Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Dekat Berantem, Saat Jauh Saling Kangen

25 Agustus 2020   22:05 Diperbarui: 25 Agustus 2020   22:05 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu dan Anak. Gambar: Pexels.com/Elly Fairytale

Kali ini saya berusaha untuk tidak membahas tentang bola. Beberapa ide tentang bola sengaja saya tahan, walau susah sih. Lalu, apa yang akan saya tulis?

Tentang hubungan. Tetapi, bukan antara dua orang yang sedang pacaran, melainkan antara anak dan orang tua. Lebih tepatnya dengan ibu.

Karena saya anak laki-laki, maka saya berpikir bahwa hubungan antara anak lelaki dan ibunya akan sangat krusial. Alasannya adalah keberadaan faktor penanaman pengetahuan dan budi pekerti yang biasanya cenderung diemban oleh ibu.

Perempuan identik dengan perasaan, dan ibu identik dengan pengajaran kehidupan. Anak lelaki memang bisa menjadikan ayahnya sebagai role model, tetapi sosok ibu juga sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan si anak dalam membentuk diri di kemudian hari.

Karakter bawaan memang sulit untuk berubah, tetapi sikap bisa beradaptasi berdasarkan apa yang pernah dilihat dan diajarkan oleh orang tua. Dan, berdasarkan pengalaman saya, sosok ibu sangat berperan penting dalam hal ini.

Ada yang bilang karena ibu adalah 'orang domestik', sehingga wajar jika ia paling dekat dengan anak-anaknya dan itulah yang membuat ibu bisa mengajarkan hal-hal penting kepada anaknya. Tetapi, seandainya sosok ibu adalah perempuan karier, ia juga tidak akan mudah melepaskan tanggung jawabnya dalam mengawasi perkembangan anak.

Ibu selalu mengajarkan banyak hal kepada anaknya. Gambar: Pexels/Cottonbro
Ibu selalu mengajarkan banyak hal kepada anaknya. Gambar: Pexels/Cottonbro
Hal ini dikarenakan ibu adalah perempuan, yang artinya memiliki perasaan. Seperti perasaan ingin memiliki--anak yang baik, ingin melihat anaknya sesuai harapan, dan perasaan-perasaan lainnya. Apalagi perempuan cenderung melihat laki-laki dengan kacamata berbeda, maka ketika menjadi ibu ada dugaan bahwa ia ingin anak laki-lakinya seperti yang ia harapkan.

Perasaan semacam itu yang mengantarkan ibu untuk lebih perhatian dengan anaknya dibandingkan ayah. Kurang lebih demikian, karena sosok ayah yang identik sebagai pekerja kebanyakan akan fokus untuk mencari kesejahteraan keluarga.

Itulah yang membuat sosok ayah cenderung menjadikan rumah sebagai tempat istirahat, bukan untuk memikul tanggung jawab lagi, seperti mendidik anaknya. Salah satu penyebab klisenya adalah ayah itu laki-laki, dan biasanya berpikir praktis.

Seperti, "tadi aku sudah kerja, sekarang aku ingin istirahat". Pola pikir ini tidak sepenuhnya salah, tetapi menjadi kurang positif jika dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Itulah mengapa, sosok ayah sebagian besar lebih memilih berperan sebagai orang rumah yang sabar* dibandingkan sosok ibu. Ayah akan berusaha memilih untuk tidak cerewet, meski tentunya ia tahu bahwa yang dilakukan anaknya ada yang tidak benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun