Di Indonesia kabarnya sedang marak pasangan suami-istri menjadi tidak lagi pasangan suami-istri, alias bercerai. Hal ini dikabarkan karena pandemi covid-19 telah merusak tatanan ekonomi dan meruntuhkan bahtera rumah tangga.
Saya tentu tidak tahu itu, karena belum menikah. Syukurnya. Saya pun tidak serta-merta tersenyum sinis, karena melihat mulai banyak orang yang kesepian saat Malam Jumat dan Malam Minggu. Tidak peduli.
Lalu, mengapa saya harus memulai tulisan ini dengan tentang hubungan yang harus retak, tergugat, dan bercerai?
Pertama, karena saya merasa permasalahan ini memang tidak bisa lepas dari akibat pandemi covid-19. Ini adalah permasalahan aktual dewasa ini yang perlu diperhatikan. Itulah mengapa ketika ada kasus perceraian, saya anggap itu adalah salah satu dampak terbesar dari keberadaan pandemi.
Bahkan, saya tidak punya pikiran lain selain itu. Entah, karena saya terlalu sok baik atau memang tidak tahu-menahu tentang gejala atau indikasi dari terjadinya perceraian.
Kedua, karena saya merasa situasi ini related dengan saga transfer sang pemain sepak bola hebat, Lionel Messi di musim panas 2020. Jika dianalogikan dengan hubungan rumah tangga, Barcelona dan Lionel Messi seperti pasangan suami-istri.
Entah, siapa yang berperan sebagai suami atau istrinya, yang penting saya melihat hubungannya seperti itu. Sangat saling membutuhkan.
Bukankah hubungan pernikahan karena itu?
Saya pernah membaca suatu artikel* yang menyatakan bahwa karena tidak sempurna, maka menikahlah. Cara berpikir sederhana saya pun mengatakan bahwa, karena tidak sempurna berarti akan memunculkan keinginan untuk mencari apa yang dibutuhkan.
Tentu kita sudah tahu tentang cerita masa kecil Messi*, karena sudah sangat banyak yang mengulasnya. Dari situlah saya berpikir Messi memang membutuhkan Barcelona. Sangat!
Baca juga: Insting Player Scouting (David Abdullah)