Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Solusi Masjid Al-Akbar Surabaya untuk Jamaah Salat Idul Adha 2020

30 Juli 2020   20:22 Diperbarui: 30 Juli 2020   22:59 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Gambar: Radarsurabaya.jawapos.com

Sungguh suatu tindakan yang patut dipuji terhadap apa yang dilakukan takmir masjid nasional yang terletak di Surabaya ini. Seperti yang saya dapatkan informasi di berbagai media massa, bahwa Masjid Al-Akbar ternyata akan menyelenggarakan salat Idul Adha 2020.

Ibadah sunah bagi kaum muslim itu rencananya akan digelar pada Jumat, 31 Juli 2020. Tidak semua tempat dapat menyelenggarakan ibadah tersebut, namun Surabaya telah mengonfirmasi dapat menyelenggarakannya.

Mereka membuat terobosan yang saya harapkan juga tak hanya untuk salat Idul Adha, melainkan juga untuk salat Jumat nantinya. Karena, pada salat tersebut masyarakat muslim, khususnya yang laki-laki memang diharapkan dapat menunaikannya secara berjamaah di masjid.

Memang sejak adanya pelonggaran PSBB, aktivitas beribadah mulai diizinkan, termasuk salat Jumat. Hal ini dapat dilihat dengan adanya unggahan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu ketika beliau telah dapat melaksanakan ibadah salat Jumat dengan suasana kenormalan baru.


Hal ini kemudian diperbincangkan kembali oleh masyarakat, ketika tiba momen Idul Adha. "Apakah masyarakat dapat melaksanakan salat Idul Adha?"

Akhirnya pertanyaan itu dapat dijawab oleh sebuah masjid yang sebenarnya berada di kawasan yang cukup genting akibat pandemi covid-19, Surabaya. Namun, masjid tersebut berhasil membuat peraturan yang menarik, yaitu dengan adanya pendaftaran jamaah secara online dan penggunaan ID Card untuk jamaah yang telah berhasil mendaftar.

Langkah ini menurut saya tepat. Meski, saya juga mengharapkan para jamaah telah lolos tes kesehatan (rapid/swab) terkait virus corona.

Para jamaah tentu diharapkan telah melakukan tes dan karantina mandiri menjelang pelaksanaan salat tersebut. Selain itu, pemberlakuan sistem ini juga akan membuat jamaah dapat menyeimbangkan pemahaman terkait kesehatan dan ibadah.

Kenormalan baru kala salat berjamaah. Gambar: Kompas/Rahmat Rahman Patty
Kenormalan baru kala salat berjamaah. Gambar: Kompas/Rahmat Rahman Patty
Keuntungan dari keberadaan sistem seperti ini adalah pihak pengelola memiliki kontrol terkait jumlah dan area yang dapat diakses jamaah. Sedangkan untuk jamaah, mereka akan tetap memperoleh hak beribadah meski dengan kenormalan baru.

Selain itu, nilai lebih dari adanya sistem ini adalah memunculkan data yang dapat diperiksa oleh pihak pengelola tempat ibadah dan tim kesehatan. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi mereka untuk menjalankan protokol kesehatan.

Jika sudah demikian, maka pihak pemerintah setempat juga akan menaruh kepercayaan kepada pengelola tempat ibadah. Dan, mereka juga pasti akan berupaya memantau pelaksanaan ibadah tersebut agar tidak terjadi klaster baru.

Walau demikian, saya juga menemukan adanya anggapan bahwa sistem pendaftaran ini seperti pembatasan dalam hak beribadah. Seolah, ini adalah sistem pendaftaran di bidang pendidikan, alias perlu ada seleksi.

Anggapan ini sebenarnya tidak salah, tetapi jika merujuk pada jumlah pendaftar pada jamaah salat Idul Adha di Masjid Al-Akbar, maka kita bisa melihat bahwa antusiasme tetap ada.

Jamaah tetap mampu menjangkaunya, walau harus memenuhi persyaratan yang ada. Jumlahnya pun tak sedikit.

Memang, jika dibandingkan dengan kapasitas aslinya tak sampai 15%-nya. Tetapi dengan jumlah mencapai maksimal 5.000 jamaah, itu sudah bagus.

Artinya, baik dari pihak pengelola masjid dan masyarakat sudah menemukan adanya adaptasi. Khususnya dalam memanfaatkan teknologi digital. Toh, mendaftar sekolah saja sudah online, kenapa tidak untuk beribadah?

Jika untuk menuntut ilmu saja, kita memiliki semangat untuk menyesuaikan diri, maka untuk beribadah pun seharusnya memiliki semangat itu.

Jangan sampai kita terlalu cepat untuk berceletuk, "mau shalat aja kok harus daftar online?".

Komentar semacam ini memang pasti terjadi, tetapi jangan sampai lupa, bahwa era kehidupan kita akan terus bergerak. Kita sudah sulit untuk menggunakan cara-cara lama dalam berkehidupan, apalagi jika tidak melakukan apa-apa.

Itulah mengapa, saya secara pribadi, angkat topi kepada pihak Masjid Al-Akbar yang sanggup membuat keputusan yang sesuai dengan situasi saat ini. Karena, mereka telah bertindak, dan berupaya mencari jalan tengah.

Lalu, mengapa kita yang tinggal melihat saja malah tidak mendukung?

Jadi, selamat merayakan Idul Adha 1441 H, untuk semua yang merayakannya! Semoga, tak ada klaster baru pasca momen Idul Adha. Amin....

Idul Adha juga disebut sebagai Hari Raya Haji untuk umat muslim yang dapat menunaikannya. Gambar: Pexels/Haydan As Soendawy.
Idul Adha juga disebut sebagai Hari Raya Haji untuk umat muslim yang dapat menunaikannya. Gambar: Pexels/Haydan As Soendawy.
Malang, 30 Juli 2020

Deddy Husein S.

Berita terkait:

Faktualnews.co 1, Faktualnews.co 2, Suarasurabaya.net, Kompas 1, Kompas 2, Kompas 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun