mencetak gol untuk 'pasukan Garuda'.

Sebenarnya, itu bisa saja merupakan taktik Shin Tae-yong. Karena, Ezra di klub (Persib) juga sering bermain free-row. Bisa di sisi sayap, bisa juga di belakang penyerang utama.

Kalau tidak ada Marc Klok, tugas pembangun serangan bisa juga diemban Ezra. Inilah yang bisa dimanfaatkan Shin Tae-yong dan luput dari taktik Myanmar saat bertahan.

Di babak kedua, Ezra mulai berperan sebagai target-man. Di sinilah, Ezra mulai kembali kesulitan mencetak gol, selain gol dari eksekusi penalti.

Permasalahan Ezra kemudian menular ke Kushedya Yudo, yang masuk menggantikan Ezra. Minimal, Yudo punya dua peluang. Namun, dia masih kesulitan mengarahkan bola untuk tepat sasaran.

Itu bisa terjadi karena pemain kita masih cenderung gugup kalau mendapatkan tekanan dari lawan. Nyali predatornya masih kurang terasah, karena yang sering berada dalam situasi demikian adalah pemain asing di level klub.

Biasanya, yang malah mengambil peran sebagai pencetak gol adalah pemain-pemain yang sebenarnya berada di lini kedua, seperti Evan Dimas dan Ricky Kambuaya. Ini dikarenakan perkembangan sepak bola.

Sepak bola dewasa ini sudah menempatkan beban mencetak gol tidak hanya di lini depan, tetapi juga di lini tengah. Hanya saja, beban itu adalah bonus dan tujuannya sebagai pengejut bagi pertahanan lawan.

Artinya, yang memikul beban itu masih penyerang, bukan gelandang. Mereka adalah alternatif.

Apakah kemudian itu menjadikan para pemain Indonesia berlomba menjadi gelandang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun