Menariknya, kedua tim ini juga punya gaya bermain yang khas, dan telah dibuktikan dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam melibas rintangan selama di fase grup hingga babak perempat final. Seperti yang ditulis di artikel sebelumnya, bahwa perbedaan gaya bermain ini yang seharusnya dapat tersajikan juga di partai final.
Tidak berhenti di situ, kedua tim ini juga punya kesamaan yang kemudian dapat menjadi faktor penting bagi mereka untuk dapat melaju hingga ke final. Apa itu?
Kemampuan untuk memecahkan masalah.
Brasil dan Argentina memang dalam turnamen ini bisa disebut sedang menunjukkan kelasnya. Namun, bukan berarti mereka tanpa masalah.
Brasil yang terlihat tangguh di awal fase grup, kemudian mulai terlihat kedodoran di dua laga terakhir. Dua laga itu adalah saat melawan Ekuador di laga terakhir babak grup, dan saat melawan Chile di perempat final.
Saat melawan Ekuador, Brasil seperti menunjukkan kelemahan mereka ketika bermain tanpa Neymar. Permainan mereka sekilas tampak tidak semeyakinkan kala ada Neymar.
Artinya, Brasil mengalami ketergantungan pada Neymar. Sesuatu yang memang wajar terjadi, namun juga seharusnya dapat diminimalisir. Mengapa?
Karena, di Copa America 2019 saja mereka bisa membuktikan bahwa tanpa Neymar, mereka juga tetap bisa berprestasi. Maka, seharusnya tanpa Neymar di satu laga saja, itu dapat ditutup dengan performa yang tidak jauh berbeda.
Namun, ada kemungkinan, bahwa Ekuador juga sedang berupaya tampil habis-habisan, agar peluang lolos ke perempat final dapat diraih. Hal ini yang kemudian bisa dikatakan telah dibenarkan ketika Ekuador melawan Argentina di perempat final.
Ekuador terlihat berupaya keras untuk menandingi permainan Argentina. Terlepas dari kesialan-kesialan yang menghampiri beberapa pemain saat mengeksekusi peluang.
Jika melihat itu, berarti, Brasil bisa disebut gagal menjaga konsistensi. Terutama dalam produktivitas mencetak gol.