Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Belajar dari Atalanta yang Tidak Bergantung dengan Satu Pemain

30 Januari 2021   22:35 Diperbarui: 31 Januari 2021   10:20 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuad Atalanta dengan kapten Remo Freuler, saat laga perempat final Coppa Italia 2020/21 melawan Lazio (27/1). Gambar: Twitter/Atalanta_BC

Meski demikian, jika saya berada di dalam lingkup Atalanta, saya juga akan memilih pro Gasperini. Alasannya, Atalanta bisa seperti saat ini sebagian besar karena Gasperini.

Sekalipun Papu adalah kapten, dia bukan pihak yang akan selalu siap bermain dengan siapa saja dan dengan strategi apa saja. Berbeda dengan Gasperini. Dia pasti sudah siap dengan pemain yang diincar dan yang dimainkan.

Gasperini pasti melakukan riset lebih dalam, daripada Papu yang akan lebih fokus ke eksekusi taktik. Dan di sisi lain, mengeksekusi taktik di lapangan tidak hanya menjadi beban Papu, melainkan juga semua pemain Atalanta yang ada di lapangan.

Bahkan, sosok super-sub seperti Luis Muriel juga memiliki beban menjalankan taktik Gasperini walau sering bermain di babak kedua. Artinya, keberadaan pelatih yang sudah tepat bagi sebuah klub sebaiknya dipertahankan, alih-alih memilih pemain yang belum tentu dia dapat menyetel dengan pelatih baru.

Lalu, bagaimana dengan Antonio Conte dan Christian Eriksen? Atau, bagaimana dengan PSG dan Thomas Tuchel?

Ah, itu cerita lain. Mungkin, nanti akan saya tulis juga tentang itu.

Inti dari tulisan ini adalah dalam menentukan keputusan, sebaiknya memilih "variabel" yang paling kuat. Khusus dalam urusan sepak bola, menurut saya sosok pelatih adalah pihak paling kuat. Seburuk-buruknya pelatih, ia pasti sudah siap untuk membuat langkah terlebih dahulu daripada pemainnya.

Gasperini adalah variabel penting di Atalanta. Gambar: Twitter/Atalanta_BC
Gasperini adalah variabel penting di Atalanta. Gambar: Twitter/Atalanta_BC
Penyebab pemain mudah mendapatkan simpati publik, karena penonton lebih mudah mengetahui aksinya di lapangan. Kita sebagai penonton jarang mengetahui keadaan di dalam ruang ganti saat jeda. Begitu juga dalam proses pelatih bekerja dengan timnya untuk membuat taktik, apakah kita tahu?

Itulah mengapa, saya salut dengan Atalanta yang berani memilih Gasperini daripada Papu, walaupun sebagai penonton saya tentu ingin melihat Papu tetap di Atalanta. Tetapi, jika melihat performa Atalanta di perempat final Coppa Italia (27/1), saya yakin bahwa keputusan Atalanta benar.

Kalaupun kemudian, Atalanta tidak mencapai posisi 4 besar di liga seperti musim sebelumnya, saya pikir itu adalah konsekuensi dari ketiadaan Papu. Dan, seharusnya Atalanta mampu menempatkan pemain di posisi yang ditinggalkan Papu.

Papu bisa sehebat sekarang juga karena proses. Maka, pemain yang mengisi posisi Papu juga bisa menjadi hebat karena proses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun