Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Arsenal, Arteta, dan Apa Itu Proses

30 November 2020   21:36 Diperbarui: 1 Desember 2020   00:13 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lacazette justru lebih ideal menjadi ujung tombak Arsenal, karena berani duel dengan bek-bek lawan. Gambar: Reuters

Jika kemudian publik meributkan posisi bermain Aubameyang, apa kabar dengan musim lalu dan musim awal dia membela Arsenal. Saat itu, dia juga dimainkan di posisi sayap kiri, karena di tengah pernah ada Olivier Giroud atau juga memang untuk Lacazette.

Bahkan, Lacazette bisa terlihat sebagai "tumbal" untuk ketajaman Aubameyang. Karena, dengan Lacazette sebagai ujung tombak, Aubameyang menjadi sulit dikawal.

Contoh paling nyata dari keuntungan Aubameyang di posisi sayap kiri adalah seperti golnya di laga Community Shield. Dia dapat bola di sudut kanan pertahanan--tanpa pengawalan, membuat bek lawan segera menutup sudut itu, tetapi dia bisa bergerak ke arah dalam lalu memosisikan bola untuk ditendang ke sudut jauh.

Pola itu jelas tidak akan terjadi jika Aubameyang menjadi ujung tombak. Bahkan, keberhasilannya menjadi topskor di EPL musim 2018/19 juga karena posisinya di situ, bukan di ujung tombak.

Perdebatan tentang posisi pemain yang dikaitkan dengan kesuburan pemain bisa ditinjau dengan pemain lain di beberapa liga. Apakah Griezmann tajam ketika ditempatkan sebagai penyerang utama? Apakah Messi yang selama ini menjadi tumpuan gol Barcelona bermain sebagai target man?

Justru dewasa ini banyak penyerang yang produktif karena posisinya tidak di tengah. Kecuali pemain seperti Zlatan Ibrahimovic, Erling Haaland, hingga Robert Lewandowski.


Bahkan, ketajaman Marcus Rashford di Manchester United, karena dia selalu bergerak melebar. Coba dia seperti Romelu Lukaku--saat masih di Man. United--yang harus di tengah, maka ceritanya pasti berbeda. Itu pula yang terjadi pada rekannya, Anthony Martial.

Tentu tidak boleh lupa juga pada Roberto Firmino yang selalu menjadi "korban" untuk meledakkan kualitas Mohamed Salah dan Sadio Mane di Liverpool. Artinya, kalau ada permasalahan terkait posisi pemain untuk menjadi alasan produktivitas si pemain, itu tidak akurat.

Bahkan, perbandingan terkait produktivitas Aubameyang saat bersama Dortmund dengan sekarang (Arsenal) juga tidak relevan. Di Bundesliga, pertahanan klub masih bisa ditembus dengan serangan balik dari tengah, karena bek tengah di sana sering kalah akselerasi.

Contoh duel ketat yang sering terjadi di Liga Inggris. Gambar: Reuters
Contoh duel ketat yang sering terjadi di Liga Inggris. Gambar: Reuters
Berbeda dengan di Inggris. Kalau mereka kalah akselerasi, maka bek tengahnya tidak segan untuk menubruk penyerang lawan. Artinya, bagi pemain yang tidak ingin berduel badan pasti akan menghindari duel di jantung pertahanan langsung--dan ini sering menjadi penyebab cedera banyak striker di EPL.

Mereka yang unggul dalam akselerasi, pasti ingin menyisir sisi sayap, alih-alih di tengah. Itulah mengapa posisi Aubameyang cocok di sisi sayap. Bahkan, di awal kedatangannya dia sangat sering kalah adu badan, juga cenderung main aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun