Begitu pula dengan juaranya Kanada di cabor sepak bola putri. Mereka pasti tidak peduli dengan juara umumnya AS, karena mereka juga berhasil meraih hasil lebih baik dari Megan Rapinoe dkk.
Faktor kemenangan yang melibatkan kerja sama tim masih disinyalir sebagai alasan dari pentingnya medali emas di sepak bola yang seperti juara umum. Selain itu, faktor kepopuleran sepak bola di dunia yang masih tertinggi juga menjadi alasan dari pentingnya medali emas di sepak bola.
Fakta menarik kelima, kunci untuk berprestasi hingga bersaing di klasemen Olimpiade bukan "hanya" di kualitas, melainkan juga di kuantitas. Artinya, persebaran kualitas tidak hanya di satu-dua cabor, melainkan di banyak cabor.
Dengan begitu, potensi untuk meraih cukup banyak medali akan lebih terbuka. Itulah mengapa, Indonesia tidak boleh hanya berpangku tangan kepada cabor badminton dan angkat besi.
Indonesia juga harus meningkatkan kualitas di banyak cabor, termasuk sepak bola. Di sini pun tidak harus sepak bola putranya, namun bisa mencoba untuk mengambil fokus ke sepak bola putrinya.
Kenapa?
Karena, sepak bola putri sebenarnya masih dalam tahap tumbuh-kembang, bukan di tahap mapan seperti sepak bola putra. Maka dari itu, sepak bola putri sebenarnya bisa berupaya mengejar standar kualitas. Minimal Asia.
Itu berbeda dengan sepak bola putra yang masih harus mengejar standar kualitas di Asia Tenggara. Sedangkan, di sepak bola putri, Thailand saja sudah bisa konsisten di Asia dan mampu melompat ke Piala Dunia 2019.
Jadi, Olimpiade Tokyo 2020 bukan hanya menjadi evaluasi bagi cabor bulu tangkis; angkat besi; atletik; dan beberapa cabor yang sudah mulai diikuti Indonesia, tetapi juga untuk bahan pertimbangan bagi cabor lain untuk makin giat meningkatkan standar kualitas.