Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kelaziman Zakat dan Donasi Online

6 Mei 2021   19:58 Diperbarui: 6 Mei 2021   20:00 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi donasi digital. Sumber: Niroworld/Shutterstock/via Kompas.com

Sejak tahun lalu (2020), kebijakan zakat dengan perantara digital--kemudian disebut zakat online--mulai merebak. Namun, sistem dan jaringan terlihat lebih mapan pada tahun ini (2021).

Keberadaan pandemi Virus Corona membuat kita mau tidak mau harus berjaga jarak. Hanya saja, dalam hal menunaikan kebaikan, kita tidak boleh terhalangi.

Salah satu kebaikan adalah berzakat bagi umat muslim dan yang mampu. Berzakat selalu hadir sebagai puncak dari ibadah puasa Ramadan selama sebulan.

Bagi yang mampu, mereka wajib berzakat. Mereka biasanya menyalurkan zakat ke tempat ibadah sebagai perantara, atau juga bisa memberikannya langsung ke pihak yang berhak menerima.

Namun, ketika ada pandemi, aktivitas ini menjadi dilema. Ada orang-orang yang khawatir penyebaran virus Corona dapat melalui uang atau bungkus beras. Atau, faktor interaksi di tempat ibadah yang cenderung acak bisa saja dapat memengaruhi penyebaran virus.

Maklum, keberadaan virus susah terdeteksi. Dan saat itu, belum semua tempat menyediakan detektor suhu yang dipasang di tiang/pilar/tembok. Maka, semua orang belum mudah terdeteksi kondisi tubuhnya saat berkunjung ke suatu tempat.

Sebenarnya, harapan pada tahun ini, semua aktivitas dapat kembali normal. Tetapi, kenyataannya belum demikian.

Walaupun, tempat-tempat beroperasinya ekonomi mikro dan makro sudah buka, tetap saja aktivitas yang berpotensi mengundang interaksi sosial masif perlu dibatasi. Termasuk dalam hal berzakat.

Ilustrasi zakat. Sumber: Shutterstock via Kompas.tv
Ilustrasi zakat. Sumber: Shutterstock via Kompas.tv
Namun, sebelum orang berdebat tentang berzakat secara online, kita perlu ingat tentang kelaziman donasi digital. Bahkan, sebelum era pandemi, kita sudah banyak menemui praktik-praktik donasi digital.

Ambil contoh dengan keberadaan website Kitabisa.com, Dompetdhuafa.org, hingga SupportUNICEFIndonesia.org. Itu sudah merupakan bukti, bahwa kita bisa melakukan donasi tanpa perlu bertemu langsung dengan siapa yang diberi donasi.

Seiring berjalannya waktu, mulai banyak media yang dapat menjadi perantara untuk aktivitas berdonasi hingga yang secara khusus berkaitan dengan ajaran Islam, yaitu berzakat. Berzakat dengan kondisi sekarang, menjadi tidak harus langsung bertemu antara pihak pemberi dengan pihak penerima.

Begitu pula dengan pertemuan antara pihak pemberi dengan pihak perantara yang menjadi tidak wajib. Lagipula, kita yang misalnya merupakan pihak perantara akan tetap bisa mengetahui identitas si pemberi dengan adanya proses pendaftaran akun di masing-masing media penyedia donasi/zakat online.

Artinya, dalam praktiknya, zakat/donasi online menawarkan kemudahan. Mobilitas tubuh terbatas, namun jangkauan aksinya lebih luas.

Hal ini yang kemudian mendorong aksi peduli sosial-ekonomi menjadi lebih meningkat. Karena, kita menjadi tidak hanya peduli dengan orang terdekat, tetapi juga kepada orang yang memang patut dibantu walaupun terpisah jarak yang jauh.

Lewat media yang menyediakan pelayanan zakat/donasi online, bantuan dari mana saja dapat disalurkan ke sasaran.

Melihat sisi positifnya, kita tentu menjadi bersemangat untuk melakukan praktik berzakat/berdonasi online. Namun, jangan lupa dengan satu hal yang perlu diingat, yaitu kepercayaan.

Meskipun sudah banyak media yang menyediakan layanan donasi hinggat zakat online, jangan sampai kita asal memberikan bantuan. Kita perlu menelusuri jejak dari aksi media-media tersebut dalam menjembatani bantuan dari si pemberi ke penerima.

Selain itu, jangan langsung percaya dengan pihak yang menyatakan butuh bantuan. Kita perlu menelusuri latar belakang orang tersebut. Karena, tidak semua media pelayanan sosial mampu memvalidasi semua pihak di dalamnya.

Ada kemungkinan yang lolos validasi merupakan orang-orang yang berpura-pura miskin atau berkekurangan lainnya. Itulah yang perlu ditelusuri, agar kita sebagai calon pemberi tidak salah sasaran.

Memang, peninjauan identitas dan latar belakang pihak yang butuh bantuan adalah tugas pokok media penyedia layanan tersebut, tetapi, kita sebagai calon pemberi juga harus cerdas. Langkah ini bukan untuk menghalangi rasa tulus yang menjadi modal utama selain punya apa yang dapat diberikan.

Langkah ini adalah praktik dari keberadaan literasi dari seseorang. Ini seperti ketika kita menjadi pihak penerima berita. Kita perlu menelusuri berita itu apakah benar atau tidak.

Dalam hal berdonasi dan berzakat, ini juga perlu dilakukan. Kita perlu tahu siapa yang dapat memanfaatkan bantuan tersebut sebagai titik awal untuk memperbaiki kehidupan.

Jangan sampai, bantuan itu hanya menjadi angin lalu. Siapa yang mau membantu orang yang menyia-nyiakan bantuannya?

Atau, siapa yang mau melihat orang yang dibantu malah manja atau bermental miskin? Padahal, harapannya, orang tersebut akan bangkit dan menjadi orang yang mandiri.

Artinya, bantuan yang diberikan bukanlah udara yang mengandung oksigen, yang merupakan penyokong kehidupan. Bantuan lebih mirip sebagai efek kejut kepada jantung yang melemah atau nafas buatan yang bersifat pemantik kehidupan.

Bantuan adalah pemantik dari upaya kebangkitan orang-orang yang terpuruk. Sedangkan, bentuk dari penyokong kehidupan adalah usaha yang dapat dilakukan oleh semua orang termasuk orang yang butuh bantuan tersebut.

Melihat penggambaran sederhana tentang bantuan, maka kita seharusnya tidak salah tafsir dalam mempraktikkannya. Ikhlas saja tidak cukup, kita juga perlu cermat dalam melakukannya.

Jangan sampai, kita merasa sudah membantu dan (mungkin) ikhlas, tetapi ternyata menemukan kesalahan. Salah satunya adalah salah sasaran.

Itu yang kemudian bisa saja menimbulkan komplain, seperti dengan mencela atau menyebarkan "bad engagement" ke media sosial. Padahal, belum tentu itu sepenuhnya salah media pelayanan jasa zakat/donasi online.

Bisa juga karena kita terburu-buru untuk memberi bantuan tanpa menelisik sasaran. Yang lebih parah adalah kalau kita membantu hanya karena teman atau orang di sekitar kita sudah membantu.

Itu juga menghasilkan minimnya praktik mencari tahu tentang siapa yang akan dibantu. Maka dari itu, kepercayaan penting diperhatikan ketika akan melakukan zakat/donasi online.

Berdasarkan poin kepercayaan itulah, kita juga perlu bijak dalam memanfaatkan keberadaan layanan zakat/donasi online. Jangan sampai, kita memanfaatkannya hanya karena sedang tren.

Selain itu, memberikan zakat/donasi online kepada orang yang masih kita kenal sebenarnya lebih utama dibandingkan asal memberi tanpa tahu siapa yang akan menggunakannya. Karena, terkadang kita lebih perlu membantu orang terdekat sebelum membantu yang lebih jauh.

Namun, orang terdekat tidak selamanya ada di dekat kita secara fisik. Bisa saja malah terpisah amat jauh.

Maka dari itu, praktik berzakat/berdonasi online juga bisa berlaku bagi orang-orang yang saling kenal. Tidak selamanya, berzakat/berdonasi online harus lewat perantara media-media seperti yang disebutkan tadi.

ATM adalah media awal untuk berbagi jarak jauh sebelum zakat/donasi digital. Sumber: Shutterstock via Kompas.com
ATM adalah media awal untuk berbagi jarak jauh sebelum zakat/donasi digital. Sumber: Shutterstock via Kompas.com
Lewat transaksi antarbank lewat ATM atau mobile banking juga seperti zakat/donasi online. Dalam praktiknya, antara si pengirim dan penerima sedang tidak bisa saling bertemu langsung.

Maka dari itu, kita sebenarnya dapat menganggap zakat/donasi online secara bertahap sudah menjadi kelaziman, alias bukan sesuatu yang sangat baru. Anggapan ini yang nantinya membuat kita dapat mempraktikkannya dengan bijaksana, tanpa merasa telah mengurangi esensinya.

Jadi, selamat berzakat/berdonasi online!

Semoga, segala bantuan yang kita berikan dapat memantik kebangkitan bagi mereka yang patut menerima.

Malang, 6 Mei 2021
Deddy Husein S.
Catatan: Jika ada penyebutan organisasi/lembaga layanan jasa donasi digital, itu murni hanya sebagai contoh. Bukan karena tulisan ini menjalin kerja sama dengan pihak terkait.

Terkait: Kompas.tv 1 dan 2, Journal.uinjkt.ac.id, Kompas.com 1, 2, dan 3.
Tulisan sebelumnya: Usamah dan Pentingnya Percaya dengan Orang Muda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun