Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Curanmor dan Tidak Ada Alasan Pandemi Covid-19

31 Desember 2020   20:03 Diperbarui: 1 Januari 2021   05:45 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi curanmor| Sumber: Otomania.gridoto.com

Tulisan ini berangkat dari kasus pencurian sepeda motor yang dialami teman saya, dan dia awalnya bercerita di sebuah grup obrolan. Dia bercerita tentang motornya yang hilang di sebuah pasar dekat stasiun di salah satu kota besar Jawa Timur.

Setelah saya gali informasi secara lebih detail lewat obrolan pribadi, ternyata ada poin-poin penyebab munculnya kejadian itu. Apa saja?

Poin pertama adalah parkir di lahan yang kurang menjamin keamanan. Sebenarnya, parkir di situ sudah ada karcisnya. Tetapi, opsi terbaik untuk parkir sebenarnya tidak di situ.

Ada tempat perbelanjaan besar yang biaya parkirnya ternyata tidak terlalu mahal, khususnya bagi orang yang sudah punya sepeda motor. Mengeluarkan uang sekitar 3000-an rupiah per jam untuk parkir bagi pemilik sepeda motor seharusnya bukan perkara sulit, apalagi mampu berbelanja.

Artinya, di sini kita juga harus mengutamakan keamanan terlebih dahulu, alih-alih berkedok hemat dan tempat yang mudah dijangkau. Memang, saya sendiri juga pernah berkunjung di pusat perbelanjaan besar (beda kota) dan harus parkir di lantai bawah yang biasanya sedikit membingungkan bagi yang pertama kali datang.

Gambar: via Mbsnews.id
Gambar: via Mbsnews.id
Tetapi, itu sebenarnya lebih bagus daripada parkir di luar, yang mana belum tentu seketat di parkiran lantai bawah tersebut. Itulah mengapa, ketika ada kasus pencurian ini, saya mencoba mencari tahu awalannya. Ternyata, memang ada celah, walau kejadian nahas itu selalu sulit diprediksi.

Poin kedua, tempat parkir yang minim hingga malah tidak ada CCTV. Memang, saya juga nyaris tidak pernah memperhatikan lokasi-lokasi parkir yang ada CCTV-nya. Tetapi, ini ternyata poin krusial untuk menyelamatkan sepeda motor agar tidak raib di tempat umum.

Khusus poin ini, saya tidak bisa memberikan saran kepada pembaca termasuk kepada teman saya yang mengalami kejadian nahas tersebut. Karena, memang kebiasaan kita masih belum begitu peduli dengan keberadaan CCTV di tempat umum.

Bahkan, ketika ada CCTV pun belum tentu kita tahu apakah itu berfungsi atau tidak. Dan nahasnya, untuk kasus teman saya, CCTV di lahan parkir itu telah lama rusak.

Artinya, kali ini beban pertanggungjawaban ada di pengelola tempat layanan publik. Ini keteledoran fatal yang bisa memberikan kesempatan munculnya kejahatan.

Jika pengelola tidak punya uang untuk memperbaiki sendiri, ajukanlah proposal dana perbaikan CCTV ke pemerintah daerah setempat. Dan, jangan sampai dikorupsi jika telah berhasil dibantu.

Karena, ini berkaitan dengan kepentingan umum. Berani membuka lahan untuk layanan publik, maka juga harus berani memberikan pelayanan yang tepat kepada publik.

CCTV aset keamanan paling penting saat ini. Gambar: via Kompas.com
CCTV aset keamanan paling penting saat ini. Gambar: via Kompas.com
Poin ketiga, petugas parkir yang sering meminta kendaraan kita untuk tidak dikunci stang. Lewat tulisan ini saya mengajak pembaca untuk mulai berusaha menolak saran/permintaan petugas parkir agar kendaraan roda duanya tidak dikunci stang.

Pembaca pasti pernah mengalami hal ini, kan? Lalu, apa yang dilakukan?

Saya sering menemukan kejadian semacam ini, dan biasanya para pemilik kendaraan roda dua sulit menolak permintaan--yang seolah wajib dituruti--itu. Berhubung saya tidak memiliki sepeda motor, maka saya jarang mengalaminya. Kalaupun pernah, itu hanya sekali/dua kali dan beruntung motor teman yang saya pinjam tidak kenapa-kenapa.

Saya juga heran sekaligus beruntung, bahwa setiap saya parkir, sangat jarang langsung dihampiri oleh petugas parkir dan meminta stangnya tidak dikunci. Dan, saya harap itu juga terjadi pada pembaca.

Tetapi, bagaimana jika tetap menemukan permintaan itu?

Setiap saya mencari tip terkait cara aman menghindari curanmor di lahan parkir, saya sulit menemukan tip untuk menolak permintaan petugas parkir itu. Karena itu, saya memberikan saran kepada pemilik kendaraan roda dua yang sering diminta untuk tidak mengunci stang.

Langkah awalnya adalah menolak dan meminta pengertian kepada petugas parkir. Cara menolaknya bisa dengan meminta saran di mana tempat parkir yang ideal agar tidak perlu membuat si petugas--yang mungkin ringkih atau capai itu--memindahkan kendaraan tersebut.

Jika tidak ada respon yang positif untuk permintaan itu, maka mintalah pengertian bahwa pembaca (Anda) hanya parkir sebentar. Jadi, tidak akan perlu membuat petugas parkir memindahkan kendaraan dengan dalih merapikan ruang parkir.

Jika petugas parkir tetap meminta pembaca tidak mengunci stang dan pembaca tidak mau berisiko menyinggung tanggung jawab si petugas, maka ikhlaskan diri pembaca untuk tidak ke tempat itu. Atau, carilah lahan parkir lain yang tidak mengharuskan motor kesayangan tanpa dikunci stangnya--dan pastikan juga punya pengaman ganda.

Jangan lupa, tetap berikan uang parkir sebagai pemutus rasa sentimentil si petugas parkir. Sekaligus, boleh juga untuk menyelipkan kata maaf disertai beberapa patah kata yang bisa dimengerti maksudnya oleh si petugas.

Tentu, maksud pembaca adalah agar kendaraannya aman dan tidak membuat si petugas parkir turut dibawa ke pos keamanan polisi jika terjadi curanmor di lahan parkirnya. Semoga, saran ini berhasil.

Ilustrasi memberi uang parkir. Gambar: via Wajibbaca.com
Ilustrasi memberi uang parkir. Gambar: via Wajibbaca.com
Lalu, bagaimana jika curanmor sudah terjadi seperti yang dialami teman saya?

Saya sebenarnya tidak bisa memberikan saran yang khusus, karena sebenarnya sudah banyak cara yang sudah dibagikan di media online, walau sebenarnya itu adalah pencegahan. Tetapi, jika memang sudah terjadi, pastikan bahwa yang kita lakukan adalah hal-hal logis.

Seperti melaporkan kepada polisi setempat, meminta pertanggungjawaban petugas parkir--yang biasanya tidak berani bertanggung jawab, juga tidak patah semangat untuk mengejar jejak-jejak yang ada di sekitar tempat kejadian dan tempat-tempat yang diduga menjadi muara barang curian.

Khusus pada kasus teman saya, pencarian juga dilakukan di laman media sosial. Beruntungnya ketika kabar kehilangan itu disebar di sebuah grup media sosial pencinta kendaraan bermotor--khususnya sepeda motor, ada jejak yang ditemukan.

Jejak nyatanya pun terkuak setelah ada kabar bahwa motor itu sudah berada sekitar 45 km dari titik awal. Sungguh cepat pergerakan si pelaku.

Beruntung, dengan kerja sama teman segrup dari si pemilik motor dan tentunya pihak berwajib, motor itu berhasil kembali. Itu artinya, dalam upaya menemukan kendaraan yang tercuri sangat diperlukan kerja sama, jaringan sosial yang tepat, dan tentunya kinerja aparat kepolisian.

Dengan begini, masalah curanmor kalaupun secara nahas terjadi lagi, kita harus dapat mengatasinya dengan tiga hal tersebut. Soal sanksi pun harapannya juga bisa membuat jera, termasuk membuat pelaku berubah pemahamannya dalam upaya bertahan hidup, khususnya jika beralasan pada pandemi Covid-19.

Hal ini juga berlaku pada pihak petugas parkir. Petugas parkir yang pernah mengalami kejadian curanmor saat dia bekerja, sebaiknya mendapatkan sanksi disiplin.

Bisa dengan cara membuatnya dilarang beraktivitas terkait parkir kendaraan dalam jangka waktu tertentu, dan/atau tidak lupa juga untuk diberikan pendidikan terkait tanggung jawab berupa pelarangan meminta para penitip kendaraan menuruti permintaan parkir tanpa kunci stang.

Jika hal itu terjadi lagi, para penitip kendaraan sebaiknya mendapatkan akses untuk melaporkan indisipliner itu kepada yang berwenang di lahan parkir tersebut. Langkah ini juga untuk memperkuat adanya rasa tanggung jawab pada petugas parkir.

Harapannya, dengan cara itu tidak akan ada lagi petugas-petugas parkir yang dengan ringannya berkata, "yang saya jaga tidak hanya satu motor", ketika terjadi curanmor. Coba kita bayangkan bersama, jika kita--termasuk di antaranya petugas parkir--adalah korban curanmor, apakah kita akan rela kehilangan kendaraan?

Sikap tanggung jawab memang bisa ditakuti para petugas parkir, karena bisa saja berkaitan dengan materi. Tetapi secara moral, petugas parkir seharusnya tetap berani turut bertanggung jawab. Itu pun jika petugas parkir bersih dari dugaan jaringan curanmor.

Jika ada petugas parkir yang ternyata terlibat dalam jaringan curanmor, harapannya juga ada tindakan tegas. Sekaligus ada pembinaan pola pikir bahwa memang bekerja sebagai petugas parkir akan sulit untuk berkembang secara ekonomi.

Tetapi, jika setiap pekerjaan dilakukan dengan tanggung jawab dan dedikasi sesuai aturan main, maka ada harapan bahwa kemudahan hidupnya akan terbuka walau tetap sebagai sang jukir (juru parkir).

Lewat tulisan ini pula, saya berharap para petugas parkir yang hebat di segala tempat mampu bekerja secara jujur dan bertanggung jawab. Bahkan, itu tetap harus terlaksana kala pandemi Covid-19 menjejali kehidupan kita.

Tidak ada orang yang sepenuhnya sejahtera saat ini. Bahkan, mereka yang bisa berbelanja banyak dan tertawa ramai saat menyambut Tahun Baru pun belum tentu sejahtera seperti di masa sebelumnya.

Kita semua sakit, secara fisik atau ekonomi, tetapi kita harus berupaya untuk sehat secara mental, agar tetap dapat berjuang di jalan yang tepat untuk bangkit. Semoga kita kuat bersama-sama dan menghindari hal-hal yang malah berisiko besar untuk diri sendiri, keluarga, dan orang lain.

Mari bersama-sama membuat Indonesia tetap aman kala pandemi. Gambar: Pixabay
Mari bersama-sama membuat Indonesia tetap aman kala pandemi. Gambar: Pixabay
Malang, 31 Desember 2020

Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun